RENUNGAN HARIAN
Bacaan: EFESUS 4:11-16
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 12-14
Nas: Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. (Efesus 4:13)
Pertumbuhan Rohani
Selama bekerja di rumah di masa pandemi Covid-19, saya menemukan hobi baru, yaitu mencoba bercocok tanam dengan memakai polybag. Percobaan pertama adalah menanam kangkung. Mulai dari hari pertama benih ditanam, muncul akar, daun bersemi, hingga adanya batang dan daun yang tumbuh dengan subur sampai akhirnya panen. Seluruh proses ini bukan hanya membutuhkan tanah yang baik, tetapi juga nutrisi yang berkualitas, yaitu pupuk organik dan bukan pupuk kimia, dan tentu saja sinar matahari yang cukup.
Kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus menyampaikan bahwa para rasul, nabi, pemberita Injil, para gembala dan para pengajar telah Tuhan pergunakan untuk memperlengkapi seluruh orang percaya. Yaitu untuk mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, mencapai satu tingkat pertumbuhan dan kedewasaan iman yang baik. Hasil dari pertumbuhan dan kedewasaan iman ini adalah supaya tidak mudah terombang-ambing oleh rupa-rupa angin pengajaran. Nutrisi untuk dapat tiba pada tingkatan tersebut adalah hanya dengan berpegang teguh pada kebenaran sejati, yaitu Tuhan Yesus, Sang Firman Sejati.
Iman seharusnya tidak statis, tetapi terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Pertumbuhan ini memerlukan nutrisi yang berkualitas, yaitu pengenalan akan Kristus melalui Firman dan mengalami kepenuhan di dalam Dia, yaitu bukan saja mengenal-Nya, tetapi memiliki hidup yang meneladani Kristus sendiri. Kepenuhan yang berarti mencontoh cara Yesus hidup, perkataan dan sikap hidup-Nya, dan juga keberpihakan-Nya terhadap yang lemah. --AAS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: YESAYA 36
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 15-17
Nas: "Siapakah di antara semua allah negeri-negeri ini yang telah melepaskan negeri mereka dari tanganku, sehingga TUHAN sanggup melepaskan Yerusalem dari tanganku?" (Yesaya 36:20)
Sanherib yang Pongah
Sanherib adalah raja Asyur, salah satu negeri paling kuat sekitar tahun 700-an SM. Ia juga meluaskan wilayahnya dengan menguasai kota-kota berkubu di negeri Yehuda. Pasukannya yang besar pun mengepung Yerusalem, pusat pemerintahan dan keagamaan Yehuda. Utusan Sanherib dengan pongah meminta mereka menyerah. Penduduk Yehuda diperingatkan agar tidak percaya kepada Raja Hizkia yang beriman bahwa Allah Israel akan melindungi mereka. Sanherib menegaskan bahwa Tuhan sendiri tidak sanggup melepaskan mereka dari tangannya. Kata-kata teror yang melemahkan semangat itu sengaja diserukan dalam bahasa Yehuda, agar semua penduduk mendengarnya.
Namun Hizkia, raja Yehuda, membawa perkara itu kepada Tuhan. Ia membentangkan surat ancaman Sanherib itu lalu berdoa di Bait Allah. Ia meneguhkan imannya serta memohon keselamatan dari Allah, sekalipun sejumlah besar musuh sedang berkemah di balik temboknya. Pada saat itulah Nabi Yesaya diutus Tuhan untuk meneguhkan Hizkia. Tuhan memberi jaminan bahwa Sanherib tidak akan menghancurkan atau memasuki Yerusalem, sebab Allah sendiri menjadi pagar kotanya. Pasukan Asyur pun terkena tulah, lalu Sanherib kembali ke negerinya. Bahkan akhirnya, ketika ia beribadah di kuil dewanya, ia dibunuh oleh anak-anaknya karena menginginkan takhtanya.
Kekuasaan, jabatan, pengaruh, kekayaan dan berbagai kelebihan lain dapat menjadikan kita pongah. Congkak dan amat sombong. Kita merasa segalanya ada di bawah kendali kita, hingga Tuhan sendiri pun dipandang rendah. Sanherib mati dalam sikap pongahnya. Kiranya kita tidak mengikuti jejaknya. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: LUKAS 5:1-11
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 18-19
Nas: Simon menjawab, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena perkataan-Mu itu, aku akan menebarkan jala juga." (Lukas 5:5)
Ikut Tuhan: Untung?
Merintis sebuah bisnis tidaklah mudah. Biasanya pebisnis sangat memperhitungkan lokasi dan prospek yang dirasa akan menguntungkan untuk dipakai sebagai tempat usaha. Jika dirasa tidak menguntungkan, mereka tidak akan memulai bisnisnya.
Sebagai nelayan, Simon juga berpendapat demikian ketika disuruh Yesus menebarkan jala menangkap ikan di lokasi yang ditentukan-Nya (ay. 4). Karena sudah pernah mencoba mencari ikan di sana, ia pun menjelaskan bahwa ia sudah bekerja keras dan tidak didapati hasil atau untung yang memuaskan di lokasi tersebut (ay. 5). Menariknya, sekalipun rasanya sia-sia untuk menaati suruhan Yesus, Simon dan teman-temannya belajar melakukannya sampai mereka secara langsung melihat ada sejumlah besar ikan yang ditangkap bahkan sampai jala mereka koyak (ay. 6). Kemahakuasaan Yesus saat itu membuat mereka takjub sekaligus malu karena mereka berdosa bahkan mereka takut didekati Yesus karena merasa tidak layak (ay. 8-9). Namun, Yesus menghiburkan hati mereka untuk tidak takut. Malahan mereka akhirnya diajak oleh Yesus untuk menjadi penjala manusia (ay. 10). Kita melihat, mereka tidak berbantah-bantahan dan langsung taat dengan meninggalkan segala sesuatunya untuk mengikut-Nya (ay. 11).
Mungkin kita diolok-olok karena keputusan kita untuk menjadi murid Yesus dan setia mengikut-Nya. Bahkan dianggap bodoh jika kita meninggalkan segala sesuatu yang selama ini menguntungkan demi ikut melayani Dia dan sesama yang kebanyakan penuh dengan penderitaan. Tuhan memang tidak menjanjikan kita akan mendapat harta melimpah dan kenyamanan hidup, tetapi kita tahu bahwa penyertaan-Nya sempurna. Mari taat dan percaya Tuhan sanggup memberkati sekalipun kita ada dalam keadaan yang rasanya tidak bisa memberi pengharapan yang pasti. --YDS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: EFESUS 4:17-32
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 20-21
Nas: Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. (Efesus 4:32)
Kesaksian dalam Keramahan
"Suasana seperti ini yang menjadi salah satu alasan saya memutuskan menjadi Kristen sewaktu muda dulu, " ujar seorang nenek ketika kami duduk bersebelahan saat melayat. Ia mengaku terpesona akan keramahan, kebersamaan dan kepedulian jemaat kepada keluarga yang tengah berduka. Ia merasakan vibrasi yang positif, yakni perasaan dikasihi dan dihargai.
Rasul Paulus mengajak jemaat Efesus untuk bersikap ramah, penuh kasih dan pengampun. Hal yang demikian ditekankan mengingat mereka adalah orang-orang pilihan Allah yang telah dikuduskan dan dikasihi Allah. Menerima kasih Allah haruslah mendorong umat rindu menyatakan kasih yang serupa kepada sesama. Bukan hanya berhenti melakukan hal jahat, mereka harus dapat melakukan yang baik kepada semua orang. Dengan demikian mereka saling mendukung dan membangun dalam kehidupan bersama, serta bersaksi bagi mereka yang belum mengenal Dia.
Keramahan sering dipandang remeh. Padahal, keramahan dapat menjadi pintu kesaksian. Keramahan dapat membuat seseorang merasa diperhatikan, dipedulikan dan diterima keberadaannya. Keramahan juga dapat menjadi tanda adanya pengampunan atas kesalahan. Keramahan dapat membangun suasana serta menularkan energi positif. Kiranya pengudusan dari Allah atas diri kita membuahkan kasih yang nyata, yang salah satunya terwujud melalui sikap yang ramah. Keramahan yang tulus, yang dilakukan dalam kerinduan untuk menyaksikan kasih Allah. Bukan kamuflase atau manipulasi yang dilakukan dalam rangka mencari keuntungan terselubung. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: KELUARAN 2:11-15
Bacaan Setahun: Rut 1-4
Nas: Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir. (Keluaran 2:12)
Atas Nama Keadilan
Seorang pemuda melihat adiknya pulang dengan kondisi babak belur. "Aku dikeroyok!" kata adiknya. Pemuda itu pun segera mengejar anak-anak yang memukuli adiknya, kemudian menghajar mereka habis-habisan. "Ini demi keadilan!" katanya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun kerap bersikap seperti pemuda di atas. Mengatasnamakan keadilan, kita bersikap reaktif terhadap segala sesuatu yang tidak kita sukai menggunakan cara dan pemikiran kita sendiri. Musa pun pernah bertindak demikian. Melihat orang Mesir memukul orang Ibrani, yang adalah kawan sebangsanya, atas nama keadilan, Musa langsung membunuhnya. Faktanya, formula keadilan versi manusia itu terbatas. Keesokan harinya, melihat dua orang Ibrani berkelahi, Musa tidak tahu siapa yang harus dibelanya. Tidak dapat Musa, atas nama keadilan, membunuh orang yang memukul temannya, karena ia juga adalah orang Ibrani. Beruntung, dalam usahanya menegakkan keadilan, Musa dengan rendah hati memberi dirinya dididik oleh Allah. Alih-alih bersikap reaktif, Musa akhirnya menjadi seorang yang berhati lembut, melebihi setiap manusia di muka bumi ini (Bil. 12:3).
Alih-alih menuntut balas dengan mengatasnamakan keadilan, kita diminta menyerahkan perkara kepada Allah (Rm. 12:19). Alih-alih mendendam, kita diminta untuk mengampuni sesama (Mrk. 11:25). Alih-alih membenci, kita diminta untuk mengasihi dan mendoakan orang-orang yang memusuhi kita (Mat. 5:44). Tidak adil? Tampaknya benar. Namun, adilkah kita yang adalah manusia berdosa dan layak untuk dihukum, menerima keselamatan dari Allah dengan cuma-cuma? Apabila kita hendak bertindak atas nama keadilan, maka bertindaklah seturut kata firman Tuhan yang adalah Hakim Yang Adil! --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: YOHANES 14:1-14
Bacaan Setahun: 1 Samuel 1-3
Nas: Kata Yesus kepadanya, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6)
Cross
Salah satu patokan kota London ialah Charing Cross. Letaknya dekat pusat geografis kota itu dan dipakai sebagai alat navigasi oleh orang-orang yang bingung akan jalan-jalan di sana. Pernah polisi menemukan seorang anak perempuan kecil tersesat. Dengan menangis ia mengatakan tidak tahu jalan pulang. Alamat rumah tidak tahu, nomor telepon juga tidak hafal. Tetapi ketika polisi menanyakan apa yang diketahui anak itu, tiba-tiba mukanya berseri-seri. "Saya tahu Cross (Salib) itu, " katanya, "bawalah saya ke Cross, dan dari sana saya tahu jalan pulang ke rumah."
Sadarkah situasi kita tidak berbeda? Kita sedang tersesat di hamparan kehidupan dunia yang amat luas. Rumah Bapa begitu kita rindukan, tetapi kita tidak tahu jalan menuju ke sana. Sedih hati kita mengetahui ada banyak jalan tampak lurus, padahal berujung maut (Ams. 14:12). Kasih karunia Allah mengubah kesedihan hati menjadi sukacita. Wajah berseri saat mengingat apa yang kita ketahui. Ada Cross, (Salib) Yesus sebagai alat navigasi. Bawalah diri kita ke Cross, dan dari sana kita tahu jalan pulang. Dari Cross, kita tidak lagi bingung bagaimana berjalan menuju kekekalan.
Yesus adalah jalan, kebenaran dan kehidupan. Tidak seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Yesus (ay. 6). Alat navigasi Yesus berikan bagi kita melalui Cross, pengorbanan-Nya di kayu salib. Bawalah diri kita sekarang ke Cross. Terimalah Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Bawalah juga orang-orang di sekeliling kita ke Cross. Perkenalkan Yesus pada mereka sehingga mereka pun dapat sampai ke kekekalan karena menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar