RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 8
Nas: ... Petrus pun merasa sedih karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya, "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya, "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya, "Peliharalah domba-domba-Ku (Yohanes 21:17)
Pemulihan dan Pertobatan
Bukan hal mudah untuk bertemu, apalagi menjawab pertanyaan dari seseorang yang kepadanya kita pernah melakukan kesalahan. Ada perasaan takut, malu, waswas, khawatir, juga bingung. Jawaban apa yang tepat, sehingga tidak menimbulkan masalah baru, sekaligus dapat melegakan si penanya?
Petrus ada di posisi itu ketika Tuhan Yesus menanyainya. Sejak peristiwa penyangkalan yang dilakukan Petrus hingga kebangkitan Yesus, Alkitab mencatat percakapan antara Yesus dengan Petrus ini adalah yang pertama. Padahal sebelumnya, Petrus pernah menyombongkan diri dengan mengatakan bahwa kasihnya kepada Tuhan lebih besar dari murid yang lain (bdk. Mat. 26:33, Yoh. 13:37). Bukan tidak mungkin Yesus akan mengungkit penyangkalannya. Bisa saja Sang Guru merasa kesal sehingga akan memberikan teguran. Atau lebih dari itu, Yesus akan mencoret namanya dari daftar nama para murid dan memberikan hukuman, mungkin?
Namun ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Yesus tidak hanya mengampuni Petrus. Ia memulihkan, bahkan memercayakan sebuah pengutusan. Yesus tetap mengasihi Petrus seperti sebelumnya. Yesus memberikan lagi kesempatan bagi Petrus untuk menyatakan kasihnya kepada Tuhan.
Bersyukur karena Tuhan yang kita sembah senantiasa memberikan kesempatan kepada umat untuk beroleh pemulihan. Baiklah kita memanfaatkan kesempatan dengan menyatakan setiap penyesalan atas kesalahan dengan melakukan pertobatan. Kembali menyatakan iman dan kasih kepada Tuhan dengan kesungguhan dan ketulusan. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: HOSEA 11
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 9-11
Nas: Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim, ... Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak. (Hosea 11:8)
Kasih yang Besar
Setiap orang tua pasti pernah dikecewakan oleh anak-anaknya, ada yang jarang tetapi ada juga yang sering. Anak-anak terkadang memberontak dan tidak mau mendengar terhadap perintah atau aturan orang tuanya. Karena kekecewaan yang mendalam mungkin saja ada orang tua yang kemudian membiarkan atau bahkan mengusir anak-anaknya. Kasih manusia ternyata begitu terbatas dan mudah menjadi tawar bila dikecewakan terus-menerus.
Tuhan telah memilih bangsa Israel menjadi umat-Nya. Tuhan telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Dalam perjalanannya, mereka berulang kali mengecewakan Tuhan dengan pemberontakan mereka terhadap perintah-Nya. Bahkan ketika mereka sudah menduduki tanah perjanjian pun, mereka begitu sering melupakan Tuhan dan kasih-Nya yang besar dan berbalik kepada bangsa lain dan para Baal. Tuhan pun menghukum mereka melalui bangsa Asyur, tetapi sekali lagi, itu pun juga karena kasih-Nya supaya mereka sadar dan bertobat. Dia adalah Allah dan bukan manusia sehingga kasih-Nya jauh melampaui segala kedegilan dan pemberontakan umat-Nya. Pengampunan dan pemulihan Dia berikan karena belas kasih dan kesetiaan-Nya sehingga murka-Nya tidak untuk selama-lamanya.
Dalam berelasi, karena kesalahan kita, mungkin akhirnya kita pernah ditinggalkan seorang rekan karena ia sakit hati dan mencari relasi yang baru. Pasti menyakitkan karena permintaan maaf kita tidak memulihkan relasi kita dengannya. Tetapi, mari bersyukur karena Tuhan kita kasih-Nya besar, kita tidak dibiarkan dan ditinggalkan karena kesalahan kita, tetapi dibawa-Nya kita pada pertobatan yang memulihkan relasi kita dengan-Nya. --ANT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 1 SAMUEL 1
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 12-13
Nas: Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan. (1 Samuel 1:7)
Tetap Pergi ke Rumah Tuhan
Tidak sedikit orang tidak mau lagi pergi ke rumah Tuhan (gereja) karena mendapat perlakuan yang kurang baik dan membuatnya tidak nyaman di gereja. Seorang remaja putri tidak pernah pergi ke gereja lagi; seniornya menegur saat dia bercanda padahal menurut pendapatnya, ia bercanda berempat dengan teman-temannya tetapi senior hanya menegur dia saja, tidak menegur teman-teman lain yang juga bercanda.
Berbeda dengan Hana, setiap kali Hana pergi ke rumah Tuhan, pada hari Elkana, suaminya, mempersembahkan korban kepada Tuhan semesta alam di Silo, diberikannyalah kepada Penina dan kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing sebagian, meskipun ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian; sementara itu madunya, Penina, selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar karena Tuhan telah menutup kandungannya, demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah Tuhan, Penina menyakiti hati Hana; walaupun demikian Hana tetap setia pergi ke rumah Tuhan dari tahun ke tahun (ay. 3-7).
Memang tidak mudah dan tidak nyaman untuk tetap setia pergi ke rumah Tuhan saat mendapat perlakuan kurang baik di sana, tetapi kesetiaan Hana dan kesungguhannya untuk mencurahkan isi hatinya di hadapan Tuhan dalam doa, akhirnya membuat Tuhan ingat kepadanya. Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya, "Aku telah memintanya dari pada Tuhan" (ay. 10, 15, 19, 20). --IN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: YOHANES 14:1-14
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 14-15
Nas: "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku." (Yohanes 14:1)
Aman Saat Gelisah
Ketakutan tertular virus, menjadi paranoid dan dirumahkan karena tempat bekerja terpaksa ditutup seiring pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), berkurangnya pendapatan karena usaha dan bisnis mandek, kejenuhan tinggal di rumah dan tidak bisa beraktivitas seperti biasa, munculnya persoalan baru dalam keluarga karena semasa pandemi seluruh aktivitas dilakukan di rumah sendiri, tingkat stres yang meningkat, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut tentu saja membuat kita gelisah dan tidak nyaman, bahkan kehilangan damai sejahtera, terutama di masa pandemi Covid-19 yang telah lalu.
Perasaan gelisah juga dirasakan oleh para murid, sehingga Tuhan Yesus harus menyampaikan pesan untuk memberikan kekuatan. Pesan-Nya sangat jelas, "Janganlah gelisah hatimu." Tuhan Yesus meminta para murid untuk percaya kepada-Nya. Janji-Nya, "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal ... Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu ... supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada" (ay. 2-3). Untuk dapat ke sana, setiap orang yang percaya harus mengikuti jalan yang benar, yaitu Tuhan Yesus sendiri. Ia telah menyatakan diri-Nya adalah jalan, kebenaran dan hidup yang sesungguhnya.
Orang percaya berjalan pada jalan yang telah ditunjukkan-Nya itu, maka ia dapat tetap merasa tenang, tenteram dan damai, meskipun tengah berada dalam keadaan yang menggelisahkan. Yesus, yang adalah jalan, kebenaran dan hidup, adalah Tuhan yang akan terus menyertai dan bersama kita di dalam setiap keadaan. Bahkan dengan keyakinan ini, orang percaya bukan saja akan merasa tenang, tetapi dapat melakukan pekerjaan pelayanan bagi sesama yang berada di dalam ketakutan, kegelisahan dan kehilangan damai sejahtera. Pekerjaan-pekerjaan yang pastinya Tuhan Yesus akan lakukan sendiri. Pekerjaan-pekerjaan yang Ia kehendaki agar kita juga lakukan. --AAS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 1 PETRUS 4:7-11
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 16-18
Nas: Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kri (1 Petrus 4:11)
Melayani dengan Kekuatan Allah
Kehidupan orang percaya, yang telah diselamatkan melalui pengorbanan Kristus, sejatinya tak dapat dipisahkan dari pelayanan. Siapa pun orangnya, sebagai bagian dari komunitas orang percaya maupun gereja lokal tertentu, setiap orang percaya diharapkan dapat memberi kontribusi positif melalui tindakan pelayanan yang dilakukan, supaya melaluinya, nama Allah dimuliakan. Rick Warren, penulis buku terkenal berjudul The Purpose Driven Life, pernah berkata bahwa manusia dibentuk dan diciptakan untuk melayani Dia.
Petrus mendorong umat Tuhan agar mereka saling melayani sesuai karunia yang Tuhan berikan (ay. 10). Barang siapa diberi karunia untuk mengajar, hendaklah ia melayani dengan kesungguhan hati, karena ia sedang menyampaikan "pesan Allah" bagi para pendengarnya. Barang siapa yang diberi karunia melayani, hendaknya ia melakukan dengan segenap hati, karena Allah memberinya kekuatan. Prinsip yang sama dapat diterapkan dalam bidang pelayanan lainnya, atau apa pun yang kita lakukan bagi saudara seiman. Bukankah kesanggupan kita dalam melakukan segala sesuatu berasal dari Allah, bukan semata-mata karena kuat dan gagah kita? Pemahaman akan hal ini akan melahirkan tindakan yang disertai kesungguhan hati, juga keyakinan, "Apa pun yang saya lakukan, Allah pasti menyertai."
Alangkah indahnya jika setiap orang yang ambil bagian dalam pelayanan melakukannya dengan kesungguhan hati. Bagaimana dengan kita? Masihkah kita memiliki kesungguhan hati dalam melayani Tuhan, karena kita ingin menyenangkan hati-Nya? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: ULANGAN 15:1-11
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 19-20
Nas: "Engkau harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita, apabila engkau memberi kepadanya, sebab oleh karena hal itulah TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala usahamu." (Ulangan 15:10)
Tanpa Bersusah Hati
Bagi beberapa orang, melakukan firman Tuhan itu dianggap sebagai beban berat dan tidak masuk akal. Beberapa lainnya karena terpaksa, tidak dengan sukacita tetapi dengan bersusah hati. Tuhan tidak menghendaki sikap-sikap demikian terjadi dalam diri umat-Nya berkenaan dengan perintah untuk memperhatikan dan memberi kepada sesama yang miskin.
Perintah Tuhan itu adalah tentang penghapusan utang dan pembebasan budak sesama orang Ibrani pada tahun ketujuh. Perintah yang mungkin bagi orang-orang Israel akan menimbulkan kerugian jika memberikan pinjaman menjelang tahun ketujuh. Bisa saja perintah itu membuat mereka menahan hartanya dan menolak jika ada orang yang datang untuk meminjam. Namun, niatan demikian adalah kekejian di mata Tuhan. Yang dikehendaki Tuhan adalah kerelaan hati untuk memberi pertolongan berupa pinjaman sesuai yang mereka butuhkan, terlepas bahwa pada akhir tahun ketujuh mereka mampu membayar atau tidak. Sekalipun mereka tidak mampu membayar, utang mereka harus dihapuskan. Jadi mereka tetap harus memberi dengan sukacita dan tanpa bersusah hati. Tuhan pun menjanjikan bahwa saat mereka taat melakukan perintah-Nya, mereka akan diberkati (ay. 10).
Ketulusan dan kerelaan hati kita akan teruji ketika kita mendapati bahwa orang-orang yang kita tolong tidak mampu membalas kebaikan kita. Di sekitar kita begitu banyak orang tak berdaya yang menantikan uluran tangan kita dan Tuhan menghendaki agar kita memperhatikan mereka. Mereka adalah orang-orang yang tidak mampu membalas pertolongan kita. Akankah kita mengulurkan tangan tanpa bersusah hati karena mereka tidak akan pernah membalas kebaikan kita? --SYS/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar