RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yeremia 49-50
Nas: "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Matius 11:29-30, TB)
Menanggung yang Diperlukan
Sebuah lukisan memperlihatkan seekor gajah sedang berusaha melewati celah sebuah tembok. Ia berpeluh dan terlihat terjepit di celah sempit tersebut, berusaha sekuat tenaga untuk melewatinya. Saat sang pelukis diminta untuk membuat lukisan yang menggambarkan bagaimana kisah akhir gajah tersebut, sesuatu yang tak terduga terjadi. Sang pelukis justru membuat gambaran di mana gajah itu tidak perlu melewati celah sempit. Rupanya tembok itu memiliki lorong yang dapat disusuri sehingga gajah itu dapat keluar tanpa harus mengorbankan nyawanya dengan risiko terjepit pada celah sempit tersebut.
Saya sering kali merasa seperti gajah muda itu. Saya sering tidak dapat menemukan gambaran besar dari Sang Pelukis Kehidupan. Saya berpikir ada hal-hal yang mutlak harus saya lewati. Padahal hal-hal yang saya pikir sebagai keharusan tersebut bisa jadi adalah celah sempit yang tidak mesti dilalui. Fokus dan perhatian kepada celah sempit yang saya kira sebagai jalan keluar rupanya menjadi kuk yang tidak diperlukan. Saya membebani pundak saya dengan kuk yang tidak seharusnya ditanggung.
Kadang-kadang kita tidak dapat menemukan atau membedakan apakah kuk yang kita tanggung berasal dari Allah atau dari hal-hal di luar Allah. Apakah Anda mau menemukan kuk yang sesungguhnya dipasang oleh Allah? Kuk yang berasal dari Allah telah terlebih dahulu ditanggung Tuhan Yesus melalui karya salib, selanjutnya kita perlu belajar dari teladan Tuhan Yesus dalam menanggung penderitaan. --MRD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MAZMUR 37
Bacaan Setahun: Yeremia 51-52
Nas: Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan .... (Mazmur 37:25)
Sepah Dibuang
Post power syndrome acapkali menyerang orang-orang yang memasuki masa pensiun. Kondisi kejiwaan yang memicu rasa tidak nyaman lantaran merasa terbuang dan terlupakan. Perubahan yang bertolak dari penurunan aktivitas ini ternyata sanggup memengaruhi cara berpikir seseorang dalam menyikapi kehidupan secara negatif. Tak sedikit yang mengalami keterpurukan hidup ketika tidak mampu keluar dari perangkap pemikiran semacam itu.
Perubahan merupakan keniscayaan yang tak terelakkan dalam hidup setiap orang. Bagi orang percaya, perubahan dapat dimaknai sebagai kesempatan untuk menikmati kebaikan Tuhan. Peluang berharga yang menuntun kita mengalami manisnya hidup dalam penyertaan-Nya yang sempurna, dari muda hingga tua (ay. 25). Penyertaan yang meniadakan rasa takut akan ditelantarkan, karena Dia tidak pernah meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya (ay. 28).
Selama berserah dan percaya hanya kepada Tuhan (ay. 5), kita akan merasakan Tangan Tuhan menopang (ay. 24) di setiap langkah yang telah Dia tetapkan (ay. 23). Pemeliharaan seumur hidup, yang bekerja tanpa menyisakan kekhawatiran, menjadi bukti kehadiran-Nya yang nyata atas kita. Jaminan penyertaan Tuhan yang sanggup menghindarkan dari terperangkap dalam keterpurukan selama kita masih bernapas.
Penyertaan Tuhan menjanjikan kepastian bahwa kita tak akan pernah bersentuhan dengan hidup sebagaimana diisyaratkan oleh peribahasa habis manis sepah dibuang. Kehadiran-Nya menjadi jaminan pemeliharaan yang bakal berjalan di sepanjang musim kehidupan kita. --EML/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 2 SAMUEL 23:8-39
Bacaan Setahun: Ratapan 1-2
Nas: Maka berdirilah ia di tengah-tengah ladang itu, ia dapat mempertahankannya dan memukul kalah orang Filistin. Demikianlah diberikan TUHAN kemenangan yang besar. (2 Samuel 23:12)
Lebih dari Biasa
Sama, anak Age, orang Harari, adalah satu dari 30 pahlawan Daud yang namanya dicatat di Alkitab. Tindakan yang Sama lakukan adalah bertahan di tengah ladang penuh kacang merah, saat tentara telah melarikan diri dari hadapan orang Filistin. Seorang diri Sama mempertahankan ladangnya dan memukul kalah orang Filistin. Sama adalah orang biasa dengan ketetapan hati luar biasa, sehingga Tuhan memberinya kemenangan yang besar.
Banyak orang yang hari ini menyebut dirinya orang kristiani, hidup biasa-biasa saja. Pokoknya mengalir saja, tidak aneh-aneh. Tidak ada yang salah menjadi biasa-biasa saja kalau kita bukan orang yang beriman kepada Kristus. Menjadi salah, bahkan dosa, kalau kita hidup biasa-biasa saja dan tidak ada bedanya dengan orang dunia. Mengapa saya harus menjadi lebih dari biasa? Karena sebagai orang yang percaya Yesus Kristus, saya harus mengembangkan seluruh potensi yang Tuhan beri, agar bisa memberikan kemuliaan untuk Tuhan. Perhatikan para pahlawan Daud, mereka tidak melakukan hal-hal biasa saja buat Tuhan. Mereka memiliki ketetapan hati, keyakinan, dan kasih yang lebih besar daripada orang yang biasa saja.
Saat orang biasa-biasa saja memilih berhenti, menyerah dan ikut arus, orang kristiani memilih bertahan dan tetap setia ikut Tuhan. Saat orang biasa memilih puas dan berhenti mengembangkan talentanya, orang kristiani terus berusaha mengembangkan talentanya dan terus melakukan yang terbaik. Jadilah lebih dari biasa, bukan untuk memuliakan diri sendiri, melainkan untuk memuliakan Tuhan. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: KISAH PARA RASUL 17:16-34
Bacaan Setahun: Ratapan 3-5
Nas: Tetapi beberapa orang menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya .... (Kis. 17:34)
Dua Tanggapan
Sebagai penduduk yang tinggal di perkotaan, kami sering dikunjungi oleh orang-orang yang hendak menawarkan suatu produk barang atau jasa. Terkadang mereka hanya meninggalkan brosur atau iklan produk mereka. Namun, tak jarang juga mereka berusaha menjelaskan keunggulan produknya, untuk meyakinkan agar kami membelinya. Kadang-kadang saya merasa terganggu dengan kehadiran mereka. Namun sering kali saya justru merasa kagum dengan kegigihan mereka. Entah berapa orang yang mereka temui setiap harinya. Barangkali mereka berharap bahwa setelah sekian penolakan, akan ada yang menyambut mereka dengan gembira. Namun tanggapan yang mereka terima dapat disimpulkan dalam dua kata: ditolak atau diterima.
Pemberitaan Injil juga mengalami tanggapan yang serupa. Sebagian menolak, baik dengan terang-terangan, maupun secara halus. Persis seperti sebagian orang di Atena, yang bukan saja menolak, namun bahkan mengejek Paulus dan berita yang dibawanya (ay. 32). Namun, sebagian lainnya justru menerimanya serta percaya kepada Injil. Tepatlah apa yang dikatakan Tuhan Yesus bahwa Dia membawa pemisahan (Mat. 10:34-42). Sebagian akan menyambut-Nya, sebagian lain menolak-Nya. Bahkan anggota di dalam satu keluarga pun bisa memberi respons berbeda.
Para penjual yang berhasil adalah mereka yang gigih dan tidak menyerah. Sifat yang demikian juga hendaknya kita miliki dalam memberitakan Injil, tentunya melalui perbuatan serta perkataan kita. Sebab kita tahu bahwa Injil berkuasa menyelamatkan orang-orang dari dosa, serta mengubah hidup mereka menjadi seperti yang Tuhan inginkan. Dia berjanji menyertai kita senantiasa. --HT/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Yehezkiel 1-4
Nas: Ditulisnya dalam surat itu, demikian: "Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati." (2 Samuel 11:15)
Dalam Balutan Kewajaran
Israel sedang berperang. Daud, yang mengingini Batsyeba, menyuruh Yoab menempatkan Uria di medan paling gawat, "Supaya ia terbunuh" (ay. 15). Ketika Yoab menyampaikan instruksi kepada Uria, pasti banyak perwira Israel mendengar. Tetapi, tak seorang pun heran karena penempatan prajurit hebat di medan yang berat itu lazim dan wajar. Mereka pun pasti menilai wajar ketika Uria gugur. Gugur dalam perang itu wajar, bukan? Dan, itulah yang Daud mau: merekayasa segalanya agar orang menilai bahwa semua lazim dan wajar.
Sebagai raja, tindakan Daud memberi instruksi kepada Yoab pasti tampak lazim dan wajar. Tindakan Yoab pun-menugasi Uria sesuai strategi yang direncanakan-juga tampak lazim dan wajar. Semua tampak lazim dan wajar. Namun, dalam balutan semua yang tampak lazim dan wajar itu, ada kejahatan besar. Daud merekayasa dan memanfaatkan kesan kewajaran dan kelaziman itu untuk mencapai tujuan jahatnya.
Apa yang kita lihat? Ketika orang punya keinginan atau masalah, dia tergoda untuk memenuhi atau mengatasinya dengan menafikan nilai moral, dan membalut semua dengan hal-hal yang tampak lazim dan wajar. Orang tergoda untuk mencari dan memanfaatkan celah pada kaidah dan kelaziman yang ada, meski secara moral itu salah.
Makin besar kekuasaan yang dimiliki, makin besar pula godaan itu. Tetapi, adakah godaan semacam itu hanya mengadang orang-orang dengan kekuasaan besar? Ternyata tidak! Anda tahu, godaan semacam itu mengadang semua orang tanpa kecuali, termasuk saya dan Anda. Benar, bukan? --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: KEJADIAN 39
Bacaan Setahun: Yehezkiel 5-9
Nas: Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku." (Kejadian 39:8)
Pilihan yang Sulit
Joko, seorang pegawai, dihadapkan pada situasi sulit ketika pimpinan membawanya ke tempat pelacuran, lalu berkata, "Kamu pilih saja salah satu wanita itu, nanti saya yang traktir." Penolakan pertama dari Joko membuat pimpinannya menjawab, "Ini perintah lho. Kalau tidak mau kamu lebih baik pulang dan besok jangan bekerja lagi!" Jawaban yang sesaat membuat Joko bimbang, tetapi ia segera menjawab, "Maaf, Bos. Saya tidak ingin dipecat, tetapi saya juga tidak mau berbuat ini karena saya takut akan Tuhan."
Kisah selanjutnya berakhir manis, keteguhan hati Joko membuat pimpinannya justru mempromosikannya. Namun, fakta kehidupan ini tidak selalu berlangsung seperti pengalaman Joko. Pengalaman Yusuf menjadi contoh yang baik manakala penolakan terhadap permintaan istri dari tuannya, dengan alasan takut akan Allah, justru berakhir dengan fitnah yang membawanya masuk penjara. Yusuf bisa saja merasakan pahit hati karena harus dijebloskan ke penjara sekalipun tak bersalah, tetapi Yusuf memilih menjalani semua itu. Sampai akhirnya rencana Allah genap atas hidupnya, lalu Yusuf dipromosikan oleh Firaun sendiri.
Pada ilustrasi di atas, seandainya Joko justru dipecat karena pilihannya untuk menaati Allah, saya yakin Tuhan akan menolong Joko. Kita pun dapat meyakini, seperti yang dialami Yusuf, bahwa Allah takkan tinggal diam ketika anak-Nya teguh berpegang pada kebenaran-dengan kesiapan menanggung segala risikonya. Bagaimana dengan keteguhan iman kita saat dihadapkan pada pilihan yang sulit? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar