RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yohanes 1-2
Nas: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah inti Taurat dan Nabi-nabi." (Matius 22:39; 7:12)
Tepa Salira
Di depan pasar itu, beberapa laki-laki mengepung seorang pria kurus. "Copet kurang ajar!" bentak mereka. Seorang penjual kayu bakar baru saja tiba di pasar. Ia letakkan dagangannya, lalu berlari mendekat, dan menghajar pencopet malang itu. Untunglah datang pertolongan. Seorang lelaki tinggi kekar mendekat sambil berteriak mengguntur, "Hentikaaaan!!!" Semua mata menoleh ke pemilik suara, dan kebrutalan itu pun terhenti.
Peristiwa 55 tahun silam itu masih sering memantik tanya dalam hati: Mengapa orang bisa begitu kejam terhadap sesama? Apa yang dipikirkan penjual kayu bakar itu hingga ia tega menghajar si pencopet? Andai kata dia sendirilah si pencopet, dia pasti tak ingin diperlakukan seperti ia memperlakukan pencopet itu. Jadi, mengapa dia bersikap begitu? Ada hal amat penting yang hilang dari hati penjual kayu bakar itu: tepa salira.
Tuhan Yesus bersabda, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat. 22:39b). Sabda Tuhan itu punya makna yang dalam dan luas. Namun, satu di antaranya, Tuhan berpesan agar kita memiliki tepa salira, yakni menempatkan diri di tempat dan situasi sesama, dan memperlakukan sesama seperti memperlakukan diri sendiri, seperti yang dijelaskan oleh Tuhan Yesus, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka" (Mat. 7:12).
Memang, kita tak boleh menoleransi kejahatan, apa pun wujudnya. Namun, itu bukan berarti bahwa kita boleh meninggalkan tepa salira kepada sesama, siapa pun mereka. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: PENGKHOTBAH 3:16-22
Bacaan Setahun: Yohanes 3-4
Nas: Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situ ada kejahatan, dan di tempat keadilan, di situ ada ketidakadilan. (Pengkhotbah 3:16)
Ketidakadilan di Tempat Keadilan
Sudah dua hari An mogok sekolah. Sebelumnya, ia dituduh mengunci temannya di toilet. Ia sudah mengaku dengan jujur apa yang sebenarnya terjadi. Bahwa saat ia melintasi toilet sekembalinya dari kantin, ia mendengar seseorang berteriak minta tolong. Ia melihat pintu toilet terkunci dari luar, sehingga ia membukanya. Ia sangat kecewa ketika sang guru yang menangani kasus itu tetap menuduh, bahkan menghukumnya.
Sebagian orang berpendapat bahwa keadilan pada masa kini semakin menjadi barang langka. Sekalipun ada ukuran dalam perundang-undangan (hukum), tetapi pada praktiknya keadilan tak jarang dimanipulasi demi kepentingan pribadi, golongan, atau kelompok. Siapa memiliki uang, dialah yang menang. Siapa berkuasa, dialah yang dibela. Pengkhotbah turut menyatakan bahwa di tempat pengadilan pun terdapat ketidakadilan. Namun demikian, sang pengkhotbah merasa yakin bahwa masih ada satu tempat yang mampu memberikan keadilan. Dialah Allah. Memang, di dunia ini kesempurnaan maksud Allah bisa saja tercemar oleh kefasikan dan ketidakadilan. Namun, Allah akan memberi upah kepada orang benar dan menghukum orang fasik tepat pada waktu-Nya.
Karena itu, sekalipun fakta kehidupan dunia menunjukkan ketimpangan keadilan, orang beriman tak boleh menjadi pesimis. Apalagi memilih bermain hakim sendiri atau berlaku semena-mena. Pastikan kita tidak kehilangan upah kebahagiaan pada saat hari penghakiman Allah dengan menjaga kesetiaan kepada-Nya! Bukan hidup di dunia, menjadi abu dan binasa dalam kesia-siaan. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 2 KORINTUS 8:9
Bacaan Setahun: Yohanes 5-6
Nas: Karena kamu telah mengenal anugerah Tuhan kita Yesus Kristus bahwa sekalipun Ia kaya, oleh karena kamu Ia menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya. (2 Korintus 8:9)
Meneladani Yesus
Semakin lama seseorang mengikut Yesus, seharusnya kualitas kehidupan menjadi lebih baik karena hal-hal baik dalam pribadi Yesus akan menginspirasinya untuk melakukan hal yang serupa. Hari ini ketika kita membaca nas renungan mengenai pengorbanan Yesus, yang rela memberikan seluruh hidupnya, bahkan Ia rela menjadi miskin agar kita menjadi kaya dalam segala sesuatu, apakah hal pertama yang terlintas dalam benak kita?
Tentu saja maksud dari kebenaran firman itu tak hanya berbicara soal kekayaan secara materi. Jika itu yang dimaksud, tentu hari ini kita tidak lagi melihat seorang Kristen yang berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya. Sudut pandang kita perlu diarahkan pada kerelaan dan pengorbanan Tuhan Yesus yang rela menjadi miskin agar hidup kita "diperkaya" dalam berbagai macam hal: kaya dalam kasih, kemurahan hati, pengampunan, dan masih banyak lagi. Allah menghendaki agar cara hidup yang serupa juga melekat dalam diri setiap orang percaya, yang tidak segan membagikan segala sesuatu yang baik kepada sesama, supaya kehidupan orang lain menjadi lebih baik.
Jika lantas kesediaan untuk meneladani cara hidup Yesus itu mengarah pada berbagai materi, dalam hal ini pun hendaknya kita melakukan dengan kerelaan, tanpa pernah takut mengalami kekurangan. Setiap orang percaya yang bersedia meneladani cara hidup Yesus, baginya akan berlaku hukum tabur-tuai sehingga apa pun yang pernah ditaburkan, maka cepat atau lambat berkat Tuhan akan dituai pula. Bersediakah kita menempuh jalan hidup seperti ini? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: AMSAL 25:17-20
Bacaan Setahun: Yohanes 7-8
Nas: Bagaikan orang yang menanggalkan baju di musim dingin, dan bagaikan cuka pada luka, demikianlah orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih. (Amsal 25:20)
Luka dan Cuka
Seorang penceramah memulai presentasinya dengan menceritakan suatu kejadian lucu. Mendengar cerita itu, spontan meledaklah tawa para peserta seminar itu. Tak lama kemudian, penceramah ternama itu menceritakan lagi humor yang sama. Sebagian hadirin masih menyambut dengan tawa, sisanya diam saja. Sesudahnya, penceramah itu masih mengulang lelucon itu untuk ketiga kalinya. Kali ini tak seorang pun tertawa. Ia berpesan kepada hadirin, "Kejenakaan pun menjemukan apabila diulangi terus, maka jangan terus tenggelam mengulangi terus cerita sedih dalam hatimu! Anda harus belajar untuk move on!"
Penulis Kitab Amsal mengingatkan tentang bahayanya suatu pengulangan yang tidak tepat. Seperti bertandang ke rumah orang. Walau itu bagian dari kesantunan memelihara hubungan, tetapi jika terlalu sering justru mengganggu bahkan kelak bisa merusak hubungan itu (ay. 17). Begitu pun kesedihan hati. Apabila terlalu sering diulangi-layaknya nyanyian-akan menenggelamkan orang dalam kubangan kesusahan yang berkepanjangan. Ia tak bisa bangkit karena rasa perihnya terus disentuh, ibarat luka yang ditetesi cuka (ay. 20).
Kesedihan tak terhindarkan dalam kehidupan ini. Yang harus kita hindari adalah tenggelam atau larut hanyut dalam kesedihan. Oleh karena itu, sesulit apa pun itu, kita jangan sampai membiarkan cerita sedih terus menghantui akibat kemurungan, keluh kesah dan ratap tangis yang terus-menerus diulangi hingga melebihi dosis. Jika luka di hati kita terus ditaburi cuka, proses pemulihannya akan terhambat. Berilah kesempatan untuk luka di hati kita bisa sembuh, serta melangkahlah maju! --PAD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: KELUARAN 33:12-23
Bacaan Setahun: Yohanes 9-10
Nas: Berkatalah Musa kepada-Nya, "Jika bukan Engkau sendiri yang berjalan beserta kami, jangan bawa kami pergi dari sini." (Keluaran 33:15)
Makna Penyertaan-Nya
Kapankah terakhir kalinya kita berdoa meminta tuntunan dan penyertaan Tuhan? Apakah kita terus melakukannya setiap hari? Sejujurnya kita kerap kali lupa atau malah tidak lagi melakukannya ketika perjalanan hidup kita rasa baik-baik saja tanpa masalah. Akan tetapi, ketika segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik, dikepung masalah, dan terjepit, kita barulah tersadar pentingnya pimpinan dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita.
Tuhan murka kepada umat-Nya Israel. Itu karena mereka telah menyakiti hati-Nya dengan menyembah patung anak lembu emas. Murka yang membuat Tuhan membinasakan lebih dari tiga ribu orang dari umat itu (Kel. 32:28). Tuhan pun sepertinya enggan untuk menyertai umat itu, dosa sudah merusak segalanya. Meski begitu, Ia tetap meminta Musa dan umat-Nya untuk melanjutkan perjalanan dengan janji bahwa Ia tetap menyertai Musa. Namun, bagi Musa, apalah artinya melanjutkan perjalanan jika Tuhan tidak menyertai bangsa itu juga? Sampai-sampai Musa merasa perlu untuk memohon kasih karunia Tuhan agar Ia menyertai umat-Nya juga.
Penyertaan Tuhan itu tidak melulu soal bahwa Ia akan selalu melindungi, menjaga, memberkati, atau melepaskan diri kita dari setiap kesulitan di depan kita. Penyertaan Tuhan itu lebih kepada kasih karunia-Nya yang memberi kita kekuatan, pimpinan, dan bimbingan hidup agar kita dapat berjalan dalam kehendak-Nya. Kasih karunia yang memampukan kita dalam menghadapi berbagai tantangan seberat apa pun di depan kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: LUKAS 8:22-25
Bacaan Setahun: Yohanes 11-12
Nas: Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka, "Mari kita pergi ke seberang danau." Mereka pun bertolak. (Lukas 8:22)
Pasti Sampai Seberang
Saya cukup trauma bila berenang. Karena waktu SMP dalam pelajaran olahraga berenang, saya pernah tenggelam. Bersyukur saat saya sudah hampir kehabisan tenaga, ada seseorang yang datang dan menarik saya keluar dari kolam renang. Saya selamat dan tetap bisa hidup.
Tuhan Yesus mengajak murid-murid naik ke atas perahu untuk menyeberang danau. Namun, dalam pelayaran tersebut angin topan menyerang, air danau masuk ke dalam perahu, mereka dalam bahaya dan kondisi kacau balau. Pikiran sehat tidak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi selain ketakutan bahwa mereka akan tenggelam dan binasa. Dalam situasi ini, Sang Guru tetap tidur tenang dan tidak terganggu dengan kondisi yang sedang dialami para murid. Karena itu, mereka membangunkan Dia untuk melakukan sesuatu. Kenapa Tuhan Yesus tidur dengan nyenyak? Karena Tuhan Yesus yakin yang Dia katakan dan didengar para murid tapi tidak dipedulikan saat mengalami masalah, yaitu, "Mari kita pergi ke sebarang danau." Jadi Tuhan Yesus sendiri yang mengajak pergi ke tempat yang pasti, "ke seberang".
Meski badai dan gelombang danau menggoncangkan kapal, tapi pasti ini akan berlalu ataupun pasti Tuhan tolong. Tuhan akan hantarkan ke seberang. Inilah yang disebut perkataan Tuhan ya dan amin. Pasti terjadi dan tidak pernah diingkari. Ini pun seharusnya menjadi keyakinan kita terhadap firman Tuhan yang telah Ia berikan bagi kita dalam Alkitab. Setiap janji, pengajaran, penyertaan Tuhan itu pasti terjadi untuk mengantar kita ke seberang berjumpa muka dengan muka dengan Tuhan. Karena itu, mari tetap setia pada Tuhan. --RT/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
THEMA JPA 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar