RENUNGAN HARIAN
RENUNGAN SENIN
Bacaan: 2 KORINTUS 4:7-9
Bacaan Setahun: Yehezkiel 14-16
Nas: Kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. (2 Korintus 4:9)
Sendiri tapi Tidak Sendirian
Adakalanya kita merasa seorang diri menghadapi berbagai pergumulan, kesulitan dan tantangan hidup ini. Merasakan beban berat sendiri, menangis sendiri, merasakan sesak sendiri dan merasa seakan tidak ada yang peduli. Kita mulai dihinggapi lelah, kecewa, marah dan putus asa. Semuanya semakin terasa ketika seisi rumah seakan tidak mau turut merasakan apa yang kita rasakan. Mereka sibuk dengan diri sendiri. Orang-orang di gereja sibuk dengan urusan "pelayanan" masing-masing semakin membuat kita merasa tersisih, sendiri dan mungkin terpinggirkan.
Paulus memberikan gambaran pengalamannya sebagai seorang pemberita Injil. Berbagai situasi tidak mengenakkan harus ia alami. Ditindas, dianiaya, diempaskan dan mengalami berbagai situasi yang dapat melemahkan diri dan imannya. Hanya saja, Paulus menegaskan ia memiliki "harta" berharga yang menguatkan keyakinannya, bahwa selalu ada kekuatan yang berlimpah-limpah, bukan dari dirinya sendiri, tetapi dari Allah Sang Sumber Kekuatan. Kuasa Allah dalam pekerjaan Roh Kuduslah yang membuat Paulus tidak merasa putus asa, tidak merasa kalau segalanya sudah berakhir dan tidak ada lagi jalan keluar serta harapan.
Bisa jadi, saat ini kita merasakan dan mengalami pengalaman seperti Paulus. Beban hidup yang begitu berat, pergumulan ekonomi dan pekerjaan, merasa sendirian menghadapi semuanya, kecewa dan bahkan hampir putus asa. Ingatlah, bahwa kita tidak akan pernah menghadapi semua sendirian dan dengan kekuatan sendiri yang serba terbatas. Kekuatan sesungguhnya datang dari Allah di dalam Kristus melalui pekerjaan Roh Kudus. Dari Allah Bapa yang selalu bersama dengan kita setiap saat. --AAS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: ROMA 8:18-30
Bacaan Setahun: Yehezkiel 17-19
Nas: Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri menyampaikan permohonan kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (Roma 8:26)
Roh Kudus Mendoakan
Ketika sakit, saya semakin memahami bagaimana rasanya bergantung kepada orang lain untuk segala keperluan saya. Pantas saja, mereka yang sakit berat sering kesal dan tidak mau meminta lebih lanjut ketika orang di samping mereka tidak memahami apa yang mereka inginkan. Namun di sisi lain, kesulitan penderita untuk berkomunikasi membuat orang yang mendampingi menjadi serba salah, seolah dipaksa untuk memahami bahasa isyarat, bahkan ungkapan batin mereka. Padahal ketika dimengerti, beban si sakit pun berkurang banyak.
Dalam penderitaan berat, orang percaya sering merasa tidak mampu lagi berkomunikasi dengan Tuhan. Kita bahkan tidak mampu memahami keperluan kita sendiri untuk didoakan. Bersyukur bahwa Allah Maha Baik. Ia bukan saja mengaruniakan keselamatan melalui Yesus Kristus, melainkan juga Roh Kudus yang tinggal dalam hati kita. Roh Kudus mewakili kita menyampaikan keluhan kepada Allah. Ia memahami bahasa batin kita bahkan ketika kita tidak mampu mengucapkannya. Jelas, doa-Nya itu berkuasa dan pasti diperhatikan sepenuhnya oleh Allah Bapa. Sungguh ajaib dan menakjubkan. Tak terselami.
Meskipun ada Roh Kudus yang mendoakan, kita harus terus tetap berdoa (1Tes. 5:17). Namun kita tidak lagi khawatir tentang ketidakmampuan kita menyampaikan permohonan secara tepat. Juga tidak perlu was-was bahwa doa kita tidak Tuhan perhatikan. Keistimewaan yang Tuhan karuniakan kepada orang yang percaya kepada-Nya ini patut kita syukuri. Kiranya keyakinan ini menambah semangat kita untuk tekun berdoa. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: FILIPI 2:1-11
Bacaan Setahun: Yehezkiel 20-21
Nas: ... Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (Filipi 2:8)
Hamba yang Sempurna
Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang Anda anggap memiliki kerendahhatian? Saya teringat akan konselor saya, yang telah melayani saya dalam puluhan jam sesi-sesi konseling. Pernah satu kali saat beliau didiagnosis mengidap penyakit keras, beliau tetap mengusahakan memberikan konseling kepada saya. Heran sekali, selama sesi berlangsung saya tidak bisa bicara karena dada saya sesak sekali dan air mata tidak berhenti mengalir. Butuh waktu bagi saya untuk menyadari bahwa beliau melakukan banyak hal bagi saya dengan kerendahhatian agar saya mengetahui bahwa saya dikasihi oleh Bapa Surgawi.
Perikop hari ini merupakan nasihat untuk dapat hidup bersama orang lain dalam pikiran dan perasaan yang sama seperti Yesus Kristus. Teladan Yesus Kristus dalam kerendahhatian mengambil bentuk kerelaan-Nya dengan melepas hak-Nya (ay. 6). Yesus telah mengosongkan diri-Nya, menjadi sama dengan manusia, merendahkan diri-Nya, taat sampai mati bahkan mengorbankan diri-Nya sampai mati di kayu salib. Sikap Tuhan Yesus yang sedemikian rupa merupakan bukti bahwa Yesus adalah Hamba Yang Sempurna, yang ditunjukkan dengan kesediaan-Nya melakukan tugas yang dipercayakan Bapa kepada-Nya. Salib merupakan puncak pengabdian Tuhan Yesus kepada Bapa.
Maukah kita memiliki sikap yang taat dengan rendah hati terhadap firman Allah dan rancangan-Nya? Semua orang percaya adalah hamba Tuhan, yang merupakan pekerja yang menjadi milik Tuhan. Tidak ada hal yang patut disombongkan, semua hal dalam hidup adalah pemberian Tuhan, kembalikanlah bagi kemuliaan Tuhan. --MRD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: KEJADIAN 42:1-23
Bacaan Setahun: Yehezkiel 22-24
Nas: Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itu (Kejadian 42:21)
Dikejar Rasa Bersalah
Lebih dari 13 tahun sudah berlalu sejak anak-anak Yakub menjual Yusuf sebagai budak (Kej. 37:2; 41:46). Mereka mengarang cerita bohong kepada ayahnya untuk menutupi kejahatan itu. Sepertinya semua aman. Rahasia itu tertutup rapat. Tetapi, apa yang mereka rasakan ketika melihat Yakub hidup berkabung setiap hari (Kej. 37:35; 42:38)? Pasti, mereka dihantui rasa bersalah. Ketika kemudian terjadi kelaparan hebat dan mereka harus pergi membeli bahan pangan ke Mesir, mereka menghubungkan banyaknya kesulitan yang mereka hadapi sebagai akibat kejahatan yang dulunya mereka lakukan kepada Yusuf.
Rasa bersalah biasanya muncul di belakang. Sayangnya, banyak orang memelihara perasaan bersalah hingga berkepanjangan, bahkan membiarkannya begitu saja. Tidak ada upaya untuk melakukan pengakuan dosa, meminta maaf kepada pihak yang dirugikan, atau berusaha memperbaiki akibat buruk yang ditimbulkannya. Hasilnya ialah hilangnya damai sejahtera. Juga senantiasa diliputi rasa takut.
Sebenarnya perasaan bersalah dapat menolong kita untuk menyadari dosa, kejahatan atau kesalahan yang kita lakukan. Allah dapat menggunakan suara hati kita untuk menginsafkan kita atas dosa. Ini adalah pekerjaan Roh Kudus. Kita harus berani dengan tulus mengakui dosa atau kesalahan. Itulah langkah awal yang akan membebaskan kita. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: HAKIM-HAKIM 7:1-15
Bacaan Setahun: Yehezkiel 25-28
Nas: Ketika Gideon sampai ke situ, kebetulan ada seorang menceritakan mimpinya kepada temannya, katanya: "Aku bermimpi: tampak sekeping roti jelai terguling masuk ke perkemahan orang Midian; setelah sampai ke kemah ini, dilanggarnyalah kemah ini, sehingga robo (Hakim-hakim 7:13)
Cukup Sekeping Roti
Konon, selain dikenal sebagai tentara yang tangguh, dan ganas, tentara Kasdim juga dikenal karena kekejamannya. Bangsa-bangsa menjadi takut. Bangsa Kasdim menjadi sombong, mereka begitu mengagung-agungkan kekuatan tempurnya. Alkitab bahkan menyebut bahwa mereka telah "mendewakan kekuatannya sendiri" (Hab. 1:11). Begitu pun Midian dan Amalek. Siapa yang tak gentar menghadapi jumlah kekuatan perang yang tak terhitung itu (ay. 12)?
Tetapi Tuhan meminta Gideon memimpin Israel untuk maju menghadapinya. Bukan dengan jumlah kekuatan yang banyak, tetapi cukup dengan tiga ratus orang yang berani dan taat kepada-Nya. Gideon, mungkin saja berpikir mana mungkin kekuatan tiga ratus orang mampu menghadapi kekuatan musuh yang tak terhitung jumlahnya. Tuhan menjawabnya melalui sebuah mimpi dari seseorang yang melihat bahwa ada sekeping roti jelai yang terguling masuk perkemahan Midian dan meluluhlantakkannya (ay. 13)! Gideon memahami bahwa bahkan Tuhan bisa saja tidak membutuhkan seorang pun untuk menaklukkan segala kekuatan yang penuh kesombongan. Tuhan bisa memakai "sekeping roti jelai" untuk menunggangkan kekuatan musuh.
Gideon belajar apa arti hidup mengandalkan kekuatan Tuhan. Tuhan membenci hati yang mendewakan kekuatan diri, Ia mengasihi orang yang rendah hati. Kita diajar untuk tidak fokus kepada kekuatan diri, sebaliknya fokus dan bersandar kepada Tuhan. Tuhan tidak membutuhkan kekuatan manusia, Ia hanya membutuhkan iman, cukup sekeping roti jelai saja untuk menyelesaikan persoalan kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: PENGKHOTBAH 7:1-22
Bacaan Setahun: Yehezkiel 29-32
Nas: Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang ini pun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya. (Pengkhotbah 7:14)
Mujur dan Malang
Seekor induk burung rajawali yang telah menetaskan telur-telurnya, pada waktunya akan merusak sarangnya. Anak-anak rajawali yang telah cukup umur keluar dari zona aman mereka, dan memulai kehidupan mandiri dengan terbang, mencari makanan sendiri, dan mencari tempat tinggal baru. Terlihat kejam, tapi itulah cara untuk membuat anak-anaknya menjadi dewasa. Ketika kecil ia melindungi mereka dalam sarang, setelah besar ia melatih mereka agar bisa melindungi diri sendiri.
Raja Salomo berkata, segala pekerjaan Allah dalam hidup kita adalah baik. Bergembiralah ketika Allah membentangkan sayap-Nya dan melingkupi kita dalam perlindungan-Nya yang dahsyat. Tetaplah mengucap syukur ketika seakan-akan sarang kita yang nyaman sedang diacak-acak oleh Allah, dan kita dipaksa terbang padahal kita merasa tidak mampu terbang. Allah adalah pencipta kita, Ia mengenal kemampuan kita dengan baik. Jika ada hari yang baik, maka ada hari yang malang. Allah menciptakan keduanya agar kita tidak bisa menebak-Nya. Ia tidak menentukan kapan hari baik dan hari malang datang dengan tujuan agar kita tidak mengandalkan kekuatan sendiri.
Allah tidak membiarkan kita mengetahui masa depan karena Ia ingin kita sepenuhnya bergantung pada-Nya. Kita masing-masing diciptakan untuk memuliakan-Nya. Allah ingin kita senantiasa berserah kepada-Nya, dan mengijinkan-Nya untuk mengatur langkah kita. Jika saat ini kita merasa seperti anak rajawali yang sarangnya diacak-acak oleh induknya sendiri, itu adalah bagian dari pendewasaan, agar kita menjadi kuat dan siap untuk menjalankan misi yang ditetapkan Allah untuk kita. --REY/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar