RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Bilangan 31-32
Nas: Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:4)
Sein Kanan, Belok Kiri
Salah satu perilaku pengendara motor yang sering dikeluhkan para pengguna jalan ialah menyalakan lampu sein kanan, tetapi beloknya ke kiri. Atau sebaliknya, menyalakan sein kiri, tetapi berbelok ke kanan. Sekilas, perilaku ini terlihat sepele. Namun, sebenarnya sangat membahayakan. Lampu sein bertujuan memberi tanda atau isyarat bahwa si pengendara akan berbelok ke kanan atau ke kiri sehingga pengendara lain tidak menabraknya. Maka jika kita salah memberi isyarat, kecelakaan bisa terjadi. Yang rugi atau mengalami bahaya bukan hanya diri kita, melainkan orang lain juga.
Banyak orang bertindak tanpa memikirkan dampaknya bagi orang lain. Padahal, segala sesuatu yang kita perbuat tidak mungkin berdampak tunggal alias hanya berpengaruh pada diri sendiri. Ada yang berdampak kecil, tetapi ada juga yang berdampak sangat besar, baik itu secara positif ataupun secara negatif. Karenanya, kita hendaknya melakukan segala sesuatu dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Itulah sebabnya bahwa dalam kehidupan bersama, kita tidak boleh bertindak sesuka hati. Hanya demi kesenangan pribadi. Namun, juga memperhatikan orang lain. Apakah mereka akan merasa aman, nyaman, atau gembira karena tindakan kita? Atau sebaliknya, mereka merasa terancam, berada dalam bahaya, atau menjadi susah karena kita? Itulah yang dinasihatkan Rasul Paulus kepada jemaat Filipi. Ketika melakukan sesuatu, pikirkanlah orang lain juga. Itulah tandanya kita hidup dalam kasih. Itu yang Kristus teladankan bagi kita. Dia rela meninggalkan kemuliaan-Nya demi menyelamatkan para pendosa. Kiranya kita mengikuti teladan-Nya. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: HAKIM-HAKIM 15
Bacaan Setahun: Bilangan 33-34
Nas: Lalu Simson pergi menangkap tiga ratus anjing hutan, mengambil obor, mengikat ekor dengan ekor, dan menaruh sebuah obor di antara tiap-tiap dua ekor. (Hakim-hakim 15:4)
Lebih Jahat
Dendam, atau keinginan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak pernah menyelesaikan persoalan. Namun, banyak orang masih senang mendendam. Alih-alih mengalah demi memutus rantai dosa, sebagian orang belum lega sebelum melakukan pembalasan. Bahkan mereka membalas dengan perbuatan yang jauh lebih jahat.
Demikian pula yang dilakukan Simson. Mengetahui ayah mertuanya memberikan istrinya kepada temannya, Simson sangat marah. Ia membalas perlakuan ayah mertuanya itu dengan tindakan yang lebih jahat. Simson menangkap anjing hutan, mengikatnya, dan menyalakan obor di antara tiap dua ekor. Akibatnya, tumpukan gandum, gandum yang belum dituai, dan kebun-kebun pohon zaitun milik orang Filisin terbakar.
Kekuatan yang dimiliki Simson sesungguhnya sangat besar. Bayangkan saja, ia dapat menangkap banyak anjing hutan. Sayangnya, Simson mempergunakan kekuatannya untuk berlaku jahat. Kekuatan dari Tuhan, yang semestinya dipergunakan untuk melayani sebagai hakim, ternyata tidak dipergunakan dengan bijak. Simson selalu saja menggunakannya untuk kepentingan pribadinya. Bahkan sampai pada kematiannya pun Simson mempergunakan kekuatannya demi dendamnya.
Alkitab mencatat bahwa semua itu dari Tuhan asalnya. Namun, jangan berpikir Tuhan mengatur Simson supaya ia menikahi perempuan Filistin. Akar masalahnya ada pada Simson yang nekat. Hanya, Tuhan tetap dapat mempergunakannya sebagai jalan menuju kehendak-Nya. Semoga kita dimampukan untuk mengutamakan kepentingan Allah daripada keinginan badani. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 2 SAMUEL 16:5-14
Bacaan Setahun: Bilangan 35-36
Nas: "Mungkin Tuhan akan memperhatikan sengsaraku ini dan Tuhan membalasku dengan kebaikan ganti kutuk orang itu pada hari ini." (2 Samuel 16:12)
Proses Melembutkan Hati
Tidak semua orang bersedia dikritik. Apalagi diungkap sisi buruk kehidupannya. Lebih menyakitkan, apa reaksi kita jika ada orang yang mengucapkan kata-kata kutuk dan menyumpahi diri kita dengan kabar celaka? Jelas sulit untuk bisa menahan hati. Tidak mudah menahan mulut untuk diam. Kita cenderung berusaha membungkam para pengkritik kita dengan menuntut keadilan dan membela diri.
Daud mengalami hal itu. Ketika ia dalam perjalanan karena melarikan diri dari kejaran Absalom, Simei terus-menerus mengutuki Daud sambil melempari batu. Tindakan Simei ini membuat Abisai marah dan minta izin kepada Daud untuk memenggal kepalanya. Namun, Daud mencegah dan berkata, "Biarkanlah dia, biarlah ia mengutuk, sebab Tuhan telah berfirman kepadanya demikian." Daud menahan diri, dia tidak berusaha membela diri, sebaliknya ia menunjukkan kelembutan hatinya dengan tunduk kepada kehendak Tuhan. Dalam situasi yang menekan, Daud belajar untuk memercayakan dirinya kepada Allah. Daud belajar berserah bahwa Tuhan akan memperhatikan kesengsaraannya dan akan membalas yang baik sebagai ganti dari kutukan yang diucapkan oleh Simei itu.
Apakah kita sedang menghadapi orang-orang yang berusaha menyerang dengan kata-kata jahatnya? Seperti Daud, mari belajar untuk menahan hati dan berserah, belajar untuk memusatkan hati kita kepada Tuhan Yang Maha Adil. Belajar untuk percaya bahwa dalam setiap situasi buruk pun Tuhan sedang mengerjakan rencana-Nya yang indah. Ketika disakiti, kita belajar untuk tetap mengasihi dan mengampuni. Ketika membutuhkan jawaban, kita terus menanti-nantikan Tuhan yang mampu memberikan kemampuan dan menyatakan keadilan-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 2 SAMUEL 12:15-25
Bacaan Setahun: Ulangan 1-2
Nas: Pada hari ketujuh anak itu mati. Pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya bahwa anak itu sudah mati .... (2 Samuel 12:18)
Penyampai Kabar Duka
Sedikitnya tujuh kali Putra harus menyampaikan kabar duka kepada ibunya, yang dimulai dari ayahnya. Setelah itu, kabar duka datang terkait meninggalnya dua adik ipar, seorang bibi yang merawat ibu Putra sewaktu kecil, hingga kematian tiga adiknya dalam kurun waktu 10 tahun. Sungguh tidak mudah menyampaikan berita duka itu karena tak hanya membutuhkan kata-kata dan waktu yang tepat. Putra pun menyertai dengan doa agar Tuhan campur tangan supaya ibunya dapat menerima kabar duka dengan baik, tanpa mendatangkan dampak yang buruk.
Hari itu para pegawai Daud sedang mengalami dilema terkait kematian anak yang ditulahi Allah, hasil hubungan terlarang Daud dengan Batsyeba. Tujuh hari lamanya tuan mereka berpuasa dan berdoa, sambil berharap Allah berkenan menyembuhkan anak itu, sebelum akhirnya anak itu mati. Para pegawai Daud bingung sekaligus khawatir, jangan-jangan setelah kabar duka itu diterima, tuannya malah mencelakakan diri (ay. 18). Namun, Daud mengetahui bahwa anak itu sudah mati ketika melihat para pegawainya berbisik-bisik, lalu ia segera mengonfirmasi kabar itu, yang lantas dibenarkan oleh para pegawainya (ay. 19).
Menjadi pembawa berita memang tidak mudah, terlebih kabar duka karena berpulangnya orang yang terkasih. Namun, Allah menyediakan Roh Kudus sebagai penolong bagi kita yang harus mengemban tugas yang tidak mudah tersebut. Ketika itulah, keterbatasan kita dalam berkata-kata akan disempurnakan oleh-Nya sehingga niscaya pesan yang kita bawa dapat diterima dengan baik. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 1 RAJA-RAJA 3:16-28
Bacaan Setahun: Ulangan 3-4
Nas: "Pada tengah malam ia bangun dan mengambil anakku dari sampingku sementara hambamu ini masih tidur. Ia membaringkan anakku di dadanya, sedangkan anaknya yang mati itu dibaringkannya di dadaku." (1 Raja-raja 3:20)
Menghadapi Masalah
Beragam penyebab hadirnya masalah dalam hidup kita. Ada yang disebabkan kesalahan atau kekeliruan yang kita lakukan. Atau karena keterbatasan serta ketidakmampuan kita menangani sesuatu. Ini berkaitan dengan faktor-faktor dari dalam diri kita sendiri. Namun, ada juga masalah yang berasal dari luar diri kita, yang tiba-tiba menempatkan kita dalam situasi sukar.
Kita tidak tahu mengapa dua tokoh dalam kisah ini menjadi perempuan sundal. Namun, barangkali perasaan senasib itu membuat mereka tinggal bersama. Keduanya juga melahirkan dalam waktu yang berdekatan. Lalu suatu malam, bayi dari ibu pertama tertindih olehnya saat tidur hingga meninggal, lalu menukarnya dengan bayi yang lain. Esok paginya, ibu kedua terbangun ketika akan menyusui menyadari bahwa bayinya telah ditukar. Keduanya bertengkar tanpa ada penyelesaian. Akhirnya, mereka menghadap raja untuk memutuskan perkara itu. Syukurnya, sang raja melakukan cara yang tidak biasa, yang dengan hikmat Allah menunjukkan siapa ibu sejati dari bayi yang hidup itu.
Saat menghadapi masalah, kita bisa saja cuci tangan dan melemparkannya kepada orang lain. Bersikap seolah kita tidak bersalah, walau kitalah sumber masalahnya. Kita berharap tidak ada orang yang tahu dan menunjukkan kesalahan kita. Namun, tentunya ini adalah cara yang salah serta tidak bertanggung jawab. Walau akan ada risiko, tetapi yang terbaik adalah mengakuinya dengan jujur, serta mencari solusi untuk mengatasinya. Kita juga dapat melibatkan orang-orang yang memiliki hikmat Allah sehingga melalui masalah itu kita akan menyaksikan kuasa Tuhan. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: YOHANES 11:1-44
Bacaan Setahun: Ulangan 5-7
Nas: "Namun, Aku bersukacita, Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab itu demi kebaikanmu, supaya kamu dapat percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya." (Yohanes 11:15)
Waktu Tuhan
Melihat orang kristiani yang baik menderita sakit berat, kita mungkin bertanya, mengapa orang sebaik ini menderita? Apakah Allah Bapa membiarkannya? Atau tidak mengasihinya lagi? Adakah ia berbuat dosa yang disembunyikan? Mengapa Tuhan tidak menyembuhkannya? Kecamuk pertanyaan semacam ini mungkin mengusik benak kita.
Selama hidup Yesus di bumi, Ia memperjelas maksud Allah Bapa melalui peristiwa Lazarus. Ketika Lazarus dalam keadaan sakit, Yesus tidak segera mendatangi Lazarus untuk menyembuhkannya. Sebaliknya, Yesus justru masih tinggal 2 hari lagi di tempat-Nya berada (ay. 6). Tindakan Yesus sulit dipahami saat itu. Sebab, bukankah Yesus mengasihi Lazarus, juga Marta dan Maria, kakaknya (ay. 5)? Ia bahkan turut menangis ketika tiba di sana dan melihat Maria dan orang banyak menangisi kematian Lazarus (ay. 35). Padahal sebenarnya Yesus ingin supaya murid-Nya percaya bahwa Ialah kebangkitan dan hidup (ay. 25). Melalui kuasa-Nya, Yesus membangkitkan Lazarus yang telah empat hari meninggal (ay. 17).
Tidak setiap penyakit orang percaya disembuhkan. Tidak semua pertanyaan terjawab secara memuaskan. Namun, Tuhan menginginkan kita percaya akan rencana-Nya sesuai waktu-Nya dan memuliakan nama-Nya. Lazarus hanyalah contoh kecil tentang kuasa Yesus yang jauh melampaui maut. Saat ini kita pun mengalami mukjizat-mukjizat yang menandakan bahwa Yesus masih terus bersama kita. Saatnya nanti, kita mengalami kebangkitan tubuh yang sesungguhnya dan masuk ke dalam kekekalan. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar