RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 1 Samuel 28-31
Nas: "Aku telah memuliakan Engkau di bumi dengan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk Kulakukan." (Yohanes 17:4)
Mempermuliakan Allah di Bumi
Mencermati kehidupan Yesus di dunia ini, sejak kelahiran sampai kematian-Nya di kayu salib, seperti yang tertulis dalam keempat kitab Injil sungguh menarik. Ada banyak hal yang bisa kita renungkan, pelajari, dan hikmat yang bisa kita peroleh. Salah satunya mencermati isi doa yang Yesus sendiri panjatkan tak lama sebelum menghadapi jalan salib, khususnya pada pengakuan di mana Yesus telah mempermuliakan Bapa Surgawi dengan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepada Anak Daud tersebut.
"Aku telah memuliakan Engkau, " kata Yesus dalam doanya. Cara yang Yesus maksudkan adalah menuntaskan segala yang Bapa tugaskan kepada Yesus selama di dunia. Pengakuan yang juga menyiratkan pesan akan kesiapan Yesus menghadapi jalan salib, sebagai puncak penderitaan sekaligus misi pamungkas terkait kedatangan-Nya di bumi untuk menebus manusia. Tindakan yang juga dapat menginspirasi setiap orang percaya yang rindu untuk mempermuliakan Allah dalam kehidupan mereka dengan menyelesaikan kehendak Allah.
Cara memahami kehendak Allah yakni dengan membaca Alkitab, yang dapat menuntun kita memahami kehendak dan rencana-Nya, melalui pertolongan Roh Kudus. Allah pun dapat berbicara dalam hati kita, juga melalui mimpi atau cara-cara lainnya, seperti yang pernah dialami para tokoh di Alkitab jika Allah menghendakinya. Kita pun dapat meyakini bahwa tuntunan-Nya akan dinyatakan kepada kita yang rindu untuk mempermuliakan Dia, seperti kerinduan Yesus selama berada di bumi. Apakah kita sudah memiliki kerinduan itu? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MARKUS 5:1-20
Bacaan Setahun: 2 Samuel 1-2
Nas: Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan Legion itu. Mereka pun merasa takut. (Markus 5:15)
Barang Rusak
Piring pecah, gelas retak, panci berlubang, apakah kita mau tetap menggunakannya? Mayoritas berkata, "Tidak." Piring pecah, gelas retak, panci berlubang, semuanya dikelompokkan sebagai barang rusak. Namanya "barang rusak", berarti barang itu segera dibuang ke tempat sampah.
Di Gerasa ada seorang yang kerasukan roh jahat. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Di mata sesamanya, orang itu seperti barang rusak. Maka ia pun terbuang dari masyarakat. Tidak ada orang peduli lagi terhadapnya. Sungguh menarik mengetahui Yesus masih menginginkan "barang rusak" itu. Bersama murid-murid-Nya, Dia menerjang ombak dan topan untuk pergi ke seberang, tempat orang itu berada (lih. Mrk. 4:35-41). Bagi Yesus, orang itu masih berharga. Hidupnya masih dapat dipakai untuk kemuliaan Allah. Sesudah sampai di Gerasa, Yesus memperbaiki "kerusakan" orang itu dengan mengusir setan-setan dari tubuhnya. Orang itu pun kembali waras. Luar biasa, "barang rusak" selanjutnya menjadi penginjil di daerah Dekapolis (ay. 20).
Saat ini diri kita mungkin seperti barang rusak. Bila dipandang, tampak banyak bagian yang retak, pecah dan berlubang. Terlalu banyak kesalahan kita lakukan dan dosa kita perbuat. Tidak perlu bersusah hati karena Yesus masih menginginkan kita. Buluh yang patah terkulai tidak diputuskan-Nya, sumbu yang pudar nyalanya tidak dipadamkan-Nya (Mat. 12:20). Barang rusak tidak Tuhan buang. Seperti orang Gerasa menemui Yesus (ay. 2), mari datang kepada Tuhan. Tuhan akan memulihkan bagian kehidupan yang rusak, selanjutnya, memakainya bagi kemuliaan-Nya. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: Kisah Para Rasul 17:16-34
Bacaan Setahun: 2 Samuel 3-5
Nas: Tetapi beberapa orang menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama dengan mereka. (Kisah Para Rasul 17:34)
Didukung untuk Maju
Untuk menambah penghasilan, beberapa waktu lalu saya berjualan tanaman. Beberapa tanaman di kebun, saya foto lalu tawarkan ke orang-orang yang saya kenal. Ada yang pro, ada yang kontra. "Memangnya laku? Kalau pun laku untungnya kecil, kamu tidak cocok jadi penjual tanaman karena kebunmu kecil, " itulah perkataan mereka yang kontra. Meski sempat kecewa, saya dikuatkan oleh dukungan istri. Beberapa tanaman laku, itu membuktikan bahwa saya bisa berjualan tanaman.
Apa pun yang kita perbuat, pasti ada pro dan kontra. Alangkah baiknya kita fokus kepada mereka yang mendukung kita, dan tetap berusaha. Paulus adalah salah satu rasul yang giat menginjil dan berhasil mendirikan jemaat di berbagai tempat. Banyak yang kontra dengan pelayanan Paulus. Ada yang mengusirnya, ada yang berusaha membunuhnya, ada yang memukulinya dan mengatakan berbagai hal buruk tentangnya. Di Atena, banyak orang mengejeknya waktu Paulus mengatakan tentang kebangkitan orang mati (ay. 32). Paulus tidak fokus kepada mereka yang menolaknya, dia memilih pergi (ay. 33). Usaha Paulus tak sia-sia, beberapa orang menjadi percaya dan menggabungkan diri dengan dia (ay. 34).
Kalau saat ini kita tidak didukung saat berbuat benar atau berbuat sesuatu demi kemajuan diri, tak perlu marah atau kecewa. Tinggalkan mereka yang menolak atau tak mendukung. Pasti ada orang yang mendukung usaha kita untuk melakukan apa yang benar. Melalui mereka yang mendukung, Tuhan menguatkan dan memampukan kita untuk tetap berusaha dan maju. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: IBRANI 13:1-3
Bacaan Setahun: 2 Samuel 6-9
Nas: Peliharalah kasih persaudaraan! (Ibrani 13:1)
Peliharalah Kasih Persaudaraan
Disadari atau tidak, hidup selalu memberikan tekanan. Bila kita menyikapi tekanan hidup ini secara negatif, maka bisa saja kita justru selalu memiliki prasangka buruk, memunculkan konflik, memandang rendah diri sendiri, atau bahkan lari dari setiap masalah yang ada. Tetapi dengan demikian, hidup kita justru tidak akan dapat terbangun dengan baik, karena kita tidak berani menghadapi tekanan hidup secara positif.
Surat ini ditulis kepada orang Ibrani yang notabene pada saat itu dalam kondisi tertekan karena kolonialisme Romawi. Dalam keadaan itu, sang penulis dengan tegas mengajak mereka untuk menghadapi tekanan tersebut secara positif, dengan memelihara kasih persaudaraan. Perintah untuk memelihara, berarti adalah suatu perintah untuk menanam dan merawat. Artinya, mereka diajak untuk dapat menanam dan merawat perasaan kasih persaudaraan, yakni perasaan kasih yang saling memiliki layaknya seorang saudara, di antara mereka. Melalui kasih ini, hubungan persaudaraan bermakna lebih dari ikatan darah keluarga, karena kasih itu dapat mengikat semua orang. Dengan demikian, maka mereka dapat bertumbuh menjadi kuat bersama-sama, serta dapat membangun harapan bersama-sama.
Melalui kasih, kita dapat mengatasi setiap tekanan hidup yang dirasakan. Tetapi supaya kasih itu tidak sia-sia, maka haruslah kita tanam dan rawat demi kehidupan bersama. Karena hanya dengan demikian, maka kasih dapat memberikan kekuatan serta pengharapan. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 2 KORINTUS 5:11-21
Bacaan Setahun: 2 Samuel 10-12
Nas: Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2 Korintus 5:17)
Perubahan Instan?
Setiawan dikenal memiliki hati yang rindu melihat pertobatan dalam diri anak-anak muda di kotanya. Ia pun tak segan berbagi hidup, dengan cara mengizinkan beberapa orang untuk tinggal serumah dengan dia. Jim, salah seorang yang lantas dianggapnya sebagai "anak rohani", bahkan cukup intens menghabiskan waktu bersama Setiawan. Momen yang dipakai Allah untuk membentuk karakter Jim hingga menjadi semakin dewasa secara rohani dan karakter.
Perubahan hidup manusia sejatinya tak berlangsung instan, tetapi memerlukan proses, dengan durasi waktu yang berbeda seorang akan yang lain. Ibarat proses metamorfosis yang akan berantakan ketika waktu perubahan setiap fasenya dipercepat, begitu pula proses yang Allah kerjakan dalam kehidupan orang percaya dapat berantakan ketika setiap prosesnya tidak dijalani. Demikian pula dengan harapan Allah agar setiap orang percaya menjadi "ciptaan baru" dalam Kristus, hal itu tidak berlangsung instan. Proses jatuh bangun dalam kegagalan sangat mungkin, sebelum akhirnya kualitas "manusia baru" itu mulai terlihat.
Masalahnya, ketika Allah terlihat cukup sabar dalam menantikan perubahan hidup seseorang, justru kitalah yang kurang sabar menanti. Inilah yang lantas menimbulkan frustrasi, putus asa, hingga kesimpulan terlalu dini: "Orang ini tidak akan berubah!" Ingatlah bahwa perubahan hidup para tokoh Alkitab juga tak berlangsung instan, tetapi menurut waktu Allah yang terbaik. Maukah kita cukup bersabar menantikan perubahan hidup, khususnya dari orang yang kita kasihi? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: HOSEA 14:4-8
Bacaan Setahun: 2 Samuel 13-14
Nas: Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar. (Hosea 14:6)
Kebesaran Hati-Nya
Pernahkah kita merenungkan dalam hidup kita, seberapa sering kita melukai hati Tuhan? Secara sadar maupun tidak sadar, kita tentu sering melukai hati Tuhan, karena kita adalah manusia yang memiliki banyak kekurangan. Sekalipun demikian, Tuhan tidak sekalipun menyerah dan berhenti mengasihi kita. Dengan mengetahui kasih Tuhan yang begitu besar bagi kita, bagaimanakah kita bersikap kepada-Nya?
Melalui Hosea, Allah menyerukan ajakan pertobatan kepada bangsa Israel dari penyembahan kepada Baal. Sekalipun Allah murka, tetapi Allah menunjukkan kebesaran hati-Nya dengan tidak meninggalkan mereka, tetapi tetap berada di samping mereka, bahkan akan memulihkan apabila mereka mau bertobat. Allah akan menjadi seperti embun pagi, yang menyejukkan dan memberikan kekuatan, semangat, serta harapan yang baru bagi mereka. Karena kesejukan itu, mereka akan dipulihkan seperti bunga bakung yang dapat berguna untuk mengobati setiap luka, sehingga menjadi indah. Oleh karena pemulihan itu pula, maka mereka juga akan menjadi seperti akar pohon hawar yang menjulur. Artinya, mereka akan menjadi bangsa yang kudus, serta senantiasa kuat bertumbuh di dalam Tuhan.
Kebesaran hati-Nya menunjukkan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita, bahkan selalu memulihkan keadaan kita. Oleh karena itu, maka sudah sepatutnya kita tetap mengarahkan hidup dan setia kepada-Nya. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar