RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 2 Timotius 1-4
Nas: "Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu." (Lukas 1:69)
Bagi Kita
Kelahiran Yesus mendatangkan sukacita besar. Namun, buat Yesus sendiri, Ia justru menjalani hidup yang penuh penderitaan sejak lahir. Bagi kita ada jaminan keselamatan yang kekal. Namun, bagi Yesus, Dia mengorbankan nyawa-Nya yang sangat berharga untuk membayarkan utang dosa kita supaya kita beroleh keselamatan itu. Ia lahir untuk mati bagi kita, sama sekali bukan buat diri-Nya.
Ketika anaknya lahir, Zakharia pun bersukacita dan bernyanyi memuji Tuhan. Terselip nubuat di dalam pujian Zakharia. Ia menubuatkan anaknya akan menjadi pembuka jalan bagi Yesus sebagai pemenuhan janji Allah kepada Daud. Yesus yang terlahir buat kita merupakan tanduk keselamatan. Tanduk menunjukkan kekuatan, kekuasaan, kemuliaan. Tanduk keselamatan berarti keselamatan yang disediakan oleh Allah Maha Tinggi bagi setiap orang percaya. Keselamatan terutama menyangkut jiwa kita yang mendapat anugerah penebusan dosa. Selain itu, keselamatan juga menggambarkan perlindungan Tuhan yang kekal bagi kita.
Anugerah besar yang diberikan Yesus Kristus, Tuhan kita, melalui pengorbanan diri-Nya untuk lahir dan mati di atas kayu salib serta bangkit dari kematian itu haruslah kita respons dengan layak. Rasul Paulus menasihatkan agar kita menanggalkan manusia lama beserta segala keinginan dosanya dengan manusia baru, manusia rohani. Kita harus hidup secara berbeda, yaitu dengan hidup kudus. Kita juga harus meneladani Kristus agar semakin serupa dengan-Nya. Oleh Yesus sendiri, kita juga diperintahkan untuk saling mengasihi. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MAZMUR 77
Bacaan Setahun: Titus 1-3, Filemon 1
Nas: Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman dahulu. (Mazmur 77:11)
Mengingat Kenangan
Psikolog perilaku, Jo Hemmings, mengatakan, meluangkan waktu melihat foto lama dapat menjadi bentuk perawatan diri yang bermanfaat bagi kesejahteraan mental karena membantu membangkitkan perasaan positif dan bahagia. Sebuah penelitian menunjukkan, kembali melihat foto-foto di ponsel tidak hanya membantu mendatangkan ingatan kejadian di dalam foto, tetapi juga memicu emosi primer dan positif seperti kegembiraan.
Di tengah pergumulan, sang pemazmur berseru kepada Allah. Malangnya, ia tidak menemukan bukti bahwa Allah menanggapinya. Perenungan dan usahanya mencari Tuhan membuatnya terpuruk dan hampir putus asa karena jejak-Nya saja tidak kelihatan. Namun, sang pemazmur terus mengingat perbuatan Allah di masa lalu. Ia pun sadar, jejak Allah yang tak nampak itulah yang telah menuntun kawanan domba-Nya "melalui laut dan muka air yang luas", menaklukkan kekuatan dunia yang menakutkan. Maka pahamlah ia jika jalan Allah tak terselami olehnya.
Kesenjangan antara iman dengan realita dapat membuat kita mengalami krisis kepercayaan terhadap kasih setia Tuhan. Mungkin timbul pula pertanyaan, "Apakah Tuhan tidak mengasihiku lagi?" Alih-alih menjadi pesimis, alangkah baiknya kita mengingat kebaikan yang telah Tuhan nyatakan di sepanjang perjalanan hidup kita. Jadikan kenangan itu sebagai penyemangat, yang menguatkan dan meyakinkan kita akan harapan di dalam Dia. Bukankah Allah yang kita sembah tidak pernah berubah dalam kasih-Nya? Ia akan selalu menyatakan kebaikan, tepat pada waktu-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: LUKAS 21:1-4
Bacaan Setahun: Ibrani 1-6
Nas: "Sebab, mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya." (Lukas 21:4)
Ujian untuk Memberi
Dalam kondisi uang hanya tinggal 50 ribu rupiah Tami kedatangan tetangga yang membawa cabai ke rumahnya. "Mbak, tolong dibeli cabai ini. 30 ribu rupiah saja, buat beli beras, " ujar sang tetangga. Dalam kondisi agak bimbang, Tami yang pernah merasakan hidup kekurangan memutuskan untuk membeli cabai itu, dengan menambahkan lima butir telur yang kebetulan masih ada di dapurnya. Tak disangka, lima menit kemudian tetangga lain datang untuk mengembalikan uang 200 ribu rupiah yang dipinjamnya dua bulan lalu. Semula Tom, anak sulung Tami, tak mengerti mengapa ibunya membeli cabai dengan uang yang tinggal sedikit, tetapi setelah pengembalian uang pinjaman itu, Tom mengerti bahwa itulah cara Tuhan menguji sekaligus memberkati ibunya.
Dalam kisah tentang pemberian janda miskin dengan persembahannya, memang tak diceritakan profil pribadi dan profesi dari janda tersebut. Tak ada pula catatan apa yang selanjutnya dialami janda itu, tetapi jelas tercatat bahwa ia memberikan seluruh nafkahnya untuk persembahan. Kerelaan dan pengorbanan tampaknya menjadi kunci dari pemberian itu, yang lantas mendapat pujian dari Yesus.
Terkadang dalam kondisi terbatas, kita justru mengalami ujian apakah akan tetap memberi atau menolak memberi dengan alasan tertentu. Dalam kondisi itu, tak selalu pula pemberian kita akan langsung membuahkan sesuatu yang baik, seperti pengalaman Tami di atas. Namun, percayalah bahwa hukum tabur-tuai masih berlaku, dimana cepat atau lambat, taburan dari pemberian kita akan berbalik menjadi berkat. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MAZMUR 62:1-8
Bacaan Setahun: Ibrani 7-10
Nas: Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari Dialah keselamatanku. (Mazmur 62:1)
Tanpamu
"Ternyata tanpamu langit masih biru. Ternyata tanpamu bunga pun tak layu. Ternyata dunia tak berhenti berputar walau kau bukan milikku." Demikianlah penggalan lirik lagu "Ternyata" yang dibawakan oleh penyanyi Lusy Rahmawati. Lagu ini menjadi salah satu rekomendasi untuk mereka yang tengah patah hati. Tak perlu larut dalam kesedihan karena putus cinta bukan akhir segalanya. Begitulah kira-kira maknanya.
Kehilangan sering kali menjadi peristiwa yang menguras emosi. Tidak hanya kesedihan, kehilangan dapat pula memunculkan perasaan kecewa dan putus asa. Jangankan peristiwa kematian, atau putus cinta seperti dalam ilustrasi lagu di atas. Kehilangan benda kesayangan semacam pulpen saja sanggup menghilangkan rasa syukur dan sukacita kita.
Larut dalam kesedihan, bahkan jatuh dalam keputusasaan sesungguhnya menjadi tanda bahwa kita telah menautkan hati terlalu dalam. Padahal, Tuhan Yesus telah menegaskan kepada setiap murid untuk mengasihi Allah dengan segenap hati dan jiwa dan segenap akal budi. Seorang Kristen tidak boleh lagi menautkan hati terlalu dalam pada dunia. Harta, jabatan, kuasa, paras, kepandaian, dan segala macam rupa-rupa kemewahan dunia tidak boleh menggantikan posisi Tuhan di hati orang Kristiani.
Pengenalan yang tepat akan Tuhan menuntun Daud menyadari keutamaan Tuhan dalam hidupnya. Baginya, Allah adalah sumber keselamatan, kemuliaan, kekuatan, ketenangan, perlindungan, dan harapan. Bagaimana dengan kita? Mana yang terasa lebih sulit: hidup tanpa harta dunia atau hidup tanpa Tuhan? --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: KEJADIAN 22:1-19
Bacaan Setahun: Ibrani 11-13
Nas: Keesokan harinya pagi-pagi Abraham bangun, memasang pelana keledainya, dan memanggil dua hambanya beserta Ishak, anaknya. Ia juga membelah kayu untuk kurban bakaran, lalu ia berangkat ke tempat yang diberitahukan Allah kepadanya. (Kejadian 22:3)
Justru Keyakinan Diperkuat
Tuhan menjanjikan masa depan penuh harapan (lih. Yer. 29:11). Betapa menyenangkan. Namun, yang terlihat saat ini ialah kehidupan yang sarat pergumulan. Situasi menyatakan masa depan akan suram, berkebalikan dengan janji Tuhan. Sebagian orang seketika mempertanyakan kebenaran kata-kata Tuhan. Tidak jarang pada akhirnya mereka menjadi kecewa kepada Tuhan.
Menarik mendapati, dalam situasi serupa, justru keyakinan Abraham diperkuat. Ia tidak memusingkan keadaan yang tampak berkebalikan. Itu sebabnya ia mau melaksanakan perintah Tuhan untuk mempersembahkan Ishak, putranya, sebagai korban bakaran. Segera keesokan harinya, pagi-pagi, Abraham membawa Ishak berangkat bersamanya menuju tanah Moria (ay. 3). Sebelumnya Tuhan berkata bahwa keturunan yang dari Ishaklah yang akan disebut keturunannya (lih. Kej. 21:12b). Abraham percaya janji-Nya pasti digenapi, maka itu berarti Ishak tidak mati. Sekalipun nanti Ishak benar-benar mati, Tuhan akan membangkitkannya (lih. Ibr. 11:19). Dan memang demikian yang terjadi, Ishak tidak mati. Saat Abraham mengulurkan tangannya, mengambil pisau untuk menyembelih Ishak, Tuhan mencegahnya (ay. 10-12). Tuhan memberi seekor domba jantan sebagai pengganti Ishak (ay. 13).
Tidak pernah ada kata-kata Tuhan yang bersifat kebohongan. Segalanya akan terjadi tepat seperti yang Dia ucapkan. Janji firman Tuhan pasti terlaksana dalam kehidupan kita. Maka, jangan kita menjadi tawar hati terhadap keadaan kehidupan saat ini yang tampak berkebalikan. Biarlah justru keyakinan kita diperkuat. Mari percaya Tuhan sanggup menolong dan memberkati kita sesuai dengan kehendak-Nya. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 SAMUEL 2:18-21
Bacaan Setahun: Yakobus 1-5
Nas: Tahun demi tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu untuknya, ketika ia pergi bersama suaminya mempersembahkan kurban tahunan. (1 Samuel 2:19)
Melampaui Batas
Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah. Peribahasa ini secara nyata menggambarkan kasih seorang ibu kepada anaknya. Layaknya masa yang tiada berakhir, demikian pula kasih ibu akan selalu diwujudkan bagi anaknya. Peribahasa tersebut seakan menunjukkan bahwa kasih seorang ibu tidak memiliki batasan, bahkan seorang ibu memberikan kasih itu sendiri melebihi batasan dirinya.
Peribahasa ini pun terwujud dalam diri Hana, sebagai ibu dari Samuel. Semenjak Samuel masih kecil, Hana harus berpisah dengannya dan menyerahkannya kepada Tuhan sebagai nazarnya kepada Tuhan yang telah membukakan kandungannya. Akan tetapi, sekalipun secara fisik telah berpisah, Hana tetap memberikan sepenuh hatinya bagi Samuel. Kasih itu diwujudkannya dengan membuatkan jubah bagi Samuel di setiap tahunnya. Hal tersebut bukan hendak menunjukkan bahwa ia menyesali nazarnya, tetapi merupakan wujud rasa syukurnya kepada Tuhan, sehingga ia berusaha sebaik mungkin untuk turut menjaga dan merawat Samuel dalam kasihnya. Cintanya mampu melebihi keberadaan fisik yang membatasi, sehingga Samuel pun tetap bertumbuh dalam kasihnya.
Kasih Hana yang melampaui batasan-batasan fisik, jarak, dan waktu menunjukkan bahwa kasih ibu memiliki peran besar dalam membangun hidup. Dalam semangat syukur akan berkat kasih Tuhan, semangat kasih Hana menjadi teladan bagi setiap ibu untuk senantiasa berperan mewujudkan kasih bagi keluarga, sehingga melaluinya hidup keluarga terus bertumbuh. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
THEMA JPA 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar