RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 2 Samuel 17-18
Nas: Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, perbuatlah juga demikian. (Kolose 3:13)
Di Balik Pengampunan
Seorang pengkhotbah dan penulis buku pernah mengatakan bahwa kepahitan dan ketiadaan pengampunan itu seperti minum racun dan mengharapkan orang lain yang akan mati. Pernyataan ini selaras dengan hasil penelitian bahwa kepahitan, permusuhan, depresi, rasa bersalah, ketakutan, kegelisahan, kemarahan, sikap tidak mau mengampuni, perasaan tertolak dan kesedihan dapat merusak kelenjar adrenal. Adrenal adalah bagian dari jaringan kelenjar penghasil hormon yang berkaitan dengan emosi dan reaksi stres.
Bacaan kita hari ini menasihatkan agar kita sabar dan mengampuni satu dengan yang lain, seperti Allah telah mengampuni kita. Jadi pengampunan bukan hanya bermakna vertikal yaitu hubungan yang baik dengan Tuhan, namun juga membangun relasi yang baik dengan sesama. Hal yang tak kalah berharganya adalah pengampunan berdampak baik terhadap kesehatan kita. Membawa damai sejahtera dan tentunya kesehatan yang lebih baik.
Mengampuni bukan berarti tidak merasakan sakit hati, melainkan memilih untuk hidup dengan melepaskan rasa sakit. Mengampuni dapat dilakukan dengan cara yang paling sederhana yaitu melepaskan sakit hati dan menyerahkan orang-orang serta keadaan-keadaan yang menyakitkan ke dalam tangan Tuhan. Ibaratnya kita menerima kiriman paket kita bisa menerimanya dengan menandatangani tanda terima atau menolaknya. Saat kita membiarkan sakit hati menguasai kita maka selamanya kita akan sakit, sebaliknya menyerahkan hal itu dalam tangan Tuhan maka kita akan damai sejahtera. --PRB/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MAZMUR 113
Bacaan Setahun: 2 Samuel 19-20
Nas: Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur. (Mazmur 113:7)
Dibela oleh Tuhan
Pernah mengalami peristiwa dipandang sebelah mata oleh orang lain, dilihat mulai dari kepala sampai ujung kaki dengan mata sinis? Tidak enak bukan? Atau pernahkah kita dihina begitu rupa, bahkan oleh keluarga sendiri, hanya karena secara ekonomi kita dianggap tidak setara dengan mereka? Dianggap sebelah mata karena tidak punya mobil pribadi? Dipandang hina karena memiliki kekurangan secara fisik? Sakit! Tidak enak! Kecewa! Apakah lantas kita punya hak untuk membalas, atau untuk menuntut orang-orang seperti itu dengan mudah mengubah pandangannya terhadap kita? Tidak juga.
Mazmur yang terdiri dari 3 stanza (ay. 1-3, 4-6, dan 7-9) berisikan puji-pujian kepada Tuhan. Dua stanza pertama jelas berisikan hal ini. Pemazmur mengungkapkan betapa Tuhan patut dimasyhurkan dan ditinggikan di sepanjang kehidupan ini. Tuhan yang Agung dan Tinggi, justru adalah Tuhan yang menunjukkan rasa peduli dan perhatian yang tinggi kepada umat-Nya (ay. 6). Hal ini menunjukkan betapa Tuhan mengasihi umat-Nya. Tindakan nyata dari kasih Tuhan ini adalah membela mereka yang lemah, miskin, teraniaya, tersisihkan dan dipandang sebelah mata oleh sesamanya. Jelas hal ini bukanlah berarti Tuhan pilih kasih, tetapi Tuhan menunjukkan keberpihakan-Nya kepada yang lemah supaya keadilan dan damai sejahtera itu ditegakkan.
Jangan kecewa dan menjadi marah bila orang lain melihat kita sebelah mata, menghina kita bahkan memperlakukan tidak adil. Itu urusan mereka. Jangan menuntut balas, apalagi balik membenci mereka. Doakan mereka saja. Percayalah bahwa Tuhan Allah Yang Maha Agung itu tahu apa yang terjadi, dan Ia pasti membela kita dengan cara-Nya sendiri. Mengadulah kepada Tuhan dan memohon kesabaran untuk dapat menghadapi semuanya. Yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah memandang kita sebelah mata. --AAS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 2 KORINTUS 7:2-16
Bacaan Setahun: 2 Samuel 21-22
Nas: Tetapi Allah, yang menghiburkan orang yang rendah hati, telah menghiburkan kami dengan kedatangan Titus. (2 Korintus 7:6)
Kedatangan yang Menghiburkan
Beberapa tahun yang lalu, suami saya mengalami sakit yang cukup parah dan selama dua minggu tidak bisa tidur sama sekali. Ibu Ani (bukan nama sebenarnya), jemaat senior kami, datang berkunjung ke rumah. Setelah berbincang mengenai penyakit suami, ibu Ani ke dapur dan mengajarkan cara membuat ramuan dari kunyit, yang berdasarkan pengalamannya dapat membantu mempercepat kesembuhan. Kedatangan ibu Ani sungguh menghiburkan kami karena beliau mendoakan dan berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk mempercepat kesembuhan.
Paulus merasakan penghiburan dengan kedatangan Titus. Titus telah menikmati penghiburan di tengah-tengah jemaat Korintus dan disegarkan hatinya, ia dengan sukacita mendatangi Paulus dan memberitahukan tentang kerinduan, keluhan, kesungguhan jemaat Korintus untuk membela Paulus, sehingga makin bertambahlah sukacita Paulus (ay. 6-7, 13). Titus memiliki kesungguhan hati untuk membantu dan sukarela untuk pergi mengunjungi (2Kor. 8:16-17). Titus tidak mengambil untung dari kedatangannya (2Kor. 12:18).
Bagaimana kedatangan kita selama ini, apakah menghiburkan atau malah mengecewakan? Saat ini mungkin ada di antara sanak keluarga, tetangga, rekan kantor atau teman sepelayanan sedang dalam masalah dan membutuhkan penghiburan dan kekuatan. Marilah kita memiliki kesungguhan hati untuk membantu, dengan sukarela dan sukacita mendatangi mereka untuk mendoakan, menguatkan, membawa berita sukacita dan saran solusi yang mereka butuhkan. Atau sebaliknya, bila saat ini kita membutuhkan penghiburan dan kekuatan, Tuhan dapat mengirim keluarga, sahabat atau rekan yang mendatangi kita untuk menghibur, menguatkan dan memberikan saran solusi yang kita butuhkan. --IN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MIKHA 6:8-9
Bacaan Setahun: 2 Samuel 23-24
Nas: "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:8)
Cinta dan Hidup
Apakah yang kita cari dalam hidup, dan yang menjadi tujuan dalam hidup kita? Bila jawabannya adalah kepuasan dan kenikmatan, maka kita tidak akan pernah mendapatkannya. Di sisi yang lain, kita justru hanya akan memedulikan diri sendiri, bahkan kita akan berani melupakan Tuhan, hanya demi mengejar kepuasan hawa nafsu kita. Bisakah kita bahagia dengan cara hidup yang demikian?
Melalui perantaraan Mikha, Allah menunjukkan bahwa Dia telah memberikan segala yang baik bagi bangsa Israel. Semua itu Allah berikan karena cinta-Nya kepada mereka, dan tidak ingin mereka menderita dan binasa. Tetapi mereka justru mengingkari Allah dengan membiarkan diri mereka dikuasai nafsu, dan berbuat sewenang-wenang demi diri sendiri. Oleh karenanya, Allah menyatakan diri-Nya berdaulat atas manusia sehingga sudah seharusnya manusia takut kepada Allah. Dari rasa takut itulah maka seharusnya mereka bersikap bijaksana dengan tidak meninggalkan Allah. Sejatinya Allah tidak ingin umat-Nya setia kepada-Nya karena rasa takut, tetapi karena cinta dan kerendahhatian. Karena dari cinta dan kesetiaanlah, maka kebijaksanaan akan tumbuh dengan baik, sehingga cinta Allah dapat mereka rasakan.
Cinta adalah hal yang seharusnya kita cari, rasakan, dan berikan dalam hidup kita. Karena Allah telah terlebih dahulu mencintai kita, dan memberikan segala yang baik bagi kita. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: ULANGAN 6
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 1-2:25
Nas: "Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah." (Ulangan 6:13)
Takut akan Tuhan
Terlihat begitu santai saat bertemu dengan seseorang yang pernah membuatnya kehilangan pekerjaan, seorang rekan kerja penasaran dengan sikapnya. Ketika ditanya, ia berkata, "Kecewa tentu sempat. Keinginan untuk marah dan mendendam juga pernah terlintas. Tetapi ada satu alasan yang membuatku melepaskan pengampunan dan tetap mengasihi. Aku takut sama Tuhan."
Bagi sebagian orang, mengampuni bahkan tetap mengasihi mereka yang pernah berlaku kurang menyenangkan dianggap sebagai tindakan bodoh. Ya, dikecewakan, dikhianati dan mendapatkan segala macam bentuk perlakuan buruk sering kali dianggap lebih tepat jika ditanggapi dengan memberikan hukuman sebagai balasan. Bahkan, membalas dengan tindakan yang jauh lebih jahat pun dianggap wajar. Alih-alih berusaha menciptakan perdamaian, mereka memilih untuk saling membalas dengan alasan menjaga gengsi.
Tidak demikian semestinya dengan orang percaya. Bukankah ibadah kita sebagai pernyataan iman kepada Tuhan harus diwujudkan dengan memiliki rasa takut akan Dia? Takut menyakiti, takut mengkhianati dan takut mengecewakan Tuhan, karena rasa hormat yang amat sangat. Dengan demikian sikap hidup orang percaya semestinya tidak terpengaruh oleh stimulus dari luar. Rasa takut akan Tuhan menjadi alasan yang lebih dari cukup untuk mendorong orang percaya menyikapi segala situasi dengan bijak, sesuai dengan tuntunan Roh Kudus. Bukan untuk mengambil hati, bukan mencari keuntungan bagi diri sendiri. Melainkan murni karena panggilan hati untuk hidup dalam kesalehan sejati. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 YOHANES 3:11-18
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 2:26-4
Nas: Kita tahu bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara seiman kita. Siapa yang tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. (1 Yohanes 3:14)
Tanda Kehadiran
Para tetangga yang tinggal satu blok dengan saya, tahu persis tanda saya ada di rumah. Sepeda motor terparkir di depan, pintu rumah terbuka, dan lampu teras menyala di malam hari. Saya juga tahu tanda kehadiran bos saya di kantor, yaitu mobilnya parkir di depan kantor. Kita bisa tahu tanda-tanda kehadiran seseorang karena hafal kebiasaannya. Kita juga bisa tahu kehadiran Allah, karena ada banyak tandanya. Contoh, langit menceritakan kemuliaan Tuhan.
Lalu, apa tanda kehadiran Allah dalam hidup orang Kristen? Kasih kepada sesama. Kita boleh dengan lantang berkata aku Kristen. Aku percaya Yesus. Mungkin kita hafal banyak Firman Tuhan, kita bisa dengan sangat fasih mengajar orang tentang kebenaran Firman Tuhan. Tapi kalau kita tidak hidup di dalam kasih, sebetulnya kita menolak Tuhan hadir dalam hidup kita. Marilah kita mengasihi dengan perbuatan dan dalam kebenaran, bukan hanya sekadar bicara (ay. 18). Seribu perkataan kita tentang kasih Tuhan, tidak akan membuat orang merasakan kehadiran Allah dalam hidup kita, kalau kita tidak mengasihi mereka. Contoh, tahu tetangga menderita kekurangan, kita berlagak tidak tahu atau tidak mau tahu.
Mengasihi sesama bukanlah pilihan, melainkan keharusan bagi kita yang mengakui Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat kita. Kasih kita kepada sesama adalah tanda Yesus hadir dan tinggal dalam hidup kita. Barang siapa tidak mengasihi, ia tetap hidup dalam maut (ay. 14). Ekspresikan kasih Kristus kepada orang-orang sekitar melalui perbuatan kita kepada mereka. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar