RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Ayub 32-34
Nas: Akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (Filipi 4:8)
Mengisi Hati Nurani
Hati nurani adalah kesadaran tentang hal yang diyakini paling wajib. Ternyata, isi hati nurani adalah serapan nilai-nilai yang dialami dalam hidup. Mau contoh? Anak yang tumbuh dalam intoleransi mudah menjadi individu yang intoleran. Mereka yang hidup dalam iklim kekerasan mudah menyukai kekerasan. Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang suka menolong mudah menjadi pribadi yang peduli pada sesama.
Karena itu, amatlah penting memerhatikan pesan Paulus, "Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" (ay. 8).
Coba tengok pesan itu. Setelah menyebut hal-hal yang benar dan baik, Paulus berkata, "Tauta logizesthe" (Gerika, bahasa asli PB), "Pikirkanlah semuanya itu." Maksud Paulus jelas: Ada banyak hal dalam hidup. Namun, hal yang perlu kita pikirkan hanyalah yang benar dan baik, bukan yang jahat atau sia-sia.
"Tauta logizesthe, " kata Paulus. Kata logizesthe (LAI: pikirkanlah) mempunyai makna yang luas. Logizesthe adalah perintah agar kita memikirkan, mendalami, menggumuli, merefleksikan, mengenali nilai-nilainya, menyerapnya hingga yang benar dan baik itu kita yakini sebagai hal yang paling wajib, dan tersimpan sebagai isi nurani kita.
Hati nurani menentukan realisasi hidup. Karena itulah, kita harus mencari hanya yang benar dan baik, agar hanya yang benar dan baik yang mengisi nurani sehingga hanya yang benar dan baik yang terwujud dalam hidup. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: YEREMIA 28
Bacaan Setahun: Ayub 35-37
Nas: Berkatalah Hananya di depan mata seluruh rakyat, "Beginilah firman Tuhan: Seperti inilah akan Kupatahkan kuk Nebukadnezar, raja Babel, dari tengkuk segala bangsa dalam dua tahun ini!" Namun, Nabi Yeremia pergi dari sana. (Yeremia 28:11)
Kw versus Ori
Para pedagang dan pembeli di negeri kita punya sebutan khusus untuk barang-barang tiruan, yaitu kw. Itu singkatan dari kata kwalitas, bentuk tak baku dari kata 'kualitas'. Barang kw jauh lebih murah dari produk asli. Tujuan memproduksi barang kw adalah untuk mengakomodir keinginan banyak orang yang tidak mampu membeli produk asli, namun tetap ingin menggunakan produk sejenis. Jika tidak jeli, banyak orang tidak dapat membedakan barang kw dengan yang ori, yaitu produk asli atau orisinal. Tentunya, kualitas barang kw tidak sebaik produk aslinya.
Ternyata, nabi-nabi juga ada yang kw, sekalipun mengeklaim dirinya ori. Saat bangsa Israel berpaling dari Tuhan dan hidup dalam kejahatan, Nabi Yeremia menyampaikan peringatan serta ajakan pertobatan. Saat mereka menolak, Yeremia memberitakan penghukuman bahwa mereka akan jadi tawanan Babel selama 70 tahun. Saat itulah Nabi Hananya muncul. Ia memberitakan bahwa Tuhan tetap berkenan dengan hidup mereka. Bahwa bangsa Babel akan menawan mereka dua tahun saja. Umat itu menolak Yeremia, serta mendengarkan Hananya. Padahal pesan Hananya tidak berasal dari Tuhan (ay. 15). Ia membuat bangsa itu tetap nyaman dalam dosa mereka hingga Tuhan murka kepadanya (ay. 16-17).
Dalam hal-hal tertentu, memakai barang-barang tiruan mungkin tidak berbahaya. Namun, jika itu menyangkut kebenaran, itu bisa membuat kita berurusan antara hidup atau mati. Melalui Alkitab, kita dapat mengenali kehendak Allah serta bertekun melakukannya sehingga kita tidak akan tertipu sekalipun berbagai pengajaran muncul di sekeliling kita. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: KISAH PARA RASUL 24:14-16
Bacaan Setahun: Ayub 38-39
Nas: "Sebab itu, aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." (Kis. 24:16)
Mengkritisi Hati Nurani
"Aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia, " begitu kata Paulus. Anda lihat? Paulus tidak bicara tentang hidup dengan "hati nurani", tetapi hidup dengan "hati nurani yang murni". Kualifikasi "yang murni" dia tegaskan di sana. Mengapa demikian?
Hati nurani adalah keyakinan orang tentang apa yang baginya paling wajib. Bagi Paulus, itu berarti mengasihi Tuhan dan sesama. Keyakinan bahwa mengasihi Tuhan dan sesama adalah hal yang paling wajib itulah yang dia maksudkan dengan "hati nurani yang murni". Sehingga, bagi Paulus, mendengarkan hati nurani berarti mewujudnyatakan kasih kepada Tuhan dan sesama dalam hidup.
Namun, tak semua orang meyakini kasih kepada Tuhan dan sesama sebagai hal yang paling wajib. Tak semua orang memilih kasih kepada Tuhan dan sesama sebagai isi nuraninya. Ada orang yang nuraninya dipenuhi hasrat untuk mengejar kenikmatan hidup. Bahkan ada pula yang nuraninya dipenuhi hasrat untuk membalas dendam. Ternyata hati nurani bisa salah, bahkan bisa jahat. Karena itulah, Paulus berbicara tentang hati nurani yang murni, yang benar, yang dipenuhi kasih kepada Tuhan dan sesama.
Apa artinya? Kita diundang untuk mendengarkan hati nurani yang benar, bukan yang salah, apalagi yang jahat. Kita diajak jujur menakar apakah isi nurani kita sungguh kasih kepada Tuhan dan sesama. Kita diundang untuk selalu mengkritisi dan (jika perlu) mengoreksi hati nurani kita. Untuk apa? Agar kita hidup benar di hadapan Tuhan dan sesama. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 1 SAMUEL 13
Bacaan Setahun: Ayub 40-42
Nas: "... tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. Tuhan akan mencari seorang yang berkenan di hati-Nya dan Tuhan menetapkannya sebagai pemimpin atas umat-Nya, karena engkau tidak menaati apa yang diperintahkan Tuhan kepadamu." (1 Samuel 13:14)
Hati yang Berubah
Betapa cepatnya hati manusia itu berubah. Ada orang yang tadinya menjalani hidup sederhana dan rendah hati, tapi di kemudian hari hatinya berubah menjadi begitu sombong setelah ia mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ada orang yang tadinya kurang percaya diri dan merasa lemah, tetapi siapa sangka ia bisa menjadi seorang diktator kejam ketika berkuasa. Seperti itulah hati manusia, gampang berubah. Bisa jadi perubahan hatinya itu menjadi petunjuk bahwa ia tidak rela kehilangan rasa nyaman maupun kekuasaan yang didapatnya selama ini.
Saul begitu rendah diri ketika Tuhan menunjuknya menjadi raja Israel. Sejatinya, ia adalah orang yang diurapi Tuhan dengan janji pengokohan kerajaan Israel. Awalnya, Saul memang seorang yang taat dan rendah hati. Namun, ia lupa bahwa hati itu gampang berubah. Itu terjadi ketika ia tidak sabar menanti kedatangan Samuel dan dengan lancang mempersembahkan korban bakaran yang bukan menjadi tugasnya. Saul begitu angkuh. Ia menjadikan kedudukannya menjadi alasan bahwa ia bisa berbuat apa saja termasuk mengambil tugas keimaman. Sikapnya yang tidak sabar, angkuh, dan tidak taat dinilai Tuhan sebagai penolakan kepada Tuhan. Saul pun harus menerima konsekuensi: ditolak sebagai raja dan kehilangan janji Tuhan. Ia kehilangan apa yang coba ia pertahankan dengan kuat.
Sikap Saul mengingatkan kepada kita bahwa bukan persembahan atau ritual agamawi yang memperkenan hati Tuhan. Tuhan lebih menyukai kasih setia dan ketaatan kepada firman-Nya. Mari renungkan: Hati manusia itu rapuh, gampang berubah oleh situasi. Bahkan hidup dalam berkat pun, jika tidak diwaspadai, bisa berubah menjadi angkuh dan melupakan Tuhan. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: BILANGAN 8:5-22
Bacaan Setahun: Mazmur 1-8
Nas: "Sesudah itu orang Lewi boleh masuk untuk melakukan pekerjaannya di Kemah Pertemuan, apabila engkau telah menahirkan mereka dan mengunjukkan mereka sebagai persembahan unjukan." (Bilangan 8:15)
Jabatan Pelayan
Siapa pelayan Tuhan yang harus bersaksi bagi-Nya? Kadang kala kita menempatkan para rohaniwan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam hal ini. Mereka harus selalu kudus tanpa cacat. Sementara kita, sekalipun orang Kristiani, merasa bebas.
Suku Lewi dipisahkan dari suku lainnya karena Lewi dikhususkan untuk melayani Tuhan. Sekalipun hak untuk terlibat langsung dalam ritual hanya menjadi milik keturunan Harun, bukan berarti Lewi bisa menyepelekan pekerjaan mereka sebagai pembantu imam. Lewi merupakan pengganti dari setiap anak sulung suku-suku Israel, milik Allah sepenuhnya. Karena itu, suku Lewi harus melalui tahapan ritual khusus. Penahbisan Lewi menjadi hal penting untuk mempersiapkan mereka melayani di kemah suci, mengingat pentingnya menjaga kekudusan dan ketahiran kemah suci. Lewi harus melalui proses dikuduskan (ay. 7), penumpangan tangan (ay. 10), diadakan korban bakaran (ay. 12), dan menjadi milik Allah (ay. 14).
Orang Kristiani dipisahkan dari dunia: dikhususkan dan dikuduskan untuk menjadi pelayan Tuhan. Ya, setiap kita memiliki jabatan sebagai pelayan Tuhan. Meskipun bukan pendeta, kita tidak dapat menyepelekan pekerjaan ini mengingat setiap pekerjaan bagi Tuhan haruslah dilakukan dalam kesungguhan dan kekudusan. Karena itu, setiap orang Kristiani harus mengawali pelayanannya bagi Tuhan dengan mengalami pertobatan, hidup sebagai manusia baru, menerima baptis, dan menjadi anggota gereja Tuhan. Menyerahkan diri dalam pimpinan Tuhan dan terus menjaga kekudusan hidup bagi-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 TESALONIKA 4:9-12
Bacaan Setahun: Mazmur 9-16
Nas: Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. (1 Tesalonika 4:9)
Belajar Mengasihi dari Allah
Mari kita awali renungan hari ini dengan mengingat kembali akan kasih Allah yang Anda rasakan secara nyata, bukan dari kata orang atau pengalaman para tokoh Alkitab. Bisakah Anda mengingat dan menyebutkan dengan cepat lima saja bukti kasih Allah yang Anda rasakan secara nyata? Jika Anda dapat melakukan hal ini, bahkan mampu menyebutkan lebih dari sepuluh, maka Anda sudah memiliki modal untuk mengasihi yang lebih dari cukup
Menarik sekali ketika jemaat di Tesalonika diingatkan tentang kasih persaudaraan. Mereka diarahkan untuk menyadari akan kasih yang mereka terima dari Allah. Perhatikan kalimat "kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah" yang dapat berarti dua hal: mereka telah menerima bukti kasih Allah dan belajar hidup saling mengasihi, yang digerakkan oleh kasih Allah yang bekerja dalam kehidupan mereka. Dua perkara ini menjadi modal yang lebih dari cukup untuk menjalankan kasih persaudaraan dalam kehidupan keluarga maupun komunitas orang percaya. Ya, tidak ada alasan yang lebih baik untuk mengasihi orang lain kecuali menyadari bahwa kehidupan kita adalah bukti dari kasih Allah.
Sejatinya, pelajaran tentang kasih takkan pernah berakhir sampai akhir hayat. Itulah sebabnya kita perlu berdoa agar semakin hari kita dapat semakin menyadari kasih yang Allah berikan. Selanjutnya, kita pergunakan hal itu sebagai dorongan untuk mengasihi sesama dengan lebih baik, bahkan dengan cara yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Selamat berpetualang dalam kasih, bagi kemuliaan nama-Nya! --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar