RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Roma 4-7
Nas: "Meskipun demikian, Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula." (Wahyu 2:4)
Robot
Salah satu ciri makhluk hidup ialah dapat bergerak aktif. Namun demikian, tidak tepat apabila kita mengatakan segala yang bergerak aktif ialah makhluk hidup. Kita ambil contoh robot. Robot aktif bergerak. Ia berjalan, mengambil, mengangkat atau memindah barang-barang. Namun, robot bukan makhluk hidup. Tidak ada kehidupan dalam sebuah robot.
Terlihat jemaat di Efesus giat mengiring Tuhan. Mereka mau bersabar dalam penderitaan, pula tidak lelah melayani (ay. 3). Namun demikian, Tuhan mengatakan bahwa Dia mencela mereka. Penyebabnya ialah mereka didapati telah meninggalkan kasihnya yang semula (ay. 4). Di mata Tuhan, jemaat di Efesus terlihat seperti robot. Mereka bergerak aktif untuk Tuhan, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan rohani di dalam diri mereka. Mereka melakukan banyak hal untuk Tuhan, tapi tidak didasarkan atas kasih kepada Tuhan. Tidak ada kerinduan untuk menyenangkan hati Tuhan, seperti sebelumnya mereka rasakan. Tanpa kasih mula-mula, rohani jemaat tersebut didapati telah mati. Karena semua aktivitas dikendalikan oleh kebiasaan atau rutinitas sehari-hari.
Tuhan memperingatkan jemaat di Efesus bahwa mereka telah begitu dalam terjatuh. Mereka harus bertobat dan melakukan lagi apa yang semula mereka lakukan (ay. 5). Peringatan serupa Tuhan berikan kepada kita. Jangan sampai kita didapati seperti robot, bergerak aktif, tetapi tidak terlihat adanya tanda kehidupan rohani. Kenakan kembali kasih mula-mula. Hendaklah mengiring Tuhan dan melakukan pekerjaan-Nya kita lakukan dengan kehidupan rohani yang dipenuhi kasih seperti waktu pertama kita mengenal-Nya. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: ROMA 6:15-23
Bacaan Setahun: Roma 8-10
Nas: Namun sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. (Roma 6:22)
Bosan
Rasa bosan bisa menjangkiti siapa saja. Rasa bosan juga pernah menghinggapi Raja Daud yang dikenal taat kepada Tuhan. Ketika Daud berjalan-jalan di atas sotoh istananya dan melihat seorang perempuan molek sedang mandi, dia mengingininya. Daud mengambil Batsyeba dengan membunuh Uria. Demikian pula yang terjadi dengan Salomo yang terkenal bijaksana. Ia mengambil banyak istri asing dan melakukan penyembahan berhala.
Pada awalnya, kita beroleh kasih karunia Allah melalui pengampunan-Nya atas dosa-dosa kita. Namun, bukan berarti bahwa memperbesar dosa dapat menambah kasih karunia Allah. Kembali menghidupi dosa jelas merusak karunia Allah. Karena itu, Paulus mengingatkan umat supaya jangan lagi menghidupi dosa. Kita harus menjadi hamba kebenaran yang bosan berlaku dosa, supaya kita jangan kehilangan karunia Allah yang menyelamatkan.
Malangnya, tidak sedikit yang merasa bahwa berlaku taat kepada Tuhan itu membosankan. Terlebih anugerah Tuhan yang katanya memerdekakan itu banyak membatasi mereka dalam menikmati dunia. Sudah pasti diperlukan perjuangan dengan kesungguhan dan kesetiaan untuk dapat memandang dosa sebagai perbuatan yang menjijikkan. Bahkan, memahami kebenaran Tuhan atau menjadi ahli dalam pengetahuan Kitab Suci pun belum cukup. Apalagi tidak ada orang yang terlalu suci untuk luput dari godaan dosa. Namun, percayalah, Roh Kudus sanggup menolong kita ketika kita menyediakan diri untuk diubahkan. Cukuplah dosa menjadi masa lalu, jangan lagi kita diperbudak olehnya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: ROMA 8:31-39
Bacaan Setahun: Roma 11-13
Nas: Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama Dia? (Roma 8:32)
Keraguan di Taman Eden
Kejatuhan manusia ke dalam dosa berawal di Taman Eden. Mengherankan, sebab saat itu mereka hidup dekat dengan Tuhan. Mereka dapat secara langsung berbincang dengan-Nya. Tampak manusia kalah setelah Iblis, dalam wujud ular, menyuntikkan keraguan, "Sekali-kali kamu tidak akan mati. Sebaliknya, ... matamu akan terbuka." Iblis mendorong manusia supaya menyangka bahwa Tuhan masih menyembunyikan sesuatu yang baik dari mereka. Sebentar kemudian terlihat manusia itu, si perempuan, memetik dan memakan buah dari pohon terlarang. Juga suaminya turut memakannya bersamanya (lih. Kej. 3:1-7).
Sampai hari ini Iblis menggunakan taktik serupa, yakni keraguan di Taman Eden. Iblis berupaya menanamkan prasangka bahwa Tuhan belum memberikan segala yang baik kepada kita. Sedapat-dapatnya Iblis hendak menjatuhkan setiap kita yang hidup dekat dengan Tuhan. Surat Paulus kepada jemaat di Roma mengobrak-abrik taktik Iblis. Paulus mengajak kita merenungkan betapa besar kasih Allah saat Dia memutuskan untuk menyerahkan Kristus, Anak-Nya yang tunggal, sebagai tebusan bagi dosa-dosa kita. Jika Kristus saja diserahkan-Nya kepada kita, mungkinkah ada lagi sesuatu yang disimpan-Nya dari kita? Jika yang "terbaik" telah Tuhan berikan bagi kita, akankah terpikir oleh-Nya untuk menggenggam yang "baik" dari kita? (ay. 32).
Detik kita merenungkan pengorbanan Kristus, detik itu juga keraguan sirna. Justru meluaplah ucapan syukur karena tersadar selama ini Tuhan mencurahkan lebih banyak dari yang kita pikirkan. Sesudah karya keselamatan, lanjut Dia berdiri di pihak kita, menjadi pembela kita (ay. 31), dan Dia menyatakan bahwa kasih-Nya takkan terpisahkan dari kita (ay. 38-39). --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 2 KORINTUS 4:1-15
Bacaan Setahun: Roma 14-16
Nas: Namun, harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (2 Korintus 4:7)
Harta dalam Bejana
Di manakah umumnya orang-orang menyimpan harta berharga mereka? Tentunya di tempat yang aman, terjamin, dan rahasia. Sebagian menyimpannya di bank yang tepercaya. Sebagian lain menyimpannya dalam brankas dengan perlindungan berlapis. Mereka berusaha agar tak seorang pun tahu dan tak bisa mencurinya. Namun, Allah justru melakukan hal sebaliknya. Dia menyimpan harta berharga-Nya di dalam bejana tanah liat yang rapuh, mudah retak, bahkan pecah. Apa maksudnya?
Menurut Rasul Paulus, harta surgawi Allah itu ialah Injil Yesus Kristus, yakni cahaya kemuliaan Allah sendiri (ay. 3-4), yang berkuasa menyelamatkan orang-orang dari kebinasaan karena dosa. Dan Allah memercayakan harta berharga itu kepada setiap orang percaya yang-serupa bejana tanah liat-sangat rentan, lemah, mudah hancur. Namun, ketika sang bejana retak atau pecah, orang-orang justru akan dapat melihat harta yang tersimpan di dalamnya.
Pemahaman ini hendaknya menolong kita memandang segala persoalan dan permasalahan hidup dengan cara pandang baru. Dalam situasi apa pun, kita tetap dapat melihat Allah bekerja, sehingga kita tidak putus asa. Seperti cahaya yang memancar dari retakan bejana, demikianlah kuasa dan kemuliaan Allah terpancar melalui retakan hidup kita. Akhirnya, orang-orang akan melihat bahwa kekuatan itu bukan berasal dari diri kita, melainkan dari Allah yang berdiam di dalam kita. Dia tidak ingin kita memendam harta itu untuk diri sendiri, tetapi membagikannya kepada orang lain. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 1 TIMOTIUS 6:11-21
Bacaan Setahun: 1 Korintus 1-4
Nas: Peringatkanlah orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. (1 Timotius 6:17)
Kaya dalam Kebajikan
Kekayaan adalah dambaan sebagian besar orang. Banyak orang rela bekerja dengan keras supaya lekas menjadi kaya. Kekayaan menjanjikan kenyamanan dan banyak kesenangan. Kekayaan menjamin tercukupinya kebutuhan hidup. Kekayaan membuat kita mandiri secara finansial, tidak merepotkan orang lain. Memiliki banyak harta memudahkan kita dalam berbagi dan menolong orang lain. Menjadi kaya juga membuat kita lebih dihormati di tengah masyarakat.
Meski banyak mendatangkan sukacita, kekayaan juga dapat dengan mudah membuat kita terperangkap pada dosa kesombongan. Merasa mampu melakukan banyak hal bahkan semua hal seorang diri sehingga tidak lagi membutuhkan bantuan orang lain. Merasa diri paling unggul, bahkan merasa tidak memerlukan Tuhan. Padahal, harta dunia datangnya dari Tuhan dan sifatnya pun mudah sekali lenyap. Tidak ada yang lebih tidak menentu dari kekayaan dunia. Karena itu, janganlah menaruh pengharapan pada kekayaan karena hanya akan berujung pada kekecewaan. Inilah bahaya dari mengandalkan kekayaan dunia yang patut diwaspadai.
Diperlukan hikmat untuk dapat memahami bahwa kekayaan materi yang Tuhan percayakan kepada kita ibarat bahan mentah yang masih perlu diolah. Tuhan memberi kekayaan supaya kita memiliki kesempatan untuk melakukan banyak kebaikan dengan memberi dan berbagi. Tuhan rindu kita menjadi "manusia Allah" yang kaya dalam kebajikan. Dengan berlaku demikian pekerjaan Tuhan atas kita terlaksana dan kita dimungkinkan memperoleh "kekayaan sejati" yang dapat kita nikmati. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: KELUARAN 39:32-43
Bacaan Setahun: 1 Korintus 5-8
Nas: Tepat seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa, demikianlah orang Israel melaksanakan segala pekerjaan itu. (Keluaran 39:42)
Lakukan dengan Tepat
Mendengar sebuah perintah itu mudah, tetapi untuk melakukannya dengan tepat tidaklah mudah. Apalagi jika di dalam perintah ini ada beberapa hal yang tidak sesuai di hati maka seseorang akan cenderung melanggarnya. Jika Anda seorang pemimpin, apa reaksi Anda melihat beberapa orang menyimpang dari aturan-aturan yang telah Anda tetapkan? Anda akan merasa sangat kecewa dan tak segan memberi peringatan, bukan? Sebaliknya, Anda pasti bahagia tatkala setiap orang melakukan perintah itu dengan tepat.
Pembacaan Alkitab hari ini kita menemukan kalimat yang diulang sebanyak tiga kali, "Tepat seperti yang diperintahkan Tuhan". Ketiga kalimat itu menunjukkan kepada kita sebuah tanggapan, kesetiaan, dan perhatian yang begitu baik yang ditunjukkan oleh beberapa orang Israel ketika mendapat perintah dari Tuhan. Mereka melaksanakan tugas pekerjaan dari Tuhan itu bukan seperti apa yang Musa katakan atau yang mereka pikirkan, melainkan tepat seperti apa yang Tuhan kehendaki. Dari perilaku orang-orang ini kita mempelajari bahwa dalam melayani Tuhan, kita pun harus melakukannya tepat seperti kehendak Tuhan.
Bertindak dengan tepat melakukan kehendak Tuhan adalah hal yang ingin Tuhan temukan dalam hidup kita. Mari menguji diri. Apakah kita adalah orang-orang yang selalu berupaya untuk melakukan dengan tepat segala kehendak-Nya? Tak ada hal yang mampu menyenangkan hati-Nya selain saat menyaksikan kita melakukan kehendak-Nya dengan tepat! --SYS/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
THEMA JPA 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar