RENUNGAN HARIAN
Bacaan: AMOS 5:21-27
Bacaan Setahun: 1 Petrus 3-5
Nas: "Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir." (Amos 5:24)
Yang Dikenan Tuhan
Ketika motivasi hati seseorang telah menyimpang, maka seindah apa pun ibadah yang dilakukan tidak lagi dikenan Tuhan. Sebagian orang merasa bahwa dengan membawa banyak kurban persembahan, ingar bingarnya musik pujian, atau megahnya perayaan, itu semua akan membuat hati Tuhan berkenan memberkati mereka. Kegiatan ibadah dikemas sedemikian indah namun tujuannya bukan lagi untuk menghormati Tuhan, sebaliknya demi mencari keuntungan pribadi. Dibalik bentuk-bentuk kegiatan agamawi, beberapa orang sedang memungkiri hatinya di hadapan Tuhan.
Betapa hati Tuhan meratap menyaksikan ibadah yang dilakukan umat Israel. Melalui Nabi Amos, Tuhan menyatakan betapa benci hati-Nya terhadap semua perayaan mereka. Tuhan pun tidak menyukai sebaik apa pun kurban persembahan mereka. Mengapa? Karena hati mereka telah menyimpang dari Tuhan, hati mereka sesungguhnya jauh dari Tuhan. Ibadah yang mereka lakukan hanyalah kegiatan agamawi tanpa kasih. Secara fisik mereka beribadah, tetapi di sisi lain mereka berlaku tidak adil, menindas sesama, dan melakukan penyembahan berhala. Itu sebabnya Tuhan mengingatkan, "Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir" (ay. 24).
Ibadah yang menyukakan Tuhan tidaklah ditentukan semegah atau sebanyak apa persembahan yang kita berikan. Tanpa didasari hati yang mengasihi-Nya, semua sia-sia. Ibadah yang dikenan-Nya adalah ketika kita mempersembahkan hidup kita untuk mengasihi Tuhan, melakukan keadilan dan kebenaran, dan tidak menindas sesama. Ketika kita menyelaraskan hidup sesuai dengan perintah Tuhan, itulah ibadah yang dikenan-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: 2 SAMUEL 15:1-12
Bacaan Setahun: 2 Petrus 1-3
Nas: Cara yang demikianlah diperbuat Absalom kepada semua orang Israel yang mau masuk menghadap untuk diadili perkaranya oleh raja, dan demikianlah Absalom mencuri hati orang-orang Israel. (2 Samuel 15:6)
Kebaikan yang Berbahaya
Dalam dunia yang penuh dengan dosa, kebaikan pun dapat menjadi alat kejahatan. Digunakan sebagai topeng untuk menipu atau mengelabui orang-orang. Itu adalah kebaikan yang tidak tulus. Hanya sebuah upaya untuk memuluskan rencana bulus. Tentunya berasal dari hati yang tidak lurus serta tidak kudus.
Itulah yang dilakukan Absalom untuk meraih simpati rakyat Israel. Ia berdiri setiap pagi di depan gerbang istana Raja Daud, ayahnya. Ia mendengarkan setiap perkara mereka, serta menyatakan pemihakannya terhadap mereka. Ia menyambut mereka dengan sangat ramah, dengan uluran tangan dan ciuman seorang pangeran (ay. 5). Lalu ia menyampaikan kampanye terselubung, bahwa sekiranya ia diangkat menjadi hakim, ia akan menyelesaikan masalah mereka dengan adil. Ia juga merongrong wibawa ayahnya dengan menyebutkan bahwa dari pihak raja tidak ada yang peduli dengan mereka (ay. 3). Hasilnya, setelah 4 tahun, mayoritas orang Israel pun memihak Absalom. Saat itulah terungkap tujuan Absalom yang sebenarnya. Ia ingin menjadi raja dengan mengudeta ayahnya sendiri (ay. 10). Peperangan yang memakan banyak korban pun terjadi.
Mengapa kita berbuat baik kepada seseorang? Apakah karena kita memiliki agenda tersembunyi demi keuntungan diri sendiri? Apakah sebenarnya kita sedang berupaya menjatuhkan atau menghancurkan seseorang? Tindakan yang demikian bukanlah hal yang terpuji serta tidak sepantasnya dilakukan oleh anak-anak Allah. Dia ingin kita berperilaku yang baik dengan tulus, agar kebaikan kita menuntun mereka memuliakan Allah (Mat. 5:16). --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 1 SAMUEL 12
Bacaan Setahun: 1 Yohanes 1-3
Nas: Dan berkatalah Samuel kepada bangsa itu: "Jangan takut; memang kamu telah melakukan segala kejahatan ini, tetapi janganlah berhenti mengikuti TUHAN, melainkan beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu." (1 Samuel 12:20)
Jangan Berhenti
Melakukan kesalahan atau sesuatu yang kurang baik, kurang benar dan berbeda dengan kebiasaan tak jarang menimbulkan perasaan malu dan takut. Tidak enak hati, merasa hina dan rendah. Tak heran jika pelaku dosa kemudian berusaha menghindar. Menyingkir dari orang lain/komunitas setelah melakukan kesalahan.
Israel mengaku telah melakukan kejahatan di mata Tuhan. Selain dosa masa lalu, mereka mengaku telah menambah daftar dosa dengan meminta raja. Meski demikian, mereka meminta Samuel mendoakan mereka. Samuel pun menguatkan mereka agar tetap mengabdi kepada Tuhan. Samuel mengajak mereka tetap hidup mengikut Tuhan. Mereka tidak boleh berhenti, apalagi berpaling dan meninggalkan Tuhan untuk mengikuti dewa-dewa yang sesungguhnya tidak ada dan tidak dapat menolong. Samuel juga menegaskan kepada mereka, bahwa Tuhan telah bersumpah untuk menjadikan mereka umat-Nya dan tidak akan meninggalkan mereka.
Rasa malu dan takut karena telah berbuat dosa tidak selamanya buruk. Hal ini dapat membawa manfaat jika disikapi dengan bijak dan ditindaklanjuti dengan pertobatan. Malu dan takut karena dosa dapat kita jadikan pelajaran supaya tidak lagi melakukannya di masa mendatang. Hal yang tak kalah penting adalah mengingat bahwa hanya Tuhan satu-satunya yang mampu memerdekakan kita dari dosa. Karena itu, alih-alih menjauh dari Tuhan, kita harus berusaha semakin dekat kepada-Nya. Lagi pula, kasih-Nya teramat besar kepada umat-Nya. Jika pun teguran diberikan-Nya, itu adalah bentuk didikan-Nya kepada kita. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: KEJADIAN 41:1-45
Bacaan Setahun: 1 Yohanes 4-5
Nas: Setelah lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun, bahwa ia berdiri di tepi sungai Nil. (Kejadian 41:1)
Menuju Pasal 41
Kejadian 40 diakhiri dengan peristiwa tidak mengenakkan bagi Yusuf. Di situ dikatakan, "Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya" (Kej. 40:23). Sementara Kejadian 41 berbeda. Pasal itu memuat peristiwa menguntungkan bagi Yusuf. Firaun, raja Mesir bermimpi tanpa seorang pun mampu memaknai. Yusuf dipanggil, lalu ia menuturkan makna mimpi. Setelah itu Firaun mengangkatnya sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir (ay. 41).
Pada halaman Alkitab kita, hanya sedikit saja jaraknya antara akhir Kejadian 40 dan awal Kejadian 41. Dibutuhkan tidak sampai satu menit untuk melanjutkan membaca dari Kejadian 40:23 menuju Kejadian 41:1. Tetapi bagi Yusuf, jarak itu tidak sedikit! Tidak sebentar ia menunggu, tidak dalam sekejap situasinya berubah, tidak seperti melompat ia beralih dari penjara menuju istana. Di situ dikatakan, "Setelah lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun, bahwa ia berdiri di tepi sungai Nil" (ay. 1). Bagi Yusuf, ia harus melewatkan waktu selama dua tahun untuk menuju pasal 41. Dan selama dua tahun itu ia terus bersabar dalam penderitaan. Selama dua tahun itu juga ia terus setia melakukan kehendak Tuhan.
Pengalaman Yusuf diberikan sebagai dorongan semangat bagi kita di tengah penderitaan. Mungkin sudah sekian lama pergumulan kita alami. Beratnya persoalan masih melanda kehidupan kita saat ini. Namun demikian jangan kita kecewa, sebaliknya, teruslah kita bersabar. Teruslah kita setia melakukan kehendak Tuhan. Yakini di dalam hati pasti akan tiba waktu menuju pasal 41. Pasti Tuhan memulihkan keadaan kita. Ingat bahwa pemulihan Tuhan bukan hanya di bumi. Pasti Tuhan berikan jawaban bagi persoalan kita. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: AMSAL 22:1-6
Bacaan Setahun: 2 Yohanes 1-Yudas 1
Nas: Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22:6)
Hasil Didikan yang Benar
Saya kagum mendengar pengakuan seorang pemuda saat membicarakan soal godaan uang yang sering kali menjebak, menjerat, bahkan dapat menyeret seseorang berurusan dengan hukum. "Sejak kecil saya terbiasa dididik untuk jujur dalam hal keuangan. Apa yang bukan milik saya tidak akan saya ambil, bagaimanapun kondisi yang saya alami, " akunya tanpa ada keraguan dari nada bicaranya. Keteguhan hati yang berawal dari didikan yang konsisten dari orang tuanya membuahkan hasil yang baik, bahkan terbawa hingga ia beranjak dewasa.
Pengakuan pemuda tadi mengingatkan kita akan perkataan penulis Amsal mengenai buah didikan bagi orang muda, yang dapat berdampak positif sampai pada masa tuanya. Dalam terjemahan bahasa Inggris (KJV), digunakan frasa "mendidik anak dalam jalan dimana seharusnya ia berada", yang dapat kita artikan sebagai "jalan kebenaran" menurut petunjuk firman Allah. Anak-anak hasil didikan seperti ini niscaya akan menjadi orang-orang yang berkomitmen dan berteguh hati untuk hidup seturut dengan kebenaran firman Tuhan.
Rindukah kita memiliki keturunan atau generasi penerus yang berteguh hati untuk hidup dalam kebenaran? Didiklah mereka dengan landasan Alkitab dan lakukanlah dengan konsisten, sekalipun pada prosesnya mungkin terjadi kegagalan demi kegagalan-asalkan kita tidak menyerah, kelak kita akan menuai hasil yang baik seperti janji firman-Nya. Jika anak kita sudah beranjak dewasa, masih belum terlambat untuk mengajarkan kebenaran, meski kita harus melakukan dengan cara yang berbeda. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MATIUS 6:30
Bacaan Setahun: Wahyu 1-2
Nas: "Jadi, jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?" (Matius 6:30)
Tersisa Satu Hari
Hari ini ada dan besok dibakar, artinya cuma tersisa satu hari. Tetapi sekalipun waktunya pendek dan kesempatan tidak banyak, Tuhan tetap memanfaatkan satu hari itu dengan melakukan yang terbaik untuk mendandani si rumput. Kalau rumput itu bisa berbicara, tentu ia akan berterima kasih kepada Tuhan karena masih mau mendandaninya, sekalipun besok ia akan habis lenyap.
Mungkin banyak di antara kita tidak bersemangat dengan kesempatan yang nampak kecil karena dibayangi ratusan hari yang telah disia-siakan di waktu lalu atau diwarnai kegagalan yang begitu mengecewakan. Kita ragu dengan apa yang bisa dihasilkan oleh sesuatu yang tinggal sedikit.
Namun, bisa hidup satu hari lagi dan bertindak di hari itu adalah kesempatan yang terlalu berharga untuk diabaikan. Sungguh, siapa bisa duga berkat apa yang telah Tuhan sediakan, menanti di balik sisa satu hari itu. Seperti sebuah pertandingan, sering kali kemenangan diperoleh justru di detik-detik terakhir ketika pemainnya tidak menyerah melakukan yang terbaik.
Karena itu, jangan kita gampang kehilangan harapan. Sekalipun hanya tersisa sedikit kesempatan, lakukan yang terbaik untuk apa pun yang Tuhan percayakan di tangan kita, dengan usaha yang paling maksimal. Biarlah tatkala semuanya sudah selesai, kita boleh tersenyum bangga di hadapan Tuhan, mendapati tidak ada satu kesempatan sesingkat apa pun yang kita biarkan berlalu sia-sia. --HTN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar