RENUNGAN EDISI NATAL
Bacaan Setahun: 2 Petrus 1-3
Nas: "Apabila seseorang hendak mempersembahkan persembahan berupa kurban sajian kepada TUHAN, hendaklah persembahannya itu tepung terbaik. Ia harus menuangkan minyak serta membubuhkan kemenyan ke atasnya." (Imamat 2:1)
Latihan sebelum Perayaan
Sebagai murid Sekolah Minggu semasa kecil, saya selalu dilibatkan dalam drama Natal anak. Saya ingat, empat bulan sebelum perayaan Natal di gereja kami, guru Sekolah Minggu sudah melatih kami. Seminggu sekali saya dan anak-anak lainnya sudah latihan. Dua minggu sebelum perayaan, kami latihan tiap hari. Drama paling lama sepuluh menit, tapi latihannya berbulan-bulan. Tujuannya, agar kami bisa memberikan penampilan terbaik.
Semua orang suka dan berharap diberikan yang terbaik. Kita menghargai orang yang berusaha memberikan kasih yang terbaik, daripada orang yang berusaha setengah-setengah atau asal jadi. Tuhan sebagai Pencipta dan Pemilik hidup kita, sangat berharap kita memberikan kasih yang terbaik. Saat membahas kurban sajian, Alkitab mencatat persembahan yang diberikan hendaknya tepung yang terbaik (ay. 1, 4, 5, 7). Artinya, tepung yang terbaik itu keharusan. Tuhan ingin yang terbaik dari kita karena Dia sudah lebih dulu memberikan kasih. Tuhan sudah memberikan nyawa Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, untuk menebus dosa kita. Saat bekerja, Tuhan mau kita bekerja sebaik mungkin. Saat memperlakukan istri dan anak, perlakukan mereka sebaik mungkin. Saat melayani seseorang, layanilah sebaik mungkin.
Kebiasaan memberikan yang terbaik mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri. Tuhan dan sesama senang kalau kita melakukan yang terbaik. Kita sendiri pasti senang kalau mendapatkan pemberian terbaik. Mari kita sama-sama berusaha selalu melakukan dan memberikan yang terbaik untuk Tuhan dan sesama. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 1 KORINTUS 8
Bacaan Setahun: 1 Yohanes 1-5
Nas: Bagi kita hanya ada satu Allah, yaitu Bapa, yang dari Dia berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang karena Dia segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. (1 Korintus 8:6)
Ibadah Horizontal
Memiliki wawasan pengetahuan yang luas tentang Alkitab tentu menolong kita dalam menumbuhkan iman yang baik. Namun, diperhadapkan dengan realita di tengah masyarakat, adakalanya iman kita terbentur dengan tradisi budaya. Jika demikian, mana pilihan kita, tetap berpegang pada prinsip Alkitab secara kaku sesuai pengetahuan kita atau memberi ruang untuk peduli terhadap mereka yang berbeda?
Hidup kristiani harus senantiasa serasi dengan Alkitab. Namun, hidup bermasyarakat menuntut orang beriman tidak sekadar menghidupi aturan Alkitab tentang boleh atau tidak boleh. Persoalan yang dihadapi jemaat Korintus, misalnya. Haruskah persoalan makanan menjadikan mereka terpecah? Jika demikian, iman kepada Tuhan dapat menjadi batu sandungan bagi masyarakat yang masih menghidupi budaya yang berbeda. Menanggapi hal ini Paulus mengajak umat untuk menjadikan firman Tuhan sebagai sumber pengetahuan yang benar, untuk menimbang dan memutuskan tanpa meniadakan kasih. Pengetahuan yang dimiliki juga harus dapat membangun iman sesama, bukan sebaliknya, menjadi batu sandungan bagi sesama.
Persekutuan orang beriman adalah tempat saling membangun dan melengkapi di dalam kasih. Hal ini menjadi dasar bagi kekristenan untuk memandang penting kebersamaan. Ibadah bukan melulu mengenai hubungan secara vertikal kepada Tuhan. Tuhan pun menghendaki umat-Nya membangun ibadah secara horizontal. Menyatakan kasih, memberi kepedulian, dan membangun sesama. Bukankah kasih kepada Tuhan juga nyata melalui sikap kita terhadap sesama? --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 1 KORINTUS 8
Bacaan Setahun: 1 Yohanes 1-5
Nas: Bagi kita hanya ada satu Allah, yaitu Bapa, yang dari Dia berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang karena Dia segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. (1 Korintus 8:6)
Ibadah Horizontal
Memiliki wawasan pengetahuan yang luas tentang Alkitab tentu menolong kita dalam menumbuhkan iman yang baik. Namun, diperhadapkan dengan realita di tengah masyarakat, adakalanya iman kita terbentur dengan tradisi budaya. Jika demikian, mana pilihan kita, tetap berpegang pada prinsip Alkitab secara kaku sesuai pengetahuan kita atau memberi ruang untuk peduli terhadap mereka yang berbeda?
Hidup kristiani harus senantiasa serasi dengan Alkitab. Namun, hidup bermasyarakat menuntut orang beriman tidak sekadar menghidupi aturan Alkitab tentang boleh atau tidak boleh. Persoalan yang dihadapi jemaat Korintus, misalnya. Haruskah persoalan makanan menjadikan mereka terpecah? Jika demikian, iman kepada Tuhan dapat menjadi batu sandungan bagi masyarakat yang masih menghidupi budaya yang berbeda. Menanggapi hal ini Paulus mengajak umat untuk menjadikan firman Tuhan sebagai sumber pengetahuan yang benar, untuk menimbang dan memutuskan tanpa meniadakan kasih. Pengetahuan yang dimiliki juga harus dapat membangun iman sesama, bukan sebaliknya, menjadi batu sandungan bagi sesama.
Persekutuan orang beriman adalah tempat saling membangun dan melengkapi di dalam kasih. Hal ini menjadi dasar bagi kekristenan untuk memandang penting kebersamaan. Ibadah bukan melulu mengenai hubungan secara vertikal kepada Tuhan. Tuhan pun menghendaki umat-Nya membangun ibadah secara horizontal. Menyatakan kasih, memberi kepedulian, dan membangun sesama. Bukankah kasih kepada Tuhan juga nyata melalui sikap kita terhadap sesama? --EBL/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
THEMA JPA 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar