RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Bilangan 35-36
Nas: Sekarang, kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel, demikianlah firman Tuhan. Kuatkanlah hatimu, hai Imam Besar Yosua bin Yozadak; kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri, demikianlah firman Tuhan. Bekerjalah, sebab Aku menyertai kamu, demikianlah firman Tuha (Hagai 2:4)
Allah Tidak Diam
Kegagalan untuk meraih sesuatu yang kita percayai dan kita harapkan, sering kali memutuskan asa hidup kita. Dari kegagalan itu, tanpa disadari kita justru terpuruk dalam kekecewaan, sehingga kita menjadi takut untuk bangkit dan melakukan sesuatu. Bahkan, kita juga menjadi takut untuk kembali membangun harapan karena kegagalan dirasa begitu pahit. Bila demikian, dapatkah kita menjalani hidup dalam ketakutan dan perasaan kecewa?
Pembuangan dan hancurnya Bait Suci, tentu menjadi dua hal yang sangat pahit, bahkan menyesakkan bagi bangsa Israel. Karena begitu pahitnya, mereka bahkan tidak langsung membangun kembali Bait Suci dari reruntuhan setibanya mereka pulang dari pembuangan. Untuk itulah, Allah berfirman kepada bupati Yehuda, imam besar, dan segenap lapisan masyarakat Yahudi, supaya mereka menguatkan hati. Allah menyentuh hati setiap orang Israel dan memberikan semangat yang baru, sehingga mereka dapat bangun dari kesedihan dan sadar bahwa mereka harus bangkit dan membangun kembali Bait Suci. Kehadiran Allah itu kembali ditegaskan, dengan kembali menyatakan janji-Nya, supaya mereka berani untuk kembali melangkah dalam hidup, dalam naungan-Nya.
Kehadiran Allah dalam kepedihan yang dirasakan bangsa Israel ini menunjukkan bahwa Allah tidak tinggal diam atas umat-Nya. Oleh karenanya, marilah kita menjawab kehadiran Allah tersebut dengan tidak berkecil hati atas apa pun yang terjadi, tetapi senantiasa membangun dan memperbarui semangat kita. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 2 TAWARIKH 21
Bacaan Setahun: Ulangan 1-2
Nas: Yoram berumur tiga puluh dua tahun pada waktu menjadi raja dan selama delapan tahun ia memerintah di Yerusalem. Ia meninggal tanpa disesali orang. Ia dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak di dalam pekuburan raja-raja. (2 Tawarikh 21:20)
Tak Dicintai Hingga Mati
Tanggapan orang-orang ketika mendengar berita kematian seseorang menyiratkan banyak hal. Mereka yang telah meninggalkan dampak yang baik semasa hidup biasanya akan ditangisi banyak orang. Diusahakan hadir melayat. Dikenang kebaikannya. Dikirimi bunga, sumbangan sosial, atau iklan dukacita. Diberangkatkan ke pemakaman dengan penuh hormat. Makin banyak orang yang hidupnya disentuh oleh sang mendiang, maka semakin banyak orang menunjukkan ekspresi kehilangan. Itu adalah tanda cinta mereka.
Sebaliknya, ada orang-orang yang meninggal nyaris tanpa reaksi duka dari banyak orang. Seperti tidak terjadi apa-apa. Salah satu kemungkinannya adalah karena semasa hidupnya berdampak buruk. Kisah Yoram adalah contohnya. Ia adalah raja Yehuda. Ia mengawini Atalya, sang penyembah berhala, putri Ahab dan Izebel. Hidupnya penuh kejahatan serta menyesatkan umat Allah. Ia bahkan membunuh semua adiknya, serta para pembesar Israel, agar takhtanya tetap kokoh. Teguran Nabi Elia pun diabaikannya.
Ketika akhirnya ia mati muda setelah menderita penyakit usus yang mengerikan, ia diperlakukan dengan hina oleh rakyatnya. Tidak ada pembakaran wewangian saat pemakamannya sebagai tanda hormat sebagaimana tradisi Israel (bdk. 2Taw. 16:14). Ia bahkan tidak dimakamkan di pekuburan raja-raja. Ia tidak dicintai, hingga ia mati. Namun, itu adalah akibat perbuatannya sendiri.
Cara kita menjalani hidup pasti berdampak pada bagaimana orang-orang di sekeliling kita memperlakukan kita. Kita menuai apa yang kita tabur. Selagi hidup, marilah kita senantiasa menaburkan kebaikan dan cinta. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: YOHANES 1:35-42
Bacaan Setahun: Ulangan 3-4
Nas: Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata, "Engkau adalah Simon, anak Yohanes. Engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)." (Yohanes 1:42)
Mengapa Bukan Aku?
Mendengar kabar kalau sahabatnya diputuskan oleh kekasihnya, seorang wanita lekas pergi menemui sahabatnya yang sedang bersedih hati. "Nanti Tuhan pasti memberikan kekasih yang lebih baik untukmu, " hiburnya. Esoknya wanita itu mendengar sahabatnya yang lain dipinang oleh seorang pria tampan, mapan, dan takut akan Tuhan. Dalam hati ia menggerutu, "Mengapa bukan aku?"
Oscar Wilde menyadari akan sifat buruk manusia yang satu ini. Penulis naskah drama itu menuturkan, "Siapa pun bisa bersimpati bersama-sama ketika seorang teman menderita. Namun, seseorang harus berbesar hati untuk bisa bersimpati dengan kesuksesan seorang teman." Tidak mudah bersukacita saat mendengar orang lain mendapat keberuntungan. Untuk itu, kita dapat memberi acungan jempol pada Andreas. Hari itu Andreas mendengar Yohanes menunjuk Yesus sebagai Mesias (ay. 35-36, 40). Lekas ia membawa Simon, saudaranya kepada Yesus. Oleh Yesus, Simon diberi nama baru: Kefas, artinya Petrus. Pemberian nama baru cukup menyadarkan Andreas bahwa saudaranya nanti akan dipakai Tuhan secara luar biasa. Menarik, tidak tercatat Andreas menjadi kesal, lalu ia menggerutu, "Mengapa bukan aku?" Sampai akhirnya Andreas terus berbesar hati mengetahui Petrus lebih unggul sebagai rasul.
Alangkah indahnya jika kita dapat meneladani sikap Andreas. Akan menyenangkan sebuah kehidupan jika kita dapat turut bersukacita dan merayakan kebahagiaan orang lain. Lagi pula tidak seharusnya hati menyimpan perasaan iri, dengki, atau tidak puas. Tidak seharusnya mulut mengeluh, "Mengapa bukan aku?" Karena pada kenyataannya Tuhan sudah dengan adil membagi berkat-Nya. Segala yang kita terima saat ini sudah merupakan bagian yang terbaik dari Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: YESAYA 46:1-4
Bacaan Setahun: Ulangan 5-6
Nas: "Sampai masa tuamu Aku tetap sama dan sampai putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah menjadikan dan akan menanggung kamu; Aku akan memikul dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4)
Aku Tetap Sama
Ratwina kerap bergumul dengan masalah rumah tangga yang bertubi-tubi, sampai suatu ketika merasa bahwa Allah meninggalkan dirinya. Entah dari mana mulanya, ia merasa bahwa Allah tidak mengasihinya, mengabaikannya, dan tidak memedulikan kehidupannya. Seorang teman berusaha mengingatkan Ratwina akan kesetiaan Allah, tetapi rasa mengasihani diri sendiri tampaknya lebih mendominasi hati Ratwina sehingga ia sukar memahami akan kasih dan kepedulian Allah dalam kehidupannya.
Nas renungan hari ini mengingatkan kita akan janji kesetiaan Allah. Bagian yang berkata "sampai masa tuamu Aku tetap sama" sejatinya dapat menguatkan iman dan pengharapan kita karena kasih Allah tak pernah berubah. Kasih Allah yang tergambar lewat pengorbanan Kristus di kayu salib akan tetap ada sampai akhir hayat kita, melampaui keberadaan kita di dunia, bahkan hingga masa kekekalan. Janji firman Tuhan hari ini juga dapat menjadi pegangan bagi kita pada masa lansia, yang mungkin mulai mengalami penurunan kondisi fisik dan kesehatan. Dia tak hanya akan menggendong, tetapi juga siap menanggung, memikul, dan menyelamatkan dari setiap mara bahaya yang mungkin mengancam kehidupan kita.
Jadi, adakah saat ini kita merasa sedang ditinggalkan Allah? Jangan percayai dusta iblis, tetapi peganglah janji firman-Nya. Kasih-Nya tidak berubah dan takkan pernah beralih dari hidup kita. Mintalah Allah memenuhi hati dan pikiran Anda dengan kasih-Nya, serta alamilah kasih setia-Nya secara nyata, sesuai dengan janji firman-Nya kepada kita. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: KISAH PARA RASUL 9:3-9
Bacaan Setahun: Ulangan 7-8
Nas: Saulus bangkit berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa. Mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Selama tiga hari ia tidak dapat melihat dan selama itu juga ia tidak makan dan minum. (Kis. 9:8-9)
Tak Terbataslah Jalan
Kekejaman Saulus kepada para pengikut Kristus, keberingasannya dalam upayanya menghentikan Jalan Tuhan, agaknya bukanlah cerminan keyakinannya terhadap kebenaran yang ia yakini sebagai orang Farisi, melainkan justru manifestasi kegelisahan hatinya karena ia melihat kebenaran pada Kristus. Untuk menindas kebenaran yang menggelisahkan hatinya itulah ia melakukan bertubi-tubi persekusi terhadap pengikut Kristus. Tetapi, di dekat Damaskus, Tuhan menjumpainya. Dengan terang yang melebihi kemilau matahari, Tuhan membuatnya buta.
Tetapi, dalam kebutaan indrawi itu, hati Saulus justru terbuka, sehingga ia melihat hal yang selama ini tidak dilihatnya. Dia tak mampu melihat ke luar, tetapi itu membuatnya tajam melihat ke dalam diri. Ketika matanya diselimuti kegelapan, ia justru menemukan terang dan tujuan hidupnya. Selama tiga hari matanya diliputi kegelapan. Namun, kegelapan kebutaan itu agaknya justru wujud jalan Tuhan agar Saulus dapat melihat terang yang sesungguhnya.
Tuhan kita memang Tuhan yang luar biasa. Jika Dia berkehendak, tak terbataslah cara dan jalan yang bisa Dia pakai untuk mewujudkan kebaikan-Nya. Kebutaan dipakai-Nya untuk menolong Saulus melihat terang. Saulus yang sangat membenci-Nya Dia pakai menjadi hamba-Nya yang setia.
Terkejutkah Anda bahwa Tuhan bisa-telah berulang kali, dan masih akan lagi-memakai dan mengubah hal-hal maupun pengalaman buruk menjadi jalan yang indah di tangan-Nya untuk mendatangkan terang dan kebaikan?
Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: KISAH PARA RASUL 9:26-30
Bacaan Setahun: Ulangan 9-10
Nas: Namun, Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul serta menceritakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara kepadanya dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus. (Kis. 9:27)
Pemeran di Balik Layar
Seorang ibu mengundang pak pendeta berkhotbah di rumahnya. Di sana berkumpul 20 pemuda berandalan. Usai berkhotbah, semua bertobat. "Anda luar biasa, " puji rekannya "Kau salah, " ucap beliau, "yang luar biasa adalah ibu pemilik rumah." Selama 3 bulan setiap akhir pekan si ibu mengundang pemuda-pemuda itu makan di rumahnya. Lama-kelamaan mereka merasakan kehangatan. Tidak heran saat Injil disampaikan, mereka mau menerima. Rupanya, ada pemeran di balik layar.
Petrus dan Paulus, keduanya sosok penginjil luar biasa. Usai Petrus berkhotbah, 3.000 orang bertobat (Kis. 2:41). Demikian juga Paulus, sangat banyak jiwa dibawanya mengenal Kristus. Tidak hanya orang Yahudi, tetapi juga bangsa-bangsa lain (1Kor. 9:20-21). Faktanya, kesuksesan Petrus dan Paulus tidak lepas dari pemeran di balik layar. Petrus mungkin tidak tampil jika Andreas, saudaranya, tidak membawanya kepada Yesus (Yoh. 1:41-42). Sementara Paulus, kiprahnya ialah atas bantuan Barnabas. Memang, Paulus sudah bertobat sesudah dilawat secara pribadi oleh Yesus (Kis. 9:3-6). Si penganiaya jemaat menjadi penginjil. Namun, masa lalu Paulus tidak serta-merta dapat terlupakan. Murid-murid semua ketakutan kepadanya. Barnabas meyakinkan murid-murid jika Paulus sungguh-sungguh bertobat (ay. 27). Alhasil, mereka dapat menerima Paulus. Barnabas membuka pintu penginjilan bagi Paulus.
Hampir setiap kesuksesan muncul dikarenakan jasa pemeran di balik layar. Tampaknya bantuan mereka sederhana, tetapi jika tanpa orang-orang itu, keberhasilan tidak mungkin dapat digenggam. Apabila kesuksesan sekarang kita raih, jangan lupakan para pemeran di balik layar. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar