RENUNGAN HARIAN
Bacaan: ROMA 1:8-17
Bacaan Setahun: Mikha 1-7
Nas: Saudara-saudara, aku mau, supaya kamu mengetahui bahwa aku telah sering berniat untuk datang kepadamu-tetapi hingga kini selalu aku terhalang .... (Roma 1:13)
Mencari Cara Lain
Apakah Anda pernah berniat melakukan tindakan kebaikan kepada seseorang, namun tidak pernah terwujud pada akhirnya? Saya pernah. Bahkan, mungkin beberapa kali. Dan biasanya hal itu akan berakhir dengan penyesalan dan rasa bersalah. Meniatkan kebaikan sebenarnya hal yang mulia. Namun jika tidak terwujud, maka itu akan sia-sia belaka. Tidak ada artinya.
Mengapa sebuah niat baik tidak pernah terwujud? Barangkali kita tidak bersungguh-sungguh dalam mengupayakannya. Bisa saja memang terhambat oleh berbagai alasan, seperti kesibukan atau pekerjaan lain yang menyita lebih banyak perhatian. Namun jika kita menganggapnya penting, seharusnya kita menjadikannya prioritas atau menemukan cara lain untuk melakukan niat baik tersebut.
Saya merasa ditegur oleh apa yang Paulus lakukan. Ia mendengar bahwa kekristenan juga telah tersebar di ibu kota kekaisaran Romawi. Ia pun berkali-kali berencana mengunjungi jemaat di sana untuk menguatkan serta meneguhkan mereka. Juga untuk memberitakan Injil kepada lebih banyak orang di sana. Namun, niat itu selalu terhalang karena berbagai situasi. Lantas, apakah Paulus berhenti? Tidak!
Paulus memang tidak dapat mengunjungi mereka. Tapi ia mencari cara lain. Ia menulis surat untuk menyemangati mereka. Juga untuk mengajarkan iman Kristen yang lebih mendalam kepada mereka. Itulah yang kita kenal sebagai surat Roma dalam Alkitab. Biarlah ini jadi pengingat agar kita secara kreatif mengupayakan berbagai cara untuk mewujudnyatakan niat baik yang telah Tuhan tanamkan dalam hati kita. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: YEREMIA 11:1-17
Bacaan Setahun: Nahum 1-Habakuk 3
Nas: "Sebab itu beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mendatangkan ke atas mereka malapetaka yang tidak dapat mereka hindari, dan apabila mereka berseru-seru kepada-Ku, maka Aku tidak akan mendengarkan mereka." (Yeremia 11:11)
Menutup Telinga-Nya
Sejatinya, Allah kita adalah Allah yang selalu rindu mendengarkan seruan doa kita. Bahkan Ia sendiri yang meminta kepada kita untuk datang mendekat kepada-Nya dan menyampaikan permohonan. Tetapi, sungguh mengejutkan ketika sekali waktu secara terang-terangan Ia berkata bahwa Ia tidak akan mendengarkan seruan umat-Nya bahkan akan mendatangkan malapetaka atas mereka. Apa yang telah terjadi?
Sesungguhnya Allah meminta bangsa Israel mendengarkan apa yang telah berulang-ulang diberitahukan dengan berbagai macam cara (ay. 8), namun "telinga" hati yang ditutupi kedegilan tidak mendengar apa-apa (ay. 9?10)! Setiap peringatan, teguran, dan nasihat Tuhan sama sekali tidak diperhatikan, sebaliknya hati mereka marah dan menolak, dan tidak jarang mereka membunuh nabi-nabi yang diutus Tuhan itu. Telinga mereka memerah. Bangsa itu tidak rela ditegur oleh Yeremia dan merancangkan rencana keji terhadapnya (Yer. 11:19). Sungguh, kedegilan hati merekalah yang membuat Allah "menutup telinga-Nya" terhadap seruan mereka, bahkan ketika malapetaka menimpa mereka (ay. 11?14).
Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dengan teguran keras dan hajaran ketika kita mulai menyimpang dari pada-Nya. Ia bahkan melakukannya berulang kali dan Ia rindu kita bersedia mendengarkan-Nya lalu bertobat. Tetapi kitalah yang berulang kali menolak-Nya, telinga kita memerah mendengar teguran-Nya. Allah bukannya tidak mendengarkan seruan kita, tetapi kedegilan dan kekerasan hati kitalah yang menolak mendengarkan-Nya sekalipun Ia telah berulang kali berbicara kepada kita. Kiranya kita selalu rendah hati untuk memiliki telinga yang terbuka terhadap suara-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: YAKOBUS 4:13-17
Bacaan Setahun: Zefanya 1-Hagai 2
Nas: Sedangkan kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. (Yakobus 4:14)
Menyadari Penyertaan Allah
Dahulu saya kerap mengartikan perlindungan atau penyertaan Tuhan lewat hal-hal besar atau spektakuler. Namun, semakin lama saya mengiring Tuhan, saya justru menyadari bahwa penyertaan Tuhan pun dapat kita rasakan lewat hal-hal sederhana, yang mungkin selama ini kerap kita abaikan karena kita anggap biasa. Kita bahkan mungkin tergoda untuk berpikir, "Ah, kalau hal seperti ini sih, tidak perlu penyertaan Tuhan juga tidak masalah." Benarkah demikian?
Saya sangat bersyukur atas penyertaan Tuhan terhadap rantai sepeda motor yang masih terpasang pada tempatnya. Padahal, hari itu kami menempuh perjalanan jauh dengan rute menanjak, yang memerlukan kondisi rantai sepeda motor yang prima. Sesampainya di rumah, kami merasakan ada hal yang tidak beres pada rantai sepeda motor. Kami pun tak bisa menyangkal bahwa penyertaan Tuhan baru saja kami alami, seiring dengan doa yang kami daraskan sebelum meninggalkan rumah. Tuhan lebih dahulu mengetahui adanya bahaya yang mengintai perjalanan kami, lalu melindungi kami begitu rupa sehingga tidak ada hal yang membahayakan kami.
Yakobus menyebut kehidupan manusia yang sama seperti uap. Sama sekali tak ada yang dapat disombongkan karena sebenarnya ada banyak hal yang tak terduga dapat terjadi dalam mengarungi kehidupan kita. Itulah sebabnya kita perlu mengandalkan Dia, berserah penuh pada kehendak dan rencana-Nya, serta memohon penyertaan-Nya senantiasa. Percayalah bahwa penyertaan-Nya senantiasa Dia nyatakan dalam hidup kita, meskipun terkadang kita mungkin mengabaikannya. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: KEJADIAN 35:1-15
Bacaan Setahun: Zakharia 1-7
Nas: Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu." (Kejadian 35:2)
Saatnya Meninggalkan Dosa
Sebagai kepala keluarga, Yakub menggunakan wibawanya untuk meneguhkan ketaatan dalam beribadah kepada Tuhan di tengah keluarga. Ia memerintahkan keluarganya dan semua orang yang ada bersamanya untuk membinasakan semua dewa asing yang ada pada mereka. Mereka juga harus membersihkan diri dan mengenakan pakaian yang bersih. Hal ini dilakukannya sebagai persiapan ibadah yang akan dijalankan setelah Allah memerintahkannya pergi ke Betel untuk membuat mazbah bagi kemuliaan Allah.
Keluarga Yakub sudah diajar mengenal Tuhan. Namun, nyatanya masih banyak di antara mereka yang memiliki dewa-dewa asing. Terbukti saat Yakub memberi perintah untuk mengumpulkan semua dewa asing, berhala itu sungguh ada di antara mereka. Beruntung mereka dengan mudah mau taat pada perintah Yakub. Mereka menyerahkan dewa-dewa asing itu beserta anting-anting yang mereka kenakan, yang mungkin digunakan sebagai jimat atau penghormatan bagi dewa mereka. Yakub pun dapat mengubur semua itu di bawah pohon besar dekat Sikhem.
Membersihkan diri, memurnikan dan membarui hati harus senantiasa dilakukan guna beribadah kepada Tuhan. Sekalipun sudah mengaku Kristen, bukankah tak jarang kita berlaku sama dengan keluarga Yakub: menduakan Allah dengan memberhalakan banyak hal? Mungkin bukan patung dan benda-benda klenik lainnya. Namun harta, jabatan, kekuasaan, ketenaran, eksistensi dan gengsi. Semua ini adalah gejala kemerosotan rohani yang harus ditinggalkan, ganti penyerahan diri pada kesucian pribadi berlandaskan firman Tuhan. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YOSUA 23
Bacaan Setahun: Zakharia 8-14
Nas: "Bukankah TUHAN telah menghalau bangsa-bangsa yang besar dan kuat dari depanmu, dan akan kamu ini, seorang pun tidak ada yang tahan menghadapi kamu sampai sekarang." (Yosua 23:9)
Aroma Perlindungan
Kupu-kupu raja terkenal karena keindahan sayapnya. Tidak banyak yang tahu jika di balik keindahannya itu terkandung racun. Meski tidak mematikan, racun itu mampu membuat para pemangsa serangga menghindarinya. Kupu-kupu ini bahkan sanggup melawan dan mengusir burung yang berusaha mendekatinya. Menakjubkan! Sang Pencipta mengaruniai kupu-kupu jenis ini dengan aroma tubuh yang tidak hanya melindungi diri tetapi juga membuat para pemangsa tidak dapat bertahan menghadapinya.
Ketika kita merenungkan karunia Tuhan tentang "aroma perlindungan" yang dimiliki kupu-kupu ini, kita pun diingatkan tentang penggenapan janji Tuhan yang senantiasa menyertai umat Israel. Penyertaan Tuhan dalam wujud tiang awan dan tiang api menjadi bukti bahwa bangsa itu benar-benar terlindungi. Musuh dari berbagai penjuru yang berusaha menyerang pun ditaklukkan-Nya. Dan Yosua, dalam pidatonya kepada umat Allah mengingatkan bahwa jika mereka taat kepada Tuhan, maka tak seorang pun dapat bertahan melawan mereka (ay. 10). Ketaatan melakukan perintah Tuhan adalah bukti umat mengasihi-Nya. Dan Tuhan tidak akan membiarkan kehidupan umat yang sungguh mengasihi-Nya dipermalukan musuh-musuhnya.
Pesan yang sama masih berlaku untuk kita. "Aroma perlindungan" dari Tuhan akan menyertai kita sampai akhir zaman. Hidup orang-orang yang mengasihi Tuhan memang tidak luput dari berbagai tekanan dan masalah. Tetapi kita percaya bahwa "aroma perlindungan"-Nya memberi kita kekuatan yang membuat setiap persoalan itu tidak dapat bertahan. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: LUKAS 16:10-18
Bacaan Setahun: Maleakhi 1-4
Nas: Lalu Ia berkata kepada mereka, "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah." (Lukas 16:15)
Pembenaran Diri
Seorang pria mengaku butuh uang guna membelikan susu anaknya. Ia pun mencopet di sebuah angkutan umum. Sekali berhasil, ia pun ketagihan. Setelah beberapa kali berhasil mencopet, ia membagi hasil copetannya dengan sang sopir. Tujuannya adalah menjaga hubungan baik dengan sang sopir. Tanpa pernah tahu dari mana sumber uang yang diterimanya itu, sang sopir pun memujinya sebagai orang yang baik hati.
Berdalih dengan alasan yang seolah benar adalah salah satu cara menyangkal dan menghalalkan perbuatan salah. Sementara kepiawaian menyembunyikan dosa dengan kebaikan adalah cara mendatangkan tanggapan yang bertolak belakang dengan tanggung jawab yang semestinya. Demikian pula dengan orang-orang Farisi yang mencemooh Yesus dengan ajaran-Nya. Mereka berupaya menciptakan pendapat orang-orang tentang diri mereka, untuk membenarkan tindakannya yang salah. Tidak hanya berhasil terbebas dari tuduhan berlaku salah, mereka juga mendapatkan pujian dan kehormatan. Sikap dan pikiran mereka dikagumi bagaikan dewa, arahan mereka laksana hukum, dan tindakan mereka seperti petunjuk yang tak dapat dilanggar.
Sebelum tergiur melakukan tindakan serupa, mari mengingat kemahakuasaan Allah dan jati diri kita sebagai anak-anak-Nya. Tidak pantas anak-anak Allah berlaku jahat seperti anak-anak dunia yang belum mengenal kasih karunia. Karena itu, kehormatan yang semu bukanlah tujuan kita. Jika bisa mendapatkan kehormatan sejati melalui hidup benar di hadapan Allah, untuk apa mengejar kehormatan semu yang tak ada nilainya? --EBL/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar