RENUNGAN HARIAN
Bacaan: MARKUS 9:17-27
Bacaan Setahun: Efesus 1-3
Nas: "Tetapi, jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami." Namun, Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia berdiri. (Markus 9:22, 27)
Di Depan Penderitaan
Derita yang tak henti mendera anaknya, semua pertolongan yang berlalu sia-sia, membuat pria itu sulit memercayai bahwa ada pihak yang bisa menolong. Dengan tak yakin sedikit pun, ia berkata kepada Tuhan, "Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami ..." (ay. 22). Anda lihat? Bahkan Tuhan pun ia ragukan.
Tuhan bersabda, "Katamu: Jika Engkau dapat? Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!" (ay. 23). Saudaraku, itu bukan ekspresi kemarahan. Itu ungkapan kasih Tuhan, tangan Tuhan yang terulur membangunkan pria itu dari ketidakpercayaannya. Pria itu tersentak, dan berseru, "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" (ay. 24).
Percayakah pria itu sekarang? Sama sekali tak jelas. Memang, pria itu tidak menolak Tuhan. Namun, ―tidak menolak sangatlah berbeda dengan―memercayai. Meskipun begitu, Tuhan tidak memarahi pria yang tak jelas imannya itu, tidak menghakimi apalagi menghukum pria yang tak percaya itu. Tanpa mempersoalkan iman pria itu, Tuhan segera menolong anak yang menderita itu (ay. 25, 27).
Anda perhatikan? Di depan penderitaan umat-Nya, apa pun wujud dan penyebabnya, Tuhan tidak mempersoalkan iman, keyakinan, maupun identitas seseorang. Entah orang itu beragama atau ateis, apa pun keyakinan yang dipeluknya, dari ras, suku, atau strata sosial mana pun dia berasal, penderitaan adalah penderitaan, dan yang Tuhan kehendaki serta Tuhan lakukan hanya satu, menolong orang itu.
Rupanya benar, cinta dan belas kasihan yang sejati hanya menghendaki yang baik, dan karenanya tanpa syarat. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: KEJADIAN 30:1-24
Bacaan Setahun: Efesus 4-6
Nas: Allah ingat akan Rahel. Allah mendengarkan permohonannya serta membuka rahimnya. (Kejadian 30:22)
Tuhan Mengingatnya
Karena mandul, Rahel harus rela menghadapi cemoohan dan dibakar api cemburu kepada Lea yang telah memberikan beberapa anak untuk Yakub. Dalam keputusasaannya, Rahel sampai mengeluh kepada suaminya, "Berikan aku anak! Kalau tidak, aku akan mati."
Bagi seorang wanita, kemandulan bisa diartikan tertutupnya sebuah jalan. Di tengah ketidakberdayaannya, Rahel menyampaikan pergumulannya kepada Allah. Rahel tahu, jika Allah berkenan, Ia dapat mengangkat aibnya. Ketika kata-kata doa tak lagi terucap dan hanya cucuran air mata yang terus mengalir, di sanalah Tuhan mengingatnya. Bahasa air mata Rahel terdengar jelas di telinga Tuhan. Allah mengingatnya dan membuka kandungannya. Pintu-pintu yang tertutup rapat itu pun dibuka Tuhan.
Mungkin dalam keberadaan kita yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasan, kita merasakannya sebagai aib yang menyakitkan. Kita seperti terjebak di sebuah situasi pelik dan tidak ada jalan keluar. Kita tidak berdaya menghadapi beban hidup yang begitu berat ditambah dengan cemoohan yang begitu menyakitkan hati. Namun, kita belajar bahwa Tuhan tidak tutup mata dan tidak berhenti memperhatikan kita. Saat kita berserah penuh kepada Tuhan, ketika tidak ada lagi kata-kata yang mampu terucap dan kita hanya bisa mencucurkan air mata, percayalah bahwa air mata kita ditampung di kirbat-Nya. Air mata itu cukup mengingatkan Tuhan untuk menyatakan pertolongan dan kelepasan bagi kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: EFESUS 2:1-10
Bacaan Setahun: Filipi 1-4
Nas: Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2:10)
Influencer
Suatu ketika saya melihat ada orang mengenakan hoodie bertuliskan "influencer" dengan ukuran huruf cukup besar dan warna yang mencolok. Segera dalam pikiran saya muncul beberapa nama tokoh publik yang dikenal sebagai influencer, khususnya di media sosial. Namun, tak lama seperti ada suara berbisik dalam hati, "Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu pikir hanya mereka yang bisa menjadi influencer?"
Istilah "influencer" erat berkaitan dengan kata "influence" (pengaruh). Sosok influencer biasanya dianggap mudah memengaruhi orang lain lewat apa pun yang dikenakan, dikatakan, bahkan ketika mereka hanya mengangkat produk tertentu. Jika mencermati nas renungan hari ini, sebenarnya setiap orang percaya diharapkan dapat memberi pengaruh bagi dunia ini, seperti seorang influencer. Sebagai makhluk "buatan Allah", yang mengalami kelahiran baru dalam Kristus, kita dipersiapkan Allah untuk melakukan pekerjaan baik-berupa sikap, perkataan, dan perbuatan yang memuliakan Dia. Bersama Roh Kudus yang akan memperkuat apa yang kita kerjakan, percayalah bahwa pengaruh dari kehidupan kita dapat berdampak bagi orang lain, tak kalah dengan para influencer itu.
Jadi, mari pikirkan hal baik apa yang dapat kita lakukan sejak hari ini, dimulai dari dalam rumah kita, lalu bawalah semangat untuk melakukan hal yang baik itu saat kita di luar rumah. Tak harus "wah" dan mengundang decak kagum, karena jika ada satu orang saja terdampak oleh kehidupan kita, maka misi menjadi seorang influencer telah kita jalani dengan baik. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: YAKOBUS 2:14-17
Bacaan Setahun: Kolose 1-4
Nas: Dan seorang dari antara kamu berkata, "Selamat jalan, kenakanlah pakaian hangat dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apa gunanya itu? (Yakobus 2:16)
Lakukan yang Seharusnya
Diberitakan, seorang karyawati yang baru pulang bekerja nyaris menjadi korban pemerkosaan dalam angkutan kota di Jakarta. Beruntung, teriakan korban terdengar oleh seorang anggota Kopassus yang kebetulan melintas. Serda Nicolas bertindak dengan berani menyelamatkan karyawati itu. Atas aksi heroiknya, sang Serda menerima penghargaan baik dari Menkopolhukam, dari korpsnya, dan juga dari Pemda DKI. Saat itu Serda Nicolas berujar, "Terima kasih, saya merasa begitu dihargai, padahal ini memang kewajiban saya, dan bukankah seharusnya setiap orang berani berbuat benar ketika ia berkesempatan melakukannya?"
Tahu berbuat baik dan bertindak sepertinya sudah menjadi barang langka di zaman ini. Dengan berbagai alasan, banyak orang berpikir bahwa saat mereka tidak melakukan apa-apa, maka mereka telah berbuat benar. Berkebalikan dengan itu, kitab Yakobus mengingatkan bahwa perbuatan baik itu terwujud dalam perbuatan nyata, dan hendaknya, setiap nasihat baik yang kita ucapkan dibarengi dengan tindakan baik yang dapat kita lakukan untuk menolong kesulitan seseorang (ay. 16).
Kita diingatkan, jika kita tahu bagaimana berbuat baik, tetapi kita tidak melakukannya, kita berdosa (Yak. 4:17). Kita prihatin kepada tindakan seorang imam dan orang Lewi yang memilih untuk tidak peduli saat melihat seseorang tergeletak tanpa daya. Bersyukur masih ada orang seperti seorang Samaria yang cepat bertindak karena ia tahu apa yang seharusnya dilakukannya untuk menolong sesama yang tak berdaya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 2 TAWARIKH 20:1-30
Bacaan Setahun: 1 Tesalonika 1-5
Nas: Yosafat menjadi takut, lalu memutuskan untuk mencari TUHAN. Ia mengumumkan puasa kepada seluruh Yehuda. (2 Tawarikh 20:3)
Mendekat
Dari jendela ruangan di lantai 2, kita melihat pemandangan di sekeliling. Tampak rumah-rumah kecil, pohon-pohon kecil, mobil-mobil kecil. Kita turun, lalu berjalan ke luar. Kembali kita melihat pemandangan di sekeliling. Sekarang tampak rumah-rumah besar, pohon-pohon besar, mobil-mobil besar. Sebenarnya, ukuran rumah, mobil, dan pohon tidak berubah. Mereka tampak besar karena kita mendekat.
Yosafat, raja Yehuda, merasa takut (ay. 3a). Sebab baru saja didengarnya berita tentang rencana penyerbuan terhadap negerinya dari aliansi bani Moab, bani Amon, dan orang-orang Meunim. Ia melihat teramat kecil kekuatan dimilikinya, tidak seimbang dengan kekuatan lawan yang sebentar lagi menyerang. Namun kemudian, Yosafat menyerukan kepada rakyat Yehuda supaya tidak takut (ay. 20). Hatinya tenteram, sampai-sampai tercetus ide di dalam pikirannya untuk mengangkat para pemuji Tuhan (ay. 21). Sungguh suatu perubahan yang mencolok. Berbeda 180 derajat sikapnya dari sebelumnya. Alasannya tidak lain karena Yosafat telah berjalan mendekat kepada Tuhan. Ia berdoa, pula mengumumkan puasa kepada seluruh rakyat Yehuda (ay. 3b-12). Detik itu terbukalah matanya, lalu ia melihat teramat besar kekuatan dimilikinya oleh karena penyertaan Tuhan.
Pencobaan tidak melebihi kekuatan manusia (lih. 1Kor. 10:13). Persoalan tidak seharusnya menimbulkan kecemasan, ketakutan, dan kegelisahan. Namun, jika perasaan negatif tersebut kerap kita rasakan, sangat mungkin jarak antara kita dengan Tuhan terlalu jauh. Mari sekarang kita berjalan mendekat kepada Tuhan. Hampiri Dia di dalam doa! Buktikan, segera segala perasaan negatif akan lenyap. Sebab kita tersadar teramat besar kekuatan kita miliki oleh karena penyertaan Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: YOHANES 8:2-11
Bacaan Setahun: 2 Tesalonika 1-3
Nas: Ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, "Siapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yohanes 8:7)
Out of the Box
Sebuah perusahaan sisir berniat membuka toko baru di wilayah perguruan Shaolin yang mayoritas orangnya berkepala gundul. Tiga orang pun diutus mensurvei pasar. Seminggu berlalu, orang pertama hanya mampu menjual satu sisir. Orang kedua mampu menjual empat sisir, dengan promosinya beli tiga gratis satu. Sementara orang ketiga berhasil menjual seratus sisir. Ia menjual sisir bertanda tangan master Shaolin sebagai cendera mata bagi para wisatawan.
Ide yang berbeda bisa dipandang aneh. Namun, kesuksesan membutuhkan pemikiran kreatif di luar kebiasaan (out of the box). Dalam kasus seorang perempuan yang ketahuan berzina, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi menyodorkan pilihan kepada Tuhan Yesus: rajam atau tidak. Rajam menandakan kalau Yesus tidak mempunyai belas kasih, sedangkan "tidak" berarti Yesus tidak mengikuti perkataan hukum Taurat. Siapa sangka Yesus menjawab di luar dugaan orang banyak! Yesus mengatakan, supaya orang yang tidak punya dosa yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.
Yesus tidak membenarkan tindakan perempuan yang berzina. Namun, Ia juga menolak tradisi yang melegitimasi kekerasan. Dengan jawaban-Nya yang di luar prediksi, Yesus sukses memberikan win-win solution. Kedua belah pihak juga sama-sama mendapat pelajaran. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi diajar untuk tidak mudah menghakimi, sementara perempuan itu mendapat kesempatan bertobat. Bagaimana dengan kita? Maukah kita membuka diri, atau masih saja membatasi diri meski tahu bahwa kemampuan kita terbatas? --EBL/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
THEMA JPA 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar