RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Bilangan 32-33
Nas: Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28)
Tidak Dapat Digagalkan
Walaupun terlahir sebagai nazir Allah yang mengemban misi penyelamatan bangsa Israel, sejak masa mudanya Simson tidak hidup takut akan Tuhan. Suatu hari sepulang dari Timna, Simson meminta kepada ayah dan ibunya untuk mengambil seorang gadis Filistin menjadi istrinya. Tentu saja keinginannya ditentang oleh orang tuanya. Tidak seharusnya orang Israel mengambil istri dari bangsa yang tidak mengenal Allah. Namun, Simson bersikeras, artinya ia tidak menaati nasihat orang tuanya, sekaligus tidak menaati perintah Tuhan.
Ketidaktaatan Simson menunjukkan bahwa ia tidak menghormati Tuhan. Alih-alih tunduk kepada perintah-perintah-Nya, dengan kekuatannya Simson mencoba mengendalikan sendiri kehidupannya. Apakah ketidaktaatan Simson menggagalkan rencana Allah? Tentu tidak! Faktanya, ketika Simson tidak mengizinkan Tuhan mengendalikan kehidupannya, Tuhan menunjukkan Diri-Nya tetap berdaulat dengan menggunakan ketidaktaatan itu sebagai bagian dari rencana-Nya. Gara-gara memperistri gadis Filistin, Simson si keras kepala, akhirnya berselisih dan melawan orang Filistin. Perlawanan tersebut memberikan keuntungan bagi Israel, yakni melepaskan mereka dari rongrongan orang Filistin.
Terjerumus ke dalam dosa, bukan berarti rencana Allah dalam kehidupan kita gagal. Seperti pengalaman Simson, Dia dapat menggunakan ketidaktaatan kita sebagai bagian dari rencana-Nya. Namun, jangan jadikan kebenaran ini sebagai alasan untuk berbuat dosa. Apabila hari ini kita jatuh dalam dosa, kita harus segera bangkit dan kembali kepada Tuhan. Biarkan hikmat Allah mengatur ulang kehidupan kita sehingga kita tidak kehilangan satu pun dari rencana-Nya yang berharga. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: YAKOBUS 1:2-8
Bacaan Setahun: Bilangan 34-36
Nas: Biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tidak kekurangan apa pun. (Yakobus 1:4)
Sampah dan Buah
Pak Man memiliki kebun pisang yang cukup luas. Pisang hasil kebunnya juga sangat berkualitas. Ini sebanding dengan ketelatenannya dalam merawat kebun. Di antaranya, rutin menyiangi rumput dan memangkas daun pisang yang mulai mengering. Dengan penuh kesabaran daun-daun itu dipotongnya menjadi dua atau tiga bagian, untuk ditata dengan rapi di sekeliling pohon. Dengan demikian daun-daun kering itu akan terurai menjadi pupuk.
Daun-daun kering biasa dianggap sebagai sampah yang tak enak dipandang. Mengotori dan tidak berguna. Padahal, sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Hanya memerlukan ketekunan, untuk mengolahnya. Begitu pula dengan rupa-rupa pergumulan yang lebih sering diasumsikan sebagai penderitaan. Penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi sesungguhnya merupakan sarana penguji iman, yakni keyakinan kita terhadap kuasa, firman dan janji Allah, serta kesetiaan dan keteguhan hati kita kepada Tuhan Yesus. Namun, tidak semua orang percaya meningkatkan ketekunan dan kesabaran di tengah penderitaan. Sebaliknya, mereka menjadi lemah dan menyerah, sehingga membuka peluang bagi iblis menarik menuju dosa.
Mengharapkan kenikmatan tanpa penderitaan justru membuat kita semakin merasa menderita. Lebih baik jika penderitaan dimaknai sebagai kesempatan untuk bertekun. Bertekun dalam menjaga kesetiaan kepada Tuhan, dengan tetap setia menghidupi hikmat Tuhan. Dengan demikian penderitaan menjadi ladang bagi kita untuk bertumbuh, sehingga menghasilkan buah rohani yang memuaskan. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: IBRANI 11
Bacaan Setahun: Ulangan 1-2
Nas: Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu tanah air surgawi. Sebab itu, Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka. (Ibrani 11:16)
Perantau
Suami istri teman saya ini membuat saya salut. Karena seringnya berpindah tempat tinggal, mereka selalu menyiapkan koper dan ransel. Mereka menahan diri belanja, sehingga tidak memiliki banyak barang. Ini mereka lakukan agar memudahkan proses kepindahan. Mereka melayani sebagai misionaris dan pelayanan mereka menjadi berkat di mana pun mereka ditempatkan.
Tinggal sementara di tempat yang Tuhan tentukan juga menjadi bagian dari kehidupan para saksi iman. Mereka tidak pernah memiliki tempat tinggal yang tetap. Abraham sekalipun hanya tinggal sementara di tanah perjanjian, itu pun hanya berkemah (ay. 9). Belum lagi para tokoh iman lainnya. Mereka bahkan ada yang tinggal di gurun, pegunungan, gua, dan celah-celah gunung (ay. 38). Namun mereka bertahan karena iman mereka. Tujuan penulis kitab Ibrani mendaftarkan para tokoh iman dengan penderitaan yang mereka alami adalah agar kita pun meneladani ketekunan mereka. Untuk itu, mata kita haruslah senantiasa tertuju kepada Kristus (Ibr. 12:2-3).
Keadaan kita saat ini tentu tidak sepadan dengan risiko dan bahaya yang dihadapi para tokoh di zaman Alkitab. Mereka menantikan kedatangan Kristus yang dijanjikan, sedangkan kita tinggal menikmati penggenapan janji itu. Namun sikap mereka dapat kita contoh. Kita harus senantiasa mengingatkan diri kita, bahwa bumi hanya tempat tinggal kita sementara. Pada dasarnya kita adalah perantau. Suatu saat nanti, kita pasti tiba di tanah perjanjian yang kekal, yakni surga yang dijanjikan oleh Kristus (Yoh. 14:2). --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: PENGKHOTBAH 7:1-22
Bacaan Setahun: Ulangan 3-4
Nas: Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang ini pun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya. (Pengkhotbah 7:14)
Hidden Gem
Bertahun-tahun bertetangga, saya baru tahu jika tetangga belakang rumah pandai memasak ketika beliau bertugas membawa makanan kecil dalam arisan ibu-ibu PKK. Rupanya, selama ini beliau menerima pesanan secara online. Hal itu menjadi semacam hidden gem (permata tersembunyi) bagi saya. Ya, saya merasa menemukan hal yang luar biasa di tempat yang tak terduga.
Begitu pula ketika diperhadapkan dengan pergumulan berat yang datang bertubi-tubi. Saya sempat dibuat kehilangan pengharapan. Bahkan tebersit dalam benak saya, "Mengapa Tuhan begitu kejam?" Namun di tengah pergumulan, tiba-tiba Dia kejutkan saya dengan berkat luar biasa yang tak pernah terduga. Saya seperti menemukan hidden gem dengan sukacita yang diizinkan-Nya hadir di tengah kekalutan. Seakan Dia sedang mengingatkan saya tentang rancangan-Nya yang tak terselami.
Seandainya hari malang tidak pernah terjadi, mungkin manusia akan selalu bersukacita menjalani rancangan sesuai keinginan. Bahkan gambaran masa depan yang penuh kesuksesan pun terlihat jelas. Namun, hari malang Tuhan jadikan supaya kita ingat bahwa Allah-lah yang bekerja di dalam kita, baik pada hari malang maupun hari mujur. Dia selalu ada di balik setiap keberhasilan kita. Dia juga yang memungkinkan kita tetap berpengharapan di tengah kemalangan. Karena sukacita, damai sejahtera dan masa depan yang penuh dengan harapan ada dalam genggaman-Nya. Jika saat ini Anda tengah bergumul, mendekatlah erat kepada-Nya. Yakinlah Anda akan menemukan kejutan hidden gem bersama Dia! --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: KEJADIAN 28:10-22
Bacaan Setahun: Ulangan 5-7
Nas: Lalu bernazarlah Yakub: "Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku." (Kejadian 28:20-21)
Mengandalkan Anugerah
Esau dan Yakub terlahir dengan karakter yang berbeda. Esau terlahir sebagai seorang pemburu dan kekuatan ototlah yang jadi andalannya. Sementara Yakub, lebih suka tinggal di rumah, otak serta kecerdikanlah yang diandalkannya. Keduanya mengandalkan diri sendiri yang di kemudian hari memunculkan konflik dan mengharuskan Yakub melarikan diri dalam ketakutannya.
Dalam pelarian menuju Haran, Yakub terpaksa bermalam di sebuah tempat dengan batu sebagai alas kepalanya. Bagi Yakub situasi ini sungguhlah memilukan, berbanding terbalik ketika ia menikmati kehidupan serba nyaman bersama keluarganya. Yakub belajar menyadari bahwa "batu yang keras" adalah buah dari kehidupan masa lalunya yang hanya mengandalkan akal dan kemampuannya sendiri. Namun bagi Tuhan, "batu-batu keras" yang dihadapi Yakub menjadi jalan untuk menyatakan anugerah. Di tempat itulah Yakub bermimpi dan menyaksikan pernyataan Tuhan. Di tempat keras itulah Yakub menerima janji-janji berkat serta penyertaan Tuhan. Di tempat keras itulah Yakub menerima anugerah yang memurnikan kehidupannya.
Ketika ia semata-mata berjalan dengan akal dan kekuatannya sendiri, hidupnya tanpa arah. Namun ketika ia hidup mengandalkan anugerah, hidupnya terproses menjadi indah dan berjalan dalam tujuan ilahi yang mulia. Oleh anugerah, Yakub menjalani kehidupan yang terus dimurnikan. Hingga hanya karena anugerahlah maka Yakub benar-benar menjadikan Tuhan sebagai Allahnya secara pribadi. Kiranya kita juga menanggapi anugerah Tuhan yang telah menjumpai dan mengubah itu dalam setiap perjalanan hidup kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 TAWARIKH 22:2-19
Bacaan Setahun: Ulangan 8-10
Nas: "Maka sekarang, arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari TUHAN, Allahmu. Mulailah mendirikan tempat kudus TUHAN, Allah, supaya tabut perjanjian TUHAN dan perkakas kudus Allah dapat dibawa masuk ke dalam rumah yang didirikan bagi nama TUHAN." (1 Tawarikh 22:19)
Terarah pada Tuhan
Apa yang Anda lakukan saat menghadapi kegagalan? Gagal menjalin hubungan, gagal naik jabatan, gagal membangun bisnis, gagal mengupayakan kesembuhan dari penyakit, dan lain-lain. Apakah Anda memilih untuk berhenti dan meratapi nasib, atau berupaya mencari jalan lain guna melanjutkan perjuangan? Sebagian orang menjadi putus asa saat gagal. Sebagian lagi melampiaskan emosi dengan berlaku destruktif. Ekstremnya, ada yang sampai berusaha bunuh diri.
Daud sangat ingin membangun Bait Allah. Namun Tuhan tidak merestui niatnya. Meski demikian, Daud tidak merasa gagal, tidak berguna, apalagi putus asa. Daud juga tidak memaksakan diri mendirikan Bait Suci karena merasa mampu tanpa Tuhan. Mengetahui bahwa Allah akan memakai Salomo, Daud mempersiapkan putranya itu agar taat kepada Allah. Daud juga mengumpulkan material yang dibutuhkan untuk membangun Bait Suci.
Mengarahkan hati untuk selalu melakukan kebenaran Tuhan bukanlah tindakan yang mudah. Saat segala sesuatu berjalan di luar harapan, kadang muncul keinginan untuk mencari jalan sendiri. Melihat pengalaman Daud, baiklah kita menyadari bahwa keberhasilan menghidupi kehendak Tuhan tidak selalu ditandai dengan keberhasilan mencapai keinginan diri. Keberhasilan di hadapan Tuhan adalah kesediaan kita untuk tetap merendahkan hati menjalani setiap panggilan dan kehendak-Nya dengan rela dan setia. Karena target yang harus kita capai dalam hidup ini bukanlah menjadi pribadi yang tak tertandingi, melainkan kesetiaan kita dalam menghidupi kehendak Bapa. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar