RENUNGAN EDISI 9 MARET 2025 - JPA CHANNEL

JPA CHANNEL

JPA VISION 2025 " Membangun Karakter Ilahi "

MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

Breaking News


Cari Blog Ini

Sabtu, 08 Maret 2025

RENUNGAN EDISI 9 MARET 2025

 RENUNGAN HARIAN





RENUNGAN SENIN
Bacaan: KELUARAN 7:1-5

Bacaan Setahun: Ulangan 11-13

Nas: "Orang Mesir itu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan ketika Aku mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir dan membawa orang Israel keluar dari antara mereka." (Keluaran 7:5)


Berkat yang Terselubung

Terkadang kita bisa mengalami berbagai kemalangan, tapi pada akhirnya membawa kebaikan bagi kita. Saya menyebutnya sebagai "berkat yang terselubung" karena sering kali berkat itu diselubungi oleh peristiwa yang kurang menyenangkan bagi kita di awalnya, tetapi berujung kebaikan.

Musa diutus oleh Allah untuk mendatangi Firaun dan mendesaknya agar mengizinkan umat Israel meninggalkan tanah Mesir menuju ke tanah perjanjian. Sebuah tugas yang tidak mudah. Sebelumnya, Musa melarikan diri dari Mesir karena ketakutan setelah membunuh seorang Mesir yang menganiaya orang Ibrani. Lagi pula, Musa telah diberitahu oleh Allah bahwa Ia akan mengeraskan hati Firaun sehingga tidak akan mendengarkan Musa (ay. 3-4). Tentu saja bukan tugas yang mudah karena Musa dan umat Israel akan mengalami berbagai macam kesulitan dan tekanan dari Firaun.

Mengapa Allah seakan membiarkan Musa mengalami situasi sulit tersebut? Allah ternyata hendak memperbanyak tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat-Nya di tanah Mesir serta mendatangkan hukuman bagi Firaun dan bangsa Mesir (ay. 3-4). Supaya semua bangsa mengetahui Allah Israel yang berkuasa melebihi kuasa mana pun di atas bumi (ay. 5). Semua situasi sulit yang dihadapi Musa menjadi cara Allah untuk mendemonstrasikan kuasa dan kedaulatan-Nya.

Allah terkadang membiarkan kita berada di dalam berbagai macam kesulitan dan tantangan. Ingatlah, semua itu bisa dipakai Allah untuk mendatangkan kebaikan bagi kita pada akhirnya. Ada berkat terselubung yang Allah siapkan melalui berbagai macam kesulitan di hidup kita. Tetaplah percaya dan bersandar pada Tuhan! --DSK/www.renunganharian.net

* * *
ADA BERKAT TERSELUBUNG DI BALIK SETIAP KESULITAN YANG KITA HADAPI.

* * *





RENUNGAN SELASA
Bacaan: YUNUS 2

Bacaan Setahun: Ulangan 14-16

Nas: Yunus berdoa kepada Tuhan, Allahnya, dari dalam perut ikan itu. (Yunus 2:1)


Perut Ikan

Dalam kisah Yunus, berada di perut ikan adalah buah dari ketidaktaatan. Bukti pemberontakan. Tempat penghukuman. Berada di sana rasanya seperti sudah di dalam dunia orang mati (ay. 2). Terbuang dan tersingkir dari hadapan Allah (ay. 4). Terancam dari segala sisi, tidak berdaya serta nyaris binasa (ay. 5-6). Dalam kesusahan besar itu, Yunus teringat akan Allah (ay. 7). Ia pun berdoa kepada-Nya, sebab ia tahu bahwa Tuhanlah sumber keselamatan (ay. 9).

Syukurnya, Allah Yang Maha Kuasa itu juga Pengasih dan Pengampun. Dia tetap menyendengkan telinga-Nya kepada doa si pendosa. Kasih-Nya tetap siap merengkuh dan tak ada yang terlalu jauh dari jangkauan-Nya. Dia mengampuni Yunus. Dia menyelamatkannya dengan cara yang ajaib. Tadinya Yunus berpikir bahwa perut ikan itu adalah liang kubur baginya (ay. 6). Namun, Allah justru memakai ikan itu sebagai alat penyelamatannya.

Adakalanya kita merasa seperti berada dalam perut ikan, yakni ketika kita menuai hasil buruk dari ketidaktaatan kita kepada Tuhan. Kita merasa terpuruk, terbuang, tidak berdaya, atau dikepung berbagai ancaman serta bahaya. Hidup rasanya gelap. Tak terlihat, bahkan secercah cahaya menuju jalan keluar yang membawa kita pada kelegaan. Kita bisa saja tergoda untuk berputus asa. Namun, pengalaman Yunus mengajarkan kita bahwa Allah tetap bersedia merengkuh kita dalam dekapan kasih-Nya. Memberi kita pertolongan dan keselamatan. Kita hanya perlu berdoa kepada-Nya, memohon uluran tangan kasih-Nya. Dia akan bersegera menolong kita dengan cara-Nya yang ajaib. --HT/www.renunganharian.net

* * *
ALLAH HANYA SEJAUH DOA. KARENA ITU, TETAPLAH BERDOA!

* * *



RENUNGAN RABU
Bacaan: MARKUS 10:35-45

Bacaan Setahun: Ulangan 17-20

Nas: Namun, kata Yesus kepada mereka, "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang Kuminum atau dibaptis dengan baptisan Kuterima?" (Markus 10:38)


Salib, Cawan, dan Baptisan

Wanita rela bertaruh nyawa dalam persalinan. Kesakitan dalam proses melahirkan, dan kerepotan dihadapi dengan adanya bayi. Meski demikian, kasih dan rasa syukur membuat lupa akan semua pengorbanan, ganti sukacita luar biasa.

Alih-alih menjalani kekristenan dengan tulus layaknya kasih ibu kepada anak, kadang kita lebih seperti Yakobus dan Yohanes: fokus pada upah daripada tanggung jawab. Layaklah Yesus mengingatkan mereka mengenai cawan dan baptisan. Benar bahwa para murid "harus meminum cawan yang harus Dia minum, dan dibaptis dengan baptisan yang harus Dia terima" (ay. 39). Namun, mengertikah mereka bahwa makna "cawan dan baptisan" yang akan dialami Yesus adalah penderitaan-Nya untuk menanggung dosa manusia? Tak mungkin Yakobus dan Yohanes sanggup memikulnya.

Jangan mengikut Yesus untuk menuntut jabatan atau kedudukan! Bukankah Yesus telah rela meninggalkan takhta kemuliaan-Nya dan mengambil rupa seorang hamba yang penuh dengan derita demi menebus dosa kita? Dia melakukannya dengan tulus dan sukacita, demi kasih-Nya pada manusia. Dia menyatakan kasih sampai memberikan nyawa-Nya, jauh sebelum kita melayani-Nya. Bukankah karya penebusan-Nya menjadi semacam upah yang dibayar di muka? Karena itu, tak pantas jika kita mengikut dan melayani Dia untuk menuntut upah lagi. Mari layani Dia dengan penuh sukacita atas dasar kasih yang tulus! Sebagai ungkapan syukur dan kesadaran akan hakikat diri sebagai hamba tebusan-Nya. --EBL/www.renunganharian.net

* * *
JANGAN HANYA MEMASTIKAN BAHWA TUHAN ADA DI DALAM HATI KITA.
PASTIKAN BAHWA DIA BERKUASA PULA ATASNYA.

* * *


RENUNGAN KAMIS
Bacaan: YUNUS 4

Bacaan Setahun: Ulangan 21-23

Nas: Tetapi, hal itu membuat Yunus sangat gusar dan marah. (Yunus 4:1)


Schadenfreude

Ada orang-orang yang merasa senang ketika melihat orang lain susah, serta merasa susah ketika melihat orang lain senang. Ilmu psikologi bahkan punya istilah khusus untuk perilaku ini, yakni schadenfreude. Sikap ini muncul karena adanya rasa iri di dalam hati. Itulah yang membuat kita tidak dapat bersimpati atau berempati terhadap orang lain.

Barangkali inilah yang dirasakan Yunus ketika Allah menyuruhnya ke Niniwe, musuh negeri Israel. Yunus diperintahkan untuk menyampaikan berita penghukuman kepada mereka. Namun, ia tidak mau penduduk Niniwe mendengar peringatan itu dengan harapan Allah benar-benar membinasakan mereka. Ia pun melarikan diri. Namun, Allah kembali memanggilnya serta mengampuni ketidaktaatannya. Sebaliknya, ia menjadi kesal dan marah ketika Allah juga mengampuni penduduk Niniwe. Ia iri terhadap kebaikan yang Allah nyatakan kepada mereka (ay. 2). Ia ingin mati karena penduduk Niniwe bertobat sehingga urung dimusnahkan (ay. 3).

Kita pasti senang memperoleh hal-hal yang baik. Diampuni ketika berdosa. Diberi kesempatan setelah gagal. Ditunjukkan kebaikan walau kita tak pantas menerimanya. Namun, jika kita menjadi iri, kesal, dan marah ketika justru orang-orang lain yang mengalami berbagai kebaikan itu, maka kita perlu memeriksa hati kita. Jangan sampai sifat iri itu semakin subur dan berkembang. Sebab Allah justru ingin kita bertumbuh di dalam kasih. Dan salah satu perwujudan kasih itu ialah mampu bersimpati terhadap situasi yang dialami orang lain, yakni bersedih dengan mereka yang bersedih, serta bersukacita dengan mereka yang bergembira (bdk. Rm. 12:15). --HT/www.renunganharian.net

* * *
BERSUKACITA SAAT MENYAKSIKAN ORANG LAIN MENGALAMI KEBAIKAN TUHAN
PERTANDA KITA SEDANG BERTUMBUH DI DALAM KASIH-NYA.

* * *



RENUNGAN JUMAT
Bacaan: MATIUS 6:25-34

Bacaan Setahun: Ulangan 24-27

Nas: "Karena itu, janganlah khawatir tentang hari esok, karena hari esok mempunyai kekhawatirannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34)


Pencapaian Terbaik

Berawal dari keluarga sederhana, ia berniat mengubah nasib. Ketekunannya belajar membuahkan hasil luar biasa. Di usianya yang belum genap tiga puluh tahun, ia sudah memiliki rumah dan kendaraan sendiri. Tentu hal ini didukung oleh kariernya yang bagus. Sayangnya, ia belum menemukan pasangan hidup. Hal itu membuatnya merasa khawatir. Ia pun mulai memperhatikan penampilannya. Mengubah beberapa bentuk tubuh supaya terlihat lebih menarik dengan melakukan operasi plastik.

Pencapaian seseorang sering kali diukur menggunakan harta, kuasa, rupa, dan keluarga. Penghasilan besar masih belum cukup karena belum berjabatan tinggi. Memiliki jabatan dan penghasilan besar belum cukup karena penampilannya kurang menarik. Memiliki paras yang menarik dan ekonomi mapan, masih dipertanyakan jika belum memiliki pasangan. Memiliki pasangan pun masih belum cukup jika belum memiliki momongan. Standar keberhasilan ini pun sering kali menghadirkan rasa khawatir pada diri orang-orang yang belum mencapainya.

Namun demikian, pengajaran Yesus justru mengajak kita melepas rasa khawatir. Tidak perlu merasa risau jika capaian duniawi yang kita raih belum memenuhi kriteria pada umumnya. Yesus justru mengontraskan sikap yang semestinya dihidupi oleh orang kristiani dari tradisi dunia. Sebab, ukuran keberhasilan orang percaya bukan semata-mata pencapaian duniawi yang pada akhirnya dapat lenyap begitu saja. Pencapaian orang percaya yang utama adalah menemukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (ay. 33), hidup tunduk dalam kedaulatan-Nya. --EBL/www.renunganharian.net

* * *
KITA TIDAK AKAN PERNAH PUAS DENGAN HARTA DUNIA
KARENA TUHAN MENCIPTAKAN KITA BUKAN UNTUK TUJUAN YANG FANA.

* * *



RENUNGAN SABTU
Bacaan: KEJADIAN 48:8-22

Bacaan Setahun: Ulangan 28-29

Nas: Tetapi, Israel justru mengulurkan tangan kanannya dan meletakkannya di atas kepala Efraim, anak yang bungsu, dan tangan kirinya di atas kepala Manasye, anak yang sulung, sehingga tangannya bersilang. (Kejadian 48:14)


Tangan yang Bersilang

Sesuai tradisi Yahudi, anak sulung mendapat prioritas dalam hal berkat. Soal warisan, si anak sulung mendapat dua bagian lebih banyak. Anak sulung akan lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya yang lain. Namun, Yakub pernah "melanggar" aturan ini. Menjelang akhir hidupnya, Yakub ingin memberkati Manasye dan Efraim, cucunya. Manasye, sebagai anak sulung Yusuf seharusnya mendapat tumpangan tangan kanan Yakub, tapi itu tidak terjadi. Yakub justru meletakkan tangan kanannya di kepala Efraim, si bungsu!

Menyalahi aturankah sampai-sampai Yusuf harus mengingatkan ayahnya? Dan Yakub tetap kukuh dengan apa yang dilakukannya. Seolah-olah tidak mau terikat pada aturan, Yakub hanya taat dengan apa yang Tuhan mau. Rencana Tuhan adalah Yakub memberkati Efraim dengan tangan kanannya, dan Manasye dengan tangan kirinya. Tuhan juga menyatakan bahwa kedua anak itu akan sama-sama menjadi bangsa yang besar, hanya keturunan Efraim akan lebih berkuasa.

Kita belajar bahwa kerap kali Tuhan melaksanakan rencana-Nya jauh melampaui pikiran manusia. Karena rencana Allah sering kali tak terduga maka mengikuti rencana Tuhan berarti kita tidak boleh bersandar kepada pengertian kita sendiri, melainkan kita harus belajar menyelaraskan segala rencana kita dengan rencana-Nya. Tuhan kita berkuasa untuk melaksanakan rencana-Nya dalam hidup kita sesuai dengan cara-Nya dan bukan cara-cara kita. --SYS/www.renunganharian.net

* * *
KITA AKAN SALAH DUGA JIKA MENYANGKA RENCANA ALLAH ITU
TERLAKSANA DENGAN CARA SEPERTI APA YANG KITA PIKIRKAN.

* * *



MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

&
JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya "
( LUKAS 1:17c )


Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

#KeluargaJPA​​​ #TuhanBekerja​​​ #JPABerdampak​​​ #GPdI​​​ #GPdIJPA​​​ #Praise​​​ #Renungan2025 #MembangunKarakterIlahi #JPAVision #multimediaJPA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WARTA EDISI 6 JULI 2025

 JADWAL IBADAH SEPEKAN JPA MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK " & JPA VISION : " Mempersiapkan Ba...

Post Bottom Ad

Halaman