RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yosua 22-24
Nas: Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan orang-orang miskin, melainkan karena ia seorang pencuri. Ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. (Yohanes 12:6)
Lain di Mulut, Lain di Hati
Ada peribahasa, "Lain di mulut, lain di hati, " artinya, yang dikatakan berbeda dengan isi hatinya. Hal ini yang dilakukan Yudas. Saat Maria mengambil setengah liter minyak narwastu murni yang mahal sekali, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyeka dengan rambutnya; bau semerbak memenuhi seluruh rumah, Yudas Iskariot berkata, "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan orang-orang miskin, melainkan karena ia seorang pencuri. Ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Apa yang dikatakan Yudas, seolah-olah ia memperhatikan orang-orang miskin, tetapi sebenarnya ia pencuri. Dalam khotbah di bukit, Yesus mengajarkan, jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat (Mat. 5:37).
Rasul Paulus menyatakan bahwa nasihatnya tidak lahir dari kesesatan atau maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya. Sebaliknya, ia berbicara bukan untuk menyenangkan manusia, melainkan untuk Allah yang menguji hati. Karena seperti yang kamu ketahui, kami tidak pernah bermulut manis dan tidak pernah mempunyai maksud serakah yang tersembunyi-Allah adalah saksi (1Tes. 2:3-5).
Jangan mengelabui manusia, orang lain mungkin tidak tahu jika perkataan kita berbeda dengan isi hati kita; ingatlah ada Tuhan yang menguji hati dan Tuhan tahu apa yang ada di hati kita. Mari kita katakan yang sebenarnya sesuai dengan apa yang ada di hati. --IN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: BILANGAN 21:4-9
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 1-2
Nas: Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, "Buatlah ular tedung dan taruhlah pada sebuah tiang. Setiap orang yang dipagut, tetapi melihatnya, akan tetap hidup." (Bilangan 21:8)
Bukti atas Iman
Untuk dapat memercayai suatu hal, manusia selalu meminta bukti terlebih dahulu. Tanpa adanya bukti maka kita akan meragukan hal tersebut. Terlebih bila bukti yang diharapkan tidak kunjung diterima maka bukan hanya memunculkan keragu-raguan, tetapi juga kekecewaan yang menumbuhkan antipati.
Bangsa Israel meragukan janji Allah setelah sekian lama berjalan di padang gurun dan tidak kunjung sampai di tempat tujuan. Begitu kecewanya, mereka membandingkan perjalanan itu dengan kehidupan di Mesir, seakan menganggap bahwa janji itu palsu. Mereka menuntut bukti sesegera mungkin atas janji Allah. Atas sikap mereka, Allah memberikan hukuman dengan mengirimkan ular tedung hingga mereka bertobat. Menariknya, Allah juga menggunakan wujud ular untuk menyembuhkan mereka. Allah hendak mengajarkan bahwa apa yang mereka hadapi itu adalah bukti atas janji-Nya. Sebagaimana mereka ketakutan ketika menghadapi ular dan Allah menyuruh mereka menghadap ular tembaga untuk mendapat kesembuhan, seperti itulah perjalanan di padang gurun. Allah mengajak mereka untuk menghadapi padang gurun itu, sebab perjalanan mereka itu adalah bukti atas janji-Nya.
Dalam hidup beriman, tidak jarang kita menuntut bukti penyertaan Allah, semisal ketika mempunyai suatu pengharapan. Marilah kita belajar untuk selalu menyadari bahwa pertama-tama, hidup yang kita jalani adalah berkat dari Allah. Maka bangunlah selalu pengharapan kepada Allah, tanpa melupakan semua berkat yang telah Allah berikan. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: KEJADIAN 22:1-19
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 3-5
Nas: Keesokan harinya pagi-pagi Abraham bangun, memasang pelana keledainya, dan memanggil dua hambanya beserta Ishak, anaknya ..., lalu ia berangkat ke tempat yang diberitahukan Allah kepadanya. (Kejadian 22:3)
Iman yang Bertumbuh
Salah satu tanda pertumbuhan iman dapat kita lihat melalui perubahan sikap. Contoh, sebelumnya kerap merasa cemas, selanjutnya penuh ketenangan. Dulunya takut terhadap tantangan, sekarang berani menghadapi tantangan. Awalnya bimbang, kemudian segenap hati percaya.
Abraham disebut bapa orang beriman. Bukan karena imannya sempurna di hadapan Tuhan, tetapi iman itu bertumbuh. Terjadi perubahan sikap atas dasar imannya yang semakin kuat di dalam Tuhan. Sebelumnya Abraham menuruti perkataan Sara, istrinya, untuk menghampiri Hagar (Kej. 16:2). Di dalam hatinya Abraham juga bimbang benarkah ia akan memiliki keturunan melalui Sara, seperti yang dijanjikan oleh Tuhan (Kej. 15:4). Di kemudian hari, saat Ishak telah cukup dewasa, Tuhan menyuruhnya mempersembahkan putranya itu sebagai korban bakaran. Lekas Abraham melaksanakan perintah Tuhan. Kali ini sama sekali ia tidak bimbang. Segenap hati ia percaya bahwa Tuhan pasti melaksanakan janji-Nya, yakni membuatnya menjadi bangsa yang besar melalui Ishak (Kej. 21:12).
Saat Abraham menilik keseluruhan dari peristiwa yang telah terjadi dalam hidupnya, mengertilah ia bahwa Tuhan selalu dapat dipercaya. Maka imannya pun bertumbuh. Seperti seorang penabur mengharap benih yang ditaburnya itu bertumbuh, demikian Tuhan berharap melihat pertumbuhan iman kita. Baiklah kini kita juga menilik segenap perbuatan Tuhan. Apakah pernah Dia mengecewakan kita? Jika tidak, saatnya untuk mengubah sikap. Mari membuang dari dalam hati perasaan-perasaan negatif seperti cemas, takut, gelisah, dan bimbang. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MATIUS 6:19-24
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 6-7
Nas: "Namun, kumpulkanlah bagimu harta di surga, yang tidak dirusak oleh ngengat dan karat, dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Matius 6:20)
Bekal yang Tepat
Ketika melihat seseorang membawa tas punggung besar berisi tenda, sleeping bag, matras, tali, senter, dan jaket, kita dapat menebak bahwa ia hendak mendaki gunung. Ketika melihat seseorang membawa cangkul dan sabit, kita dapat menebak bahwa ia hendak bertani atau berkebun. Ya, cukup dengan melihat bekal yang dibawa, kita dapat mengetahui tujuan seseorang.
Siapakah kita? Kita adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus (Gal. 3:26). Untuk apa kita diciptakan? Melakukan kehendak Tuhan dan memuliakan nama-Nya (1Kor. 6:20). Atas dasar pengertian inilah, tanpa membedakan latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan tingkat ekonomi, setiap orang percaya memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan hidupnya pada kehendak dan kemuliaan Tuhan. Dengan demikian, apakah bekal yang perlu kita persiapkan?
Kristus memperingatkan para murid supaya mengumpulkan harta di surga dan melarang mereka mengumpulkan harta di bumi. Ia tidak sedang bermaksud untuk merampas harta kekayaan para murid. Ia memberi arahan supaya para murid memilih dengan benar harta yang layak diupayakan sebagai bekal yang tepat. Harta duniawi (uang, emas, rumah megah, mobil mewah, jabatan, kekuasaan, dll.) memang dapat dipergunakan sebagai sarana dan alat, tetapi tidak sanggup menyelamatkan. Harta duniawi tidak memenuhi standar untuk menjadi bekal menuju hidup kekal karena sifatnya mudah dirusakkan ngengat dan karat. Karena itu, jika ingin jerih lelah kita tidak menjadi sia-sia, kumpulkanlah harta surgawi yang bernilai kekal. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: HAKIM-HAKIM 11:29-40
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 8-9
Nas: Jawab anak itu kepadanya, "Bapa, jika engkau telah mengucapkan nazar kepada Tuhan, lakukanlah kepadaku sesuai dengan nazar yang kauucapkan, karena Tuhan telah mengadakan pembalasan bagimu terhadap bani Amon, musuhmu." (Hakim-hakim 11:36)
Saat Janji Terucap
Nazar atau janji yang sudah diucapkan memiliki kekuatan yang mengikat. Yefta mengucapkan nazarnya kepada Tuhan saat menghadapi peperangan dengan bangsa Amon. Ia bernazar akan menyerahkan siapa saja yang keluar dari rumahnya kepada Tuhan jika Tuhan memberinya kemenangan atas Amon. Saat ia pulang dari peperangan, ia melihat anak perempuannya keluar dari pintu rumah, menyambutnya sambil menari-nari! Teringat nazar yang telah diucapkannya, Yefta harus menyerahkan anak perempuannya sebagai kurban bakaran Tuhan.
Nazar dan janji adalah masalah serius di hadapan Tuhan. Bolehkah sebuah nazar dibatalkan? Dalam kitab Imamat, Tuhan memberikan sebuah peraturan tentang seorang yang bernazar. Jika seseorang membatalkan nazarnya maka Tuhan memberikan sebuah peraturan untuk pengganti nazar itu yang nilainya ditetapkan oleh Tuhan. Tuhan menetapkan peraturan tentang nazar untuk memberikan jalan keluar bila seseorang salah bernazar, sekaligus mendidik bangsa Israel agar tidak sembarangan bernazar atau membuat nazar yang tidak dilaksanakan.
Setiap janji yang terucap ibarat sebuah surat utang. Nazar atau janji apakah yang pernah kita ucapkan kepada Tuhan dan sesama? Apakah kita telah memenuhi nazar kita? Ketika kita berkata bahwa kita adalah orang yang menghormati Tuhan maka kita akan selalu memenuhi setiap nazar yang kita ucapkan. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 2 RAJA-RAJA 2:19-22
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 10-12
Nas: ... "Beginilah firman Tuhan: Aku telah membuat air ini baik, sehingga tidak akan lagi menyebabkan kematian atau ketidaksuburan." (2 Raja-raja 2:21)
Air untuk Kehidupan
Kota Yerikho merupakan sebuah dataran luas yang ditumbuhi banyak pohon kurma (Ul. 34:3). Sayangnya, letak kota yang baik itu tidak didukung oleh tersedianya air yang baik. Sebaliknya, airnya jelek dan menyebabkan kematian serta ketidaksuburan. Ketika warga kota melaporkan hal itu kepada Elisa, sang nabi pun melemparkan semangkuk garam ke mata air itu, lalu air itu menjadi baik sehingga bermanfaat untuk kesejahteraan warganya.
Air merupakan kebutuhan vital manusia. Sayangnya, banyak faktor yang menyebabkan air tercemar lalu membahayakan penggunanya, termasuk manusia. Ironisnya, manusia sendirilah yang sering kali menjadi penyebab utamanya, yaitu melalui perilaku egois nan serakah, serta tidak memikirkan akibat jangka panjang. Air yang tercemar tentunya mengancam kehidupan. Maka, tindakan pemulihan air yang dilakukan oleh Elisa ini adalah proklamasi dukungannya terhadap kehidupan yang lebih baik.
Tindakan Elisa ini adalah sebuah mukjizat, sesuai yang difirmankan Tuhan (ay. 21). Ini menunjukkan bahwa Tuhan sungguh berkuasa, serta sanggup mengubah segala sesuatu. Dia dapat mengubah situasi yang buruk menjadi baik. Yang mandul menjadi subur. Yang tandus menjadi produktif. Maka sebagai anak-anak-Nya, segala perilaku kita juga hendaknya menunjukkan dukungan terhadap tindakan-tindakan yang membawa perubahan ke arah yang semakin baik. Kita hendaknya turut meningkatkan kualitas kehidupan di sekeliling kita, termasuk dalam menjaga serta memanfaatkan air secara baik dan bijaksana. Dengan demikian, kehadiran kita akan mendatangkan kebaikan dan kesejahteraan di dalam dunia ini. --HT/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar