RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Mazmur 58-65
Nas: Tetapi, Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun, "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, sebab itu kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang Kuberikan kepada mereka." (Bilangan 20:12)
Hati yang Taat
Amarah Musa seolah memuncak saat bangsa Israel bersungut-sungut di hadapannya. Tidak mau disalahkan begitu saja dan mungkin sudah lelah dengan gerutu bangsa yang dipimpinnya berpuluh-puluh tahun lamanya, Musa mengeluarkan air dari bukit batu di depan mereka dengan tongkatnya, padahal Tuhan menyuruhnya untuk memberi mereka minum dari hadirat-Nya yang nyata di tempat mereka berkumpul.
Perjalanan hidup kita bersama Tuhan bisa jadi berakhir seperti Musa yang akhirnya tidak diperbolehkan untuk masuk ke tanah yang dijanjikan-Nya. Sekian lama dengan setia kita mengikut Tuhan, sampai mungkin suatu kejadian di akhir hidup kita menyeret kita kepada kegelapan dan mencampakkan-Nya begitu saja. Kalau firman-Nya tidak menjadi sandaran hidup kita, suatu ketika hadirat Tuhan dapat menjauh tanpa kita sadari. Meskipun kita masih mengingat-Nya dalam keseharian kita, Tuhan bukanlah lagi fokus utama, melainkan hanya bagian dari kebiasaan saja seperti tongkat Musa yang sepertinya lebih mengandung kuasa daripada diri-Nya yang selalu hadir di tengah-tengah mereka.
Seiring dengan pertambahan usia kita, mari kita terus bergiat untuk hidup sesuai firman-Nya sehingga kekekalan yang Tuhan tanamkan dalam hati kita tidak akan tercabut sampai kita bertemu muka dengan muka dengan-Nya di surga. Meskipun kesukaran datang silih berganti, kita yang dekat dengan Tuhan akan senantiasa dapat mengecap kebaikan-Nya. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: FILIPI 1:3-11
Bacaan Setahun: Mazmur 66-69
Nas: Inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian. (Filipi 1:9)
Inilah Doaku
Doa adalah salah satu disiplin rohani yang seharusnya dipraktikkan oleh setiap orang percaya. Kita berdoa untuk diri sendiri, juga untuk orang lain. Mari renungkan sejenak, ketika kita berdoa buat orang lain, apakah yang kita rindukan terjadi dalam kehidupan mereka?
Kita dapat becermin dari doa Paulus untuk jemaat di Filipi. Ia berdoa agar mereka makin melimpah dalam kasih. Jemaat Filipi telah terbukti dalam mengerjakan berbagai perbuatan kasih. Mereka inilah yang tak henti-hentinya mendukung pelayanan Paulus, dengan mengirimkan uang (Flp. 4:15-18), bahkan secara khusus mengutus Epafroditus untuk melayani Paulus (Flp. 2:25-30). Namun, ia juga berdoa agar mereka makin melimpah dalam pengetahuan serta pengertian yang benar. Hal ini akan memampukan mereka memilih apa yang baik sehingga mereka dapat menjalani hidup yang berkenan bagi Tuhan. Jadi doa Paulus ialah agar orang-orang percaya terus bertumbuh mengenal Allah, semakin menaati Dia serta giat mengerjakan perbuatan kasih kepada sesama.
Doa dan kerinduan Paulus ini membuat saya tertegur bahwa sering kali doa saya hanya berkutat soal hal-hal yang dangkal dan remeh, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Bukan berarti kita tidak bisa mendoakan apa saja. Memang tidak ada hal yang tak boleh dibawa kepada Tuhan. Namun, doa-doa kita seharusnya mencerminkan pengenalan kita akan Tuhan dan firman-Nya, serta kedalaman kasih kita kepada orang-orang lain. Dia ingin agar semua orang mengenal-Nya semakin intim, serta menjadi saluran kasih-Nya kepada orang lain. Kiranya ini tecermin dalam doa, perkataan, dan perbuatan kita. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: LUKAS 19:1-10
Bacaan Setahun: Mazmur 70-73
Nas: Melihat hal itu, semua orang mulai bersungut-sungut, katanya, "Ia menumpang di rumah orang berdosa." (Lukas 19:7)
Saat Orang Lain Beruntung
Kita sedang hidup pada masa di mana ketidaksukaan sangat mudah terlihat ketika melihat orang lain mengalami hal yang baik. Perkembangan teknologi dengan penggunaan media sosial yang begitu masif menjadi salah satu penyebabnya, tak pernah kehidupan pribadi seseorang diumbar dengan begitu rupa seperti saat ini. Jika tidak diwaspadai, kondisi ini dapat memengaruhi respons kita terhadap hal-hal baik yang dialami oleh orang lain.
Perjumpaan dengan Yesus seharusnya menjadi peristiwa yang disyukuri, terlebih ketika dialami oleh seorang yang dikenal berdosa atau memiliki citra buruk di masyarakat. Namun, hal itu tidak menjadi respons orang-orang di sekitar Zakheus ketika dia menerima dengan gembira perkataan Yesus, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu" (ay. 5). Lukas mencatat bahwa semua orang itu bersungut-sungut, sambil secara implisit menyalahkan Yesus yang dianggap menumpang di rumah orang berdosa. Padahal, hari itu anugerah Allah sedang tercurah bagi Zakheus, sebagai "sosok yang hilang" tetapi Allah cari dan selamatkan (ay. 10).
Saat melihat orang lain menerima kebaikan Tuhan, mungkin tanpa sadar kita kerap bereaksi seperti orang banyak itu ketika melihat Zakheus. Kita tak hanya bersungut-sungut, tetapi mungkin merasa bahwa orang itu tak pantas menerima anugerah Allah. Respons hati yang sebaiknya tidak kita miliki karena sejatinya Allah berhak memberikan anugerah, kasih, dan keselamatan jiwa bagi siapa saja yang membuka hati untuk menerima Dia. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: YESAYA 43:1-7
Bacaan Setahun: Mazmur 74-77
Nas: "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melintasi sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, nyala api tidak akan membakar engkau." (Yesaya 43:2)
Tuhan Tahu Persis
Untuk menghasilkan sebuah biola yang berkualitas dibutuhkan serangkain proses yang tidak mudah. Sang seniman awalnya memilih potongan kayu yang halus. Kemudian ia memulai memahat bagian depan dan belakang hingga memperoleh ketebalan yang diinginkan. Setelah itu, ia mulai membengkokkan dan menekan kayu itu. Seniman itu tahu persis seberapa kuat tekanan yang dibutuhkan agar kayu itu menjadi alat musik yang indah. Setelah selesai, ia pun menggoreskan inisial namanya di bagian belakang untuk menyempurnakan biola ciptaannya itu.
Demikianlah Tuhan membentuk dan memproses hidup Yakub dan umat pilihan-Nya itu. Sekalipun umat itu harus dibawa Tuhan dan berjalan melewati tempat-tempat yang menyakitkan, tetapi Tuhan memberi jaminan bahwa semua itu tidak akan "mematahkan" hidup mereka. Umat Israel harus melewati air dan sungai, tetapi Tuhan berjanji menyertai mereka sehingga sungai pun tak akan menghanyutkan. Bahkan jika mereka melewati api, mereka tidak akan dihanguskan.
Tuhan tahu persis seberapa kuat kita sanggup menanggung beban ketika kita ditekan, dibengkokkan, walaupun kita sendiri merasa seolah tak mampu memikulnya. Tuhan tidak akan membiarkan hidup kita rusak. Setiap tekanan yang kita lewati hanyalah bagian proses penyempurnaan dan setelahnya Ia menuliskan nama-Nya pada hidup kita. Kita adalah karya-Nya yang mulia. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: LUKAS 15:11-24
Bacaan Setahun: Mazmur 78-79
Nas: "Ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikan kepada dia." (Lukas 15:16)
Ampas
Hidup manusia sering diibaratkan seperti putaran roda. Kadang di bawah, kadang di atas. Kadang susah, kadang senang. Sering kali, keadaan ini merupakan akibat dari pilihan-pilihan yang kita buat. Kondisi yang dialami si anak bungsu dalam perumpamaan Tuhan Yesus ini menunjukkan kebenaran ini. Tadinya ia tinggal di rumah bapanya yang menyenangkan serta mengalami berbagai kelimpahan. Kemudian dengan lancangnya ia meminta bagian warisannya, lalu menghamburkannya di negeri yang jauh sesuka hatinya. Saat hartanya habis, semua temannya pun menghilang. Tak ada yang peduli padanya, sekalipun sekadar memberinya ampas makanan babi untuk disantap.
Kesusahannya ini adalah buah dari pilihan yang buruk, egois, tanpa pikir panjang, serta tak menghormati bapanya. Syukurnya, saat kondisinya begitu mengenaskan, ia mengingat kebaikan hati bapanya. Ia pun memilih untuk kembali kepada sang bapa, mengharapkan belas kasihannya. Menjadi pelayan pun ia rela. Namun, ternyata bukan ampas atau remah-remah yang ia terima dari bapanya. Melainkan yang terbaik. Ia diterima sepenuhnya. Hidupnya dipulihkan.
Ini adalah gambaran Allah yang senantiasa menyambut ketika kita berbalik kepada-Nya. Tangan-Nya terbuka merangkul kita. Bahkan jika kita telah membuat berbagai keputusan atau pilihan yang buruk, lalu membuat hidup kita terpuruk, Dia tetap tak mengutuk. Dia menerima kita dengan penuh kasih. Dia tidak menawari kita hal-hal yang serupa ampas, atau pemberian setengah hati. Melainkan pemberian terbaik. Segala yang Dia punyai. Bahkan hidup-Nya sendiri. Sepantasnyalah kita menghormati serta mengasihi-Nya. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: KEJADIAN 22:1-19
Bacaan Setahun: Mazmur 80-85
Nas: Keesokan harinya pagi-pagi Abraham bangun, memasang pelana keledainya, dan memanggil dua hambanya beserta Ishak, anaknya. Ia juga membelah kayu untuk kurban bakaran, lalu ia berangkat ke tempat yang diberitahukan Allah kepadanya. (Kejadian 22:3)
Ujian Iman
Mungkin kita pernah mendengar pernyataan, "Dari sebuah ujian, kita dapat memetik sebuah pelajaran." Saya pikir pernyataan tersebut kurang tepat. Saat masih seorang pelajar, kita akrab dengan namanya ujian. Apakah saat ujian, guru mengajarkan sesuatu kepada kita? Tidak. Ujian justru adalah tanda seluruh materi pengajaran sudah kita terima. Jika diikutsertakan dalam ujian, berarti kita dianggap sudah memahami seluruh materi yang guru ajarkan kepada kita.
Semula Tuhan melihat Abraham sebagai peragu. Untuk itulah Tuhan memberinya pengajaran iman. Saat Abraham berumur 75 tahun, Tuhan menyuruhnya pergi dari negeri dimana ia tinggal. Saat itu pula Tuhan berjanji membuatnya menjadi bangsa yang besar (Kej. 12:2). Namun, Abraham tidak jua mempunyai anak. Baru ketika ia berumur 100 tahun, Ishak lahir (Kej. 21:5). Selama itu iman Abraham terus-menerus bertumbuh. Usai seluruh materi Tuhan ajarkan, ujian diselenggarakan. Tuhan minta Abraham mempersembahkan Ishak sebagai kurban bakaran (ay. 2). Tampaknya Abraham sudah menguasai materi yang diajarkan. Keesokan harinya pagi-pagi ia pergi melaksanakan perintah Tuhan (ay. 3). Tepat sebelum Abraham menyembelih anaknya, Tuhan mencegah (ay. 10-11). Tuhan menyatakan Abraham lulus ujian iman. Abraham urung kehilangan anak, sebaliknya, ia mendapatkan limpahan berkat dari Tuhan (ay. 17).
Apakah kita sedang mengikuti "ujian"? Berbagai persoalan menerpa kehidupan kita. Tidak perlu tawar hati! Hadapi ujian menggunakan firman Tuhan yang sudah kita terima. Selalu ingat kita tidak pernah ditinggalkan sendirian. Mata Tuhan senantiasa mengawasi, pula tangan-Nya siaga memberikan pertolongan sampai kita berhasil lulus ujian. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar