RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Titus 1-Filemon 1
Nas: Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem. (Matius 2:1)
Kedatangan Orang Majus
Orang-orang Majus berasal dari tanah yang jauh. Timur diperkirakan berada di Babel (sekarang Irak), ratusan kilometer jaraknya dari Yerusalem, melewati medan gurun pasir yang berat. Mereka disebut kaum Majus (Magi), sarjana dan orang bijak pada masanya, penelaah perbintangan, yang bekerja di istana sebagai penasihat raja. Mereka berkedudukan tinggi dan tentu terbiasa hidup nyaman.
Namun, ketika melihat bintang Kristus, mereka mengambil keputusan yang bijaksana. Mereka tidak menunda-nunda untuk berangkat menyembah-Nya. Mereka tidak menunggu raja itu menjadi dewasa dan tampil sebagai sosok yang termasyhur, dan baru mendatangi-Nya. Tidak, mereka langsung bersiap-siap melakukan perjalanan jauh untuk mencari Dia, meninggalkan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari mereka. Meninggalkan kenyamanan hidup.
Seberapa gigih kita mencari Dia? Seberapa besar kerinduan kita untuk mengenal Dia, mengembangkan hubungan pribadi dengan Dia, mencari dahulu Kerjaan Allah dan kebenaran-Nya? Ataukah, kita terlalu sibuk dengan aktivitas lain yang kita anggap lebih penting? Adakah kita lebih suka menunda-nundanya dan menunggu waktu yang kita anggap lebih baik?
Saat ini kita tidak perlu bepergian jauh untuk bersekutu dengan Yesus. Kita pun tidak perlu meninggalkan apa-apa untuk datang kepada-Nya. Dia sudah berdiam di dalam hati kita. Dia berkenan menyertai kita. Maukah kita mengutamakan dan melibatkan Dia di dalam segala aktivitas kita? --ARS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 1 PETRUS 2:1-10
Bacaan Setahun: Ibrani 1-4
Nas: Biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. (1 Petrus 2:5)
Batu yang Hidup
Rumah yang nyaman memiliki kriteria tersendiri. Kokoh, indah, dan bersih, misalnya. Karena itu, setiap pemilik rumah akan selalu mengupayakan agar rumahnya terawat. Secara berkala, mereka akan memperbaikinya. Genteng yang bocor, cat yang telah pudar, atau kayu yang mulai keropos adalah beberapa alasannya. Adakalanya diperlukan pula bangunan tambahan.
Jemaat kristiani adalah batu hidup yang dipakai Allah sebagai bahan pembangunan rumah rohani. Mereka disebut batu hidup karena Kristus yang menjadi dasar bangunan itu adalah batu yang hidup. Orang Kristiani tidak mati dalam pelanggaran dan dosa, melainkan hidup bagi Allah melalui karya Roh Allah dan kelahiran baru. Selanjutnya menjadi rumah rohani karena kekuatan, keindahan, keragaman bagian dan kegunaannya secara menyeluruh. Sebagai rumah rohani, jemaat bekerja sama dengan kasih karunia Roh sebagai perabot-perabotnya, yang diikat oleh Roh Allah dalam satu iman.
Di samping itu orang percaya adalah imamat yang kudus. Istilah ini menunjuk kepada fungsi imam yang menjadi "jembatan" antara manusia dengan Allah. Sebagai pribadi yang dikuduskan bagi Allah, menjadi imam bagi sesamanya dan alat bagi orang yang belum percaya untuk mengenal Yesus. Hal ini sejalan dengan tugasnya yang harus mempersembahkan kurban rohani yang berkenan (tubuh, jiwa, perasaan, doa, pujian, dan derma) di dalam Yesus Kristus-satu-satunya Imam Besar Agung yang memungkinkan persembahan kita diterima Allah. Karena itu kualitas jemaat harus terus dibangun setiap hari. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: KEJADIAN 3
Bacaan Setahun: Ibrani 5-7
Nas: "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (Kejadian 3:15)
Tidak Putus Asa
Tiga kali seorang pemuda membangun usaha, namun selalu gagal. Pagi ini dengan penuh semangat pemuda itu berkata kepada sahabatnya kalau hendak memulai usaha baru, bisnis makanan ringan. "Kupikir kau sudah putus asa, " kata sahabatnya. "Bagaimana bisa aku putus asa, " jawabnya, "jika Tuhan tidak pernah putus asa?"
Kehidupan di dunia kerap melemparkan kita kepada kesukaran. Rentetan kegagalan, bertubi-tubi persoalan, komplikasi penyakit semua seolah mendorong kita masuk dalam keputusasaan. Namun demikian dalam diri kita anak-anak Tuhan harus selalu ditemukan semangat juang. Sebab kita mengerti Tuhan tidak pernah putus asa. Perikop firman Tuhan hari ini memuat buktinya. Dapat dibayangkan betapa hancur hati Tuhan mengetahui manusia, mahakarya dari ciptaan-Nya, telah jatuh ke dalam dosa! Buah terlarang telah dipetik dan dimakan (ay. 6). Tampak tiada lagi harapan. Dosa telah berkuasa atas manusia, sehingga takdir mereka ialah binasa. Sampai saat ini pun Tuhan tidak terlihat putus asa. Tuhan masih mempunyai rencana, yakni penebusan manusia. Firman-Nya, "Keturunannya (keturunan perempuan itu) akan meremukkan keturunanmu" (ay. 15). "Keturunan" yang dimaksud ialah Yesus, Putra Allah yang nanti turun ke dunia sebagai manusia, mati di kayu salib. Pengorbanan Yesus menghapus dosa umat manusia. Pengorbanan Yesus meremukkan kuasa Iblis.
Mengapa mudah putus asa jika kita mengerti Tuhan tidak pernah putus asa? Mengapa terburu-buru menyerah kepada kesukaran hidup jika kita mengetahui di benak Tuhan selalu tersedia cara untuk menolong kita? Bangkitkan kembali semangat dalam hati bahwa kesukaran pasti terlewati! Yakini segala pergumulan yang kita hadapi hari ini pasti kita dapatkan jalan keluarnya dari Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: LUKAS 6:27-36
Bacaan Setahun: Ibrani 8-10
Nas: "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu murah hati." (Lukas 6:36)
Menerima Tamu Ateis
Alkisah, seorang pria pemilik penginapan menolak menerima tamu setelah mengetahui bahwa sang tamu adalah seorang ateis. Namun, ketika sang tamu itu pergi, Allah berbicara dalam hati pria itu, "Bukankah seharusnya engkau bermurah hati kepadanya, sama seperti Aku bermurah hati kepadamu?" Pria itu tersentak, lalu bergegas mencari sang tamu, dan memintanya untuk tinggal dengan jamuan yang terbaik. Kelak mereka menjadi teman baik, dan tamu yang ateis itu akhirnya percaya kepada Kristus karena tindakan kasih yang diterimanya.
Hari itu, Yesus memberi pengajaran spesial yang sungguh tak mudah untuk dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Kita ambil contoh saja, mengenai mengasihi musuh atau berbuat baik kepada orang-orang yang tak tahu berterima kasih (ay. 35), semudah apakah kita melakukannya dalam kehidupan sehari-hari? Namun, Allah meminta kita melakukannya, sebagai respons atas kemurahhatian yang telah Allah berikan kepada kita sampai hari ini. Nasihat agar kita menjadi murah hati, sama seperti Bapa adalah Pribadi yang murah hati, bahkan dapat menjadi sarana kesaksian yang luar biasa seandainya dapat dituruti oleh setiap orang percaya di muka bumi ini.
Faktanya, memang tidak mudah menjalani hidup bermurah hati dengan konsisten. Tak jarang diperlukan pengorbanan begitu rupa, bahkan awalnya bisa terkesan "tidak ada untungnya". Namun, tetaplah belajar bermurah hati, seperti Allah sudah bermurah hati kepada kita, dan biarlah terang kasih Allah terbit atas orang yang menerima kemurahhatian kita. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YOHANES 1:43-51
Bacaan Setahun: Ibrani 11-13
Nas: Kata Natanael kepadanya, "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (Yohanes 1:46)
Merespons Sikap Sinis
Segera sesudah Yesus memanggilnya menjadi pengikut-Nya, Filipus menyaksikan imannya kepada Natanael. Filipus memproklamirkan bahwa ia telah bertemu dengan Mesias yang dinubuatkan oleh Musa dan para nabi, yakni Yesus, orang Nazaret. Mendengar itu, Natanael melontarkan pertanyaan sinis yang menunjukkan ketidakpercayaan. Sikap ini sebenarnya muncul dari pengetahuannya yang baik terhadap Kitab Suci. Bahwa Mesias tidak berasal dari Nazaret. Tidak pernah ada nubuatan para nabi mengenai tempat itu (bdk. Yoh. 7:52). Lagi pula, Nazaret adalah satu kota di Galilea yang ditinggali oleh bangsa-bangsa yang tak mengenal Tuhan. Sebagai Israel sejati, Natanael tahu bahwa Mesias akan datang dari tanah Yehuda, dari keturunan Daud.
Menariknya, Filipus tidak berusaha mendebat atau menjelaskan panjang lebar. Ia hanya menantang dan mengajak Natanael untuk menyaksikannya sendiri. Setelah bertemu Yesus, Natanael berubah. Dengan berani, ia mendeklarasikan bahwa Yesus adalah Anak Allah, Raja orang Israel. Ia pun tahu bahwa sekalipun Yesus berasal dari Nazaret, tetapi Dia adalah keturunan Daud yang lahir di Betlehem, tanah Yudea. Natanael pun menjadi pengikut Yesus yang setia (bdk. Yoh. 21:2).
Banyak orang bersikap sinis dan mempertanyakan berbagai hal tentang iman kita di dalam Kristus. Hendaknya kita tidak menanggapi secara negatif. Mereka perlu diberi ruang untuk belajar dan mengamati secara objektif, lalu menyimpulkan apa yang benar. Ketika mereka memiliki pengenalan yang lebih intim dengan Yesus, sikap sinis itu bisa berubah menjadi iman yang teguh, lalu mengikuti Dia dengan setia. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 PETRUS 4:12-19
Bacaan Setahun: Yakobus 1-5
Nas: Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. (1 Petrus 4:13)
Sukacita Dalam Penderitaan
Adakah di antara kita yang senang bahkan berharap mengalami penderitaan? Jangankan bersukacita, saran untuk tetap bersabar di tengah penderitaan saja sudah cukup untuk menambah emosi, bukan? Mana ada orang yang senang menderita? Tetap bersukacita kala menderita bisa-bisa membuat kita disangka gila.
Meski demikian, Rasul Petrus menasihatkan umat untuk tetap bersukacita, tidak peduli seberat apa pun beban yang harus dihadapi demi Kristus. Bagi orang Kristiani, bersabar saja masih belum cukup. Ya, pengajaran Kristiani memang sering kali tampak gila jika dilihat dengan kacamata dunia. Karena itu penting bagi kita memiliki pemahaman yang benar akan maksud dan kehendak Tuhan atas hidup kita.
Sekalipun menderita secara jasmani, orang Kristiani boleh tetap bersukacita dan merasa beruntung karena setidaknya ada dua alasan. Pertama, melalui penderitaan mengambil bagian dalam penderitaan yang dialami Kristus (ay. 13). Kedua, ketika menderita karena Kristus, maka Tuhan dimuliakan (ay. 14, 16). Penderitaan karena iman kepada Kristus dengan demikian merupakan tanda perkenanan Ilahi yang berguna untuk memajukan Injil. Penderitaan karena Kristus juga menjadi persiapan bagi kemuliaan. Bukankah penderitaan semakin mendorong orang benar untuk menyerahkan jiwa kepada Allah sebagai pemilik hidup yang senantiasa setia akan janji kasih-Nya? Karena itu, beruntunglah kita yang bersukacita dalam penderitaan bagi Kristus! Sebab kita akan bergembira dan bersukacita selamanya bersama Tuhan dalam kemuliaan-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar