RENUNGAN HARIAN
Bacaan: 2 KORINTUS 11:7-15
Bacaan Setahun: Yehezkiel 37-39
Nas: Jemaat-jemaat lain telah kurampok dengan menerima tunjangan dari mereka, supaya aku dapat melayani kamu! (2 Korintus 11:8)
Teguran Paulus
Paulus tinggal di kota Korintus selama 18 bulan untuk memberitakan Injil (Kis. 18:11). Selama itu, ia juga bekerja keras sebagai pembuat tenda, supaya ia tidak membebani jemaat. Beberapa tahun kemudian, sekelompok jemaat malah menuduh Paulus sebagai rasul palsu, yang melakukan pelayanannya dengan motif-motif jahat. Maka Paulus menuliskan surat ini untuk menegur mereka.
Paulus mengingatkan bahwa ia melayani mereka tanpa upah, sekalipun ia sebenarnya berhak untuk itu. Selain menghasilkan uang dengan tangannya sendiri, Paulus juga mendapat dukungan dana dari orang-orang Kristen di Makedonia. Uang itulah yang digunakannya untuk melayani orang-orang Korintus. Dengan nada keras, Paulus mengatakan bahwa ia telah merampok jemaat-jemaat dari kota lain dengan menerima tunjangan dari mereka demi melayani jemaat Korintus. Mengetahui hal ini, seharusnya jemaat Korintus bersyukur atas pelayanan Paulus, bukan malah memfitnah dan mendukakan hatinya.
Pernyataan Rasul Paulus ini juga hendaknya menegur kita. Kita telah menerima berbagai macam pelayanan yang baik dari banyak orang, di mana kontribusi kita untuk itu sangatlah kecil, atau bahkan tidak ada sama sekali. Semua itu dimungkinkan karena ada orang-orang yang telah berkorban atau mempersembahkan milik mereka, agar banyak orang mengenal Tuhan dan diberkati oleh-Nya. Maka selayaknyalah kita menghormati orang-orang yang melayani Tuhan, serta berterima kasih kepada mereka. Ini juga pengingat agar kita setia mendukung para pelayan Tuhan, agar semakin banyak orang yang mengalami kasih-Nya. --HT/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: YESAYA 1:10-20
Bacaan Setahun: Yehezkiel 40-42
Nas: "... Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18)
Janji Melampaui Kehancuran
Seorang ayah begitu frustrasi melihat sikap anaknya. Ayah ini merasakan kesesakan besar karena anaknya sama sekali tidak mengerti isi hatinya yang terdalam. Suatu kali ia pulang dari perjalanan dinas yang panjang, ia berharap anaknya menyambutnya dengan hangat. Namun yang hadir untuk menyambutnya pulang justru hanya anjing peliharaan mereka. Tidak terkatakan rasa sakit yang memuncak menjadi kesedihan karena anak yang ia kasihi tidak merasakan kerinduannya yang begitu besar.
Kerinduan Tuhan terhadap bangsa Israel juga tecermin lewat penglihatan yang Ia berikan kepada Nabi Yesaya. Kerinduan yang timbul bersamaan dengan rasa frustrasi yang hebat melihat keadaan bangsa Israel yang memberontak dan tegar tengkuk. Tuhan membeberkan apa yang sesungguhnya bukan menjadi inti permasalahan bangsa itu, lalu apa yang dilakukan bangsa itu yang juga bukanlah menjadi jawaban bagi Tuhan (ay. 11?15). Sungguh suatu pemandangan kehancuran yang menyayat hati Tuhan.
Mari melihat keadaan kita sekarang, apakah ada hal yang melukai hati Tuhan? Apakah yang kita kerjakan bertentangan dengan maksud Tuhan? Seperti Tuhan meminta bangsa Israel bertobat karena begitu besar janji pengampunan-Nya, seperti itu pula kerinduan-Nya bagi kita saat ini. Tuhan begitu rindu untuk memulihkan keadaan kita. Janji pengampunan yang Ia berikan melampaui segala kehancuran yang sudah terjadi. Mari datang dengan kerendahhatian, menyadari betapa besar kerinduan Tuhan agar kita kembali dan memahami betapa besarnya Ia mengasihi kita. --MRD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: KEJADIAN 4:1-16
Bacaan Setahun: Yehezkiel 43-45
Nas: Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. (Kejadian 4:8)
Andai Tuhan Sendiri
Seorang pemuda berkali-kali memperingatkan sahabatnya untuk tidak minum minuman keras. Tetapi sang sahabat tetap mabuk-mabukan setiap malam. Kebiasaan buruk tersebut berlanjut hingga lima tahun. Akhirnya sahabat itu sakit, lalu meninggal dunia. Sedih hati pemuda itu berkata, "Andai Tuhan sendiri yang memperingatkan, pasti sahabatku akan mendengarkan."
Amarah tersulut di hati Kain saat mengetahui korban persembahan Habel, adiknya, diindahkan oleh Tuhan, sedangkan korban persembahannya sendiri tidak (ay. 3?5). Kain berniat melenyapkan nyawa Habel. Maka Tuhan memberikannya peringatan. Tuhan berkata dosa sudah mengintip di depan pintu. Dosa itu sangat menggodanya, tetapi ia harus berkuasa atasnya (ay. 7). Kain mendapat peringatan secara langsung dari Tuhan, tetapi ternyata dosa tetap ia lakukan. Selanjutnya Kain mengajak Habel pergi ke ladang. Setiba di situ ia memukul adiknya itu, lalu membunuhnya (ay. 8)
Tidak benar kita memprotes Tuhan dengan melontarkan kata-kata serupa pemuda tadi. Faktanya, Tuhan selalu memberi peringatan kepada manusia, hanya caranya tidak seperti yang kita pikirkan atau bayangkan. Tuhan memberikan peringatan mungkin melalui khotbah pendeta, wejangan orang tua, teguran pemimpin rohani, nasihat sahabat, bahkan ocehan seorang anak kecil. Yang menjadi masalah adalah kebebalan hati manusia. Manusia tidak mau meninggalkan kenikmatan dunia. Kebebalan hati ialah penghalang utama dari keselamatan jiwa. Mari kita berdoa agar Tuhan menjauhkan kebebalan dari hati kita, juga dari hati orang-orang yang kita kasihi. Karena selama bebal hati masih dimiliki, andaipun Tuhan sendiri yang datang memperingatkan, maka tetap tidak akan ada perubahan apa pun. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: EFESUS 5:1-21
Bacaan Setahun: Yehezkiel 46-48
Nas: Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. (Efesus 5:16)
Waktu Adalah Kristus
Pada saat kuliah, saya sempat diajar oleh seorang dosen yang telah berusia 81 tahun. Pada waktu saya bergabung dengan kelompok paduan suara gereja, salah seorang rekan sepelayanan saya adalah seorang kakek berusia 80 tahun. Saya juga berteman dengan seorang kakek berusia lebih dari 60 tahun yang memutuskan untuk mengambil studi lanjut di perguruan tinggi jurusan teologia. Bukan hanya berhenti di tingkat strata satu, beliau melanjutkan hingga strata dua. Alasan yang sama menjadi dasar bagi ketiganya: mengisi waktu dengan tindakan positif yang berkenan bagi Tuhan.
Paulus menggolongkan orang menjadi dua jenis: bebal dan arif, dengan melihat cara mereka memanfaatkan waktu. Orang bebal lebih senang menggunakan waktunya untuk mencari kesenangan diri, bukan kesenangan Tuhan. Mereka hidup dalam percabulan, kejahatan, keserakahan, kemabukan. Sementara orang arif menanggapi karya Roh Kudus dalam hatinya sehingga mereka memanfaatkan waktu semaksimal mungkin bagi kemuliaan Tuhan.
Paulus mengingatkan jemaat untuk memanfaatkan waktu dengan baik mengingat zaman ini adalah zaman yang jahat. Lagi pula bukankah waktu yang kita miliki adalah karunia Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan? Dengan demikian jelaslah bahwa waktu bagi kita bukan sekadar kesempatan untuk mencari kesenangan atau uang. Apalagi menjadikannya kesempatan untuk bermalas-malasan. Bagi seorang Kristen, waktu adalah Kristus: tidak ada waktu yang tidak dipergunakan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YAKOBUS 3:13-18
Bacaan Setahun: Daniel 1-3
Nas: Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. (Yakobus 3:16)
Bahaya Iri Hati dan Egoisme
Pernahkah Anda merasa iri hati melihat seseorang yang terlihat begitu mudahnya mendapat pekerjaan atau berkat tertentu, sedangkan kita sendiri memperolehnya setelah melalui pergumulan panjang? Perasaan itu pernah muncul dalam diri saya, tetapi untunglah tak berlangsung lama. Setelah mendengar pergumulan yang dihadapi oleh orang yang mengalami berkat yang terlihat "begitu mudahnya" itu, pandangan saya pun berubah. "Ternyata berkat yang diterimanya merupakan upah atas pergumulannya yang ditempuhnya dengan iman, " gumam saya.
Ada baiknya kita waspada atas sikap iri hati dan mementingkan diri sendiri. Cermati dan renungkan baik-baik nasihat Rasul Yakobus, agar kita berhati-hati dengan kedua hal tersebut. Terlebih fakta kehidupan juga menunjukkan bahwa iri hati dan sikap mementingkan diri sendiri akan menghadirkan kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Kondisi yang juga dapat dialami orang percaya jikalau tidak waspada dan tidak segera mengenyahkan iri hati dan egoisme sebelum menghasilkan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Menjaga hidup dari perasaan iri hati dan sikap mementingkan diri sendiri memang tidak mudah. Namun, mengingat dampak mengerikan yang dapat dihasilkannya, kita sungguh memerlukan pertolongan Roh Kudus agar kita dimampukan untuk menghindar, bahkan bila mungkin membuang jauh-jauh dua hal negatif tersebut. Berhati-hatilah juga dalam menilai orang lain, karena acapkali penilaian "sekilas pandang" kita akan kehidupan orang lain belum tentu benar. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: PENGKHOTBAH 7:1-22
Bacaan Setahun: Daniel 4-6
Nas: Juga janganlah memperhatikan segala perkataan yang diucapkan orang, supaya engkau tidak mendengar pelayanmu mengutuki engkau. (Pengkhotbah 7:21)
Mendengar yang Baik
Ibu saya pernah memecat seorang asisten rumah tangga (ART) karena menurut beberapa tetangga, ART tersebut sering bergosip dengan ART lain dan menjelek-jelekkan ibu saya. Saya membayangkan bagaimana dulu Raja Salomo yang sangat kaya memperlakukan pelayan-pelayannya yang jumlahnya ribuan orang. Kemungkinan besar pelayan-pelayan Raja Salomo juga sering menggunjingkan dia dibelakang.
Dalam kitab Pengkhotbah 7:21, Raja Salomo menasihatkan kita agar tidak memperhatikan segala perkataan yang diucapkan oleh orang, supaya kita tidak mendengar hal-hal yang seharusnya tidak perlu kita dengarkan. Ada saat kita perlu mendengar dengan baik, ada saat kita tidak perlu mendengar sama sekali. Tidak selamanya yang menyenangkan itu baik didengar dan tidak selamanya yang menyakitkan tidak baik. Mendengar kritik yang membangun jauh lebih baik daripada mendengar pujian para penjilat. Mendengar hardikan orang berhikmat lebih baik daripada mendengar nyanyian orang bodoh (ay. 5). Banyak informasi yang lalu lalang di sekitar kita yang akan lebih baik jika tidak kita ketahui. Karena itulah kita harus bijak untuk memilah informasi-informasi apa saja yang perlu atau tidak perlu kita ketahui.
Jika orang menggunjingkan kita di belakang, kita tidak perlu mencari tahu apa yang mereka gunjingkan. Karena jika niat mereka baik, mereka akan datang langsung dan menyampaikan kepada kita. Jika tidak disampaikan, itu bukan urusan kita. Nasihat dari Raja Salomo ini cocok sekali diterapkan jika kita terpaksa harus berada dalam lingkungan orang-orang yang suka bergosip, bergunjing, atau mengolok-olok di belakang. Cari dan dengarlah informasi yang hanya akan membangun diri kita menjadi orang yang lebih baik lagi. --REY/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar