RENUNGAN HARIAN
Bacaan: NEHEMIA 1
Bacaan Setahun: Ulangan 14-16
Nas: "Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini." Ketika itu aku ini juru minuman raja. (Nehemia 1:11)
Panggilan Tuhan
Saat merencanakan untuk melanjutkan studi, apakah yang Anda pertimbangkan untuk memilih atau tidak memilih bidang spesialisasi tertentu. Atau jika Anda sedang berburu dan ingin beralih pekerjaan, apa yang mendorong Anda memilih pekerjaan, tempat kerja, dan bidang usaha tertentu? Apakah penghasilan yang Anda kejar? Minatkah? Atau jabatan lebih tinggi? Kekuasaan dan pengaruh lebih besar? Kebebasan? Popularitas? Atau passion? Karena pekerjaan itu mudah dilakukan? Atau, daripada menganggur?
Bersyukur kita hidup di era yang menyediakan banyak variasi pekerjaan. Jadi, meskipun sulit mendapatkan pekerjaan yang sepenuhnya memenuhi keinginan, kita toh masih memiliki pilihan. Berbeda dengan zaman Nehemia. Nehemia sebetulnya telah memiliki pekerjaan yang bergengsi dan sangat diidamkan, yakni sebagai juru minuman raja. Namun ia justru memilih melakukan pekerjaan yang tidak terpikirkan, bahkan tidak diinginkan karena besarnya risiko. Membangun tembok Yerusalem sembari siap berperang melawan musuh. Tanpa keahlian maupun pengalaman, Nehemia memimpin sambil bekerja. Satu tangan memikul dan mengangkut, tangan yang lain menggenggam pedang (Neh. 4:18).
Penting kita bertanya ketika memilih bidang studi, meniti karier, ataupun membangun usaha. Adakah ini merupakan panggilan dari Tuhan? Adakalanya Tuhan justru menghadapkan kita dengan kondisi penuh tantangan dan berisiko. Namun kehendak Tuhan haruslah kita terima dan lakukan dengan segenap hati. Tuhan niscaya terus menyertai hingga tugas-Nya kita tuntaskan. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: HAGAI 1:1-11
Bacaan Setahun: Ulangan 17-20
Nas: "Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?" (Hagai 1:4)
Mengabaikan Tuhan
Banyak impian besar mahasiswa untuk nantinya bekerja dan melayani Tuhan ketika mereka telah lulus kuliah. Tetapi apa yang terjadi? Ada banyak dari antara mereka ternyata hanya bekerja dan tidak melayani lagi dengan berbagai alasan, seperti: tekanan pekerjaan yang besar, bisnis yang perlu banyak diurus, kesibukan keluarga, dan lainnya.
Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh untuk membiarkan umat-Nya kembali ke Yerusalem dan mendirikan rumah TUHAN di sana (Ezr. 1:1-3). Impian besar dari TUHAN untuk membangun kembali rumah TUHAN ada di hati semua orang Yehuda yang kembali ke Yerusalem. Tetapi mengapa impian itu belum terwujud setelah bertahun-tahun mereka berada di Yerusalem?
Mereka beralasan bahwa waktu untuk pembangunan rumah TUHAN itu belum tiba (ay. 2). Impian mereka terhenti bukan hanya karena banyaknya tantangan tetapi juga karena mereka telah mengutamakan diri sendiri, dengan mempunyai rumah-rumah yang dipapani dengan baik. Tetapi Nabi Hagai mengingatkan kembali impian besar dari TUHAN itu, yang telah mereka abaikan selama bertahun-tahun (ay. 4). Tanpa disadari mereka telah mengabaikan TUHAN demi kenyamanan sendiri.
Setiap orang pasti punya impian, misal: menjadi pengusaha besar, dokter hebat, dosen terkemuka, manajer, atau pejabat. Tuhan mengizinkan kita mempunyai impian, tetapi yang menjadi masalah adalah di mana kita menempatkan Tuhan di antara impian-impian kita? Apakah kita mengabaikan-Nya? Marilah ketika mengejar impian-impian kita, kita tidak berjalan sendiri tetapi terus mengutamakan Tuhan. --ANT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: YOHANES 11:1-44
Bacaan Setahun: Ulangan 21-23
Nas: Orang yang telah mati itu datang keluar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka, "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi." (Yohanes 11:44)
Menaklukkan Ketakutan Terbesar
Banyak ketakutan dialami manusia. Contohnya takut gelap, takut ketinggian, takut membuat kesalahan dan takut menderita kerugian. Dari semua ketakutan itu, ada satu ketakutan terbesar, yakni takut akan kematian. "Itu karena tidak ada orang yang punya pengalaman kematian, " seseorang menuturkan pendapatnya kepada saya. Bila kita mencari di seluruh dunia ini, tidak akan kita temukan seorang yang mampu memberi tahu bagaimana rasanya mati. Karena itu kematian dirasa amat mencekam.
Saat menerima kabar dari Maria dan Marta bahwa Lazarus, saudara mereka sakit, Yesus tidak buru-buru pergi ke Betania mengunjungi mereka. Sengaja Yesus tinggal dua hari lagi di tempat di mana Dia berada. Tidak heran saat Yesus tiba, Lazarus sudah mati. Tubuh tak bernyawa bahkan sudah empat hari terbaring di kuburan. Selanjutnya Yesus meminta ditunjukkan letak kubur Lazarus. Di situ Dia berikan perintah untuk mengangkat batu penutup kubur. Lalu dengan keras Dia memanggil Lazarus keluar. Menakjubkan, orang yang telah mati itu keluar dengan kaki dan tangan masih terikat kain kafan dan muka tertutup kain peluh (ay. 44). Lazarus bangkit dari kematian.
Melalui peristiwa kebangkitan Lazarus, Yesus menaklukkan ketakutan terbesar manusia, yakni takut akan kematian. Kuasa Yesus jauh terlebih besar dari kuasa maut. Maka mulai hari ini, jangan lagi bayang-bayang kematian mencekam kehidupan kita! Jangan lagi kita digentarkan oleh kenyataan bahwa suatu hari nanti kita akan mati. Benar kita tidak mampu mendeskripsikan suasana setelah kematian, namun kita beriman ada kebangkitan di dalam Yesus. Dalam Yesus, kematian bukan akhir, sebaliknya, awal kehidupan baru yang kekal dalam Kerajaan Surga. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MAZMUR 145:10-14
Bacaan Setahun: Ulangan 24-27
Nas: TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk. (Mazmur 145:14)
Tuhanlah Penopangku!
Saya pernah berada dalam titik nadir terkait keyakinan kepada Allah. Hal itu terjadi ketika ibu saya sakit keras dan membutuhkan biaya cukup banyak. Dalam kondisi hampir putus asa, saya mengirim pesan singkat kepada gembala gereja, rekan pelayanan, dan komunitas untuk menopang dalam doa. Sesuatu terjadi dan saya merasa ada Tuhan mulai bekerja memberi kekuatan baru sekaligus menopang iman dan pengharapan saya yang sempat melemah. Sejak itu, saya meyakini bahwa ibu saya akan sembuh, semua biaya akan tercukupi, dan terjadilah demikian.
Dalam kumpulan mazmurnya, Daud tak sekadar mengarang sesuatu supaya terlihat bagus dan menarik untuk dibaca dan dilagukan. Kumpulan mazmur yang ditulis olehnya berasal dari pengalaman pribadinya bersama Allah yang disembahnya. Termasuk ketika Daud berkata bahwa Tuhan adalah penopang bagi semua yang terjatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk. Ia sendiri mengalami betapa Tuhan telah menguatkan roh, jiwa, dan tubuhnya sehingga sekalipun mengalami tekanan hidup yang luar biasa, Daud tak pernah jatuh tergeletak dan tak berdaya. Kekuatan dari Allah sungguh menopang kehidupan Daud sehingga ia dapat berdiri tegak menjalani hidupnya hingga masa tuanya.
Sampai hari ini Tuhan masih bekerja dengan kekuatan-Nya untuk menopang umat-Nya sehingga tak sampai jatuh tergeletak. Tuhan jugalah yang sanggup menegakkan kembali iman dan pengharapan orang percaya, sehingga kita dapat menjalani kehidupan ini dengan kepala tegak, pertanda kita percaya bahwa Tuhan bersama kita. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: MAZMUR 77:1-15
Bacaan Setahun: Ulangan 28
Nas: Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu. (Mazmur 77:12)
Ingat Perbuatan Tuhan
Selama bertahun-tahun seorang pria mencatat setiap doa dan setiap berkat tak terduga yang dialami keluarganya dalam sebuah buku kecil. Tetapi buku kecil itu hilang entah di mana. Setahun kemudian keluarganya ditimpa sebuah masalah pelik. Saat ia merebahkan tubuhnya di sofa, secara tak sengaja tangannya menyentuh sesuatu yang terselip di balik sofanya. Itu adalah buku kecil yang sudah bertahun-tahun hilang. Ia mulai membaca kembali setiap halaman di buku dengan mata berlinang. Pria itu berkata, "Catatan di buku itu mengingatkanku kembali akan kesetiaan Allah, aku yang sudah lemah dikuatkan-Nya kembali."
Asaf, menceritakan kondisi imannya yang mulai ragu-ragu akan kesetiaan Allah. Keraguan dan kelemahan iman yang dialaminya itu bahkan membuat mulutnya mengucapkan sebuah perkataan, "Sudah lupakah Allah menaruh belas kasihan?" (ay. 10). Tetapi di tengah-tengah keraguannya itu ia tersadar bahwa semua keluhan dan keraguannya itu sama sekali tidaklah berdasar. Asaf pun kembali mengingat perbuatan Tuhan dan berkata, "Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala" (ay. 12).
Ada sebuah masa di mana hidup itu terasa begitu berat. Alih-alih mengingat kebaikan Allah, kita justru mempertanyakan kesetiaan Allah dalam hidup kita. "Sudah lupakah Allah kepadaku?" Belajar dari Asaf, mari mengingat kembali "catatan kebaikan dan berkat" yang telah Allah lakukan dalam hidup kita. Mungkinkah kita menghitung semua kebaikan-Nya itu? Itulah bukti kesetiaan-Nya dan akan terus Ia lakukan kepada kita meski kita kerap meragukan-Nya. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MATIUS 19:16-26
Bacaan Setahun: Ulangan 29-31
Nas: "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan .... Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24)
Tiruan Yesus
Seorang wanita melihat tas bermerek yang sangat bagus modelnya. Tetapi setelah mengecek harganya, ia tidak sanggup membelinya. Wanita itu mendapat ide. Dicarinya di toko lain, tiruan dari tas tersebut. Ia menemukannya dengan harga jauh lebih miring. Segera ia membeli tas itu, kemudian dengan bangga memamerkannya kepada teman-temannya. Sayangnya, dua bulan kemudian tas tiruan itu sudah jebol.
Dalam kehidupan ini iblis kerap menyodori kita tiruan Yesus. Bukan berbicara mengenai pribadi menyerupai Yesus, melainkan sesuatu yang tampak setara dengan kuasa-Nya. Tiruan Yesus yang terkenal ialah Mamon. Sambil menyodorkan Mamon, Iblis berbisik, "Tidak apa-apa kau tidak memiliki Yesus asalkan kau memiliki ini!" Pemuda dalam perikop firman Tuhan hari ini memilih tiruan Yesus daripada Pribadi Yesus. Walaupun kaya dan taat beragama, agaknya ia bodoh karena memilih tuan tiruan daripada Tuan yang asli.
Serupa tapi tidak sama, itulah tiruan. Kualitas barang tiruan tidak sebaik barang asli. Demikian tiruan Yesus, sekalipun tampaknya berkuasa, nyatanya kuasa itu jauh lebih rendah dari kuasa-Nya. Bertuan kepada Mamon, kita belum mendapatkan yang terbaik. Mamon memberikan pengobatan, tetapi tidak kesembuhan. Mamon memberikan rekan, tidak sahabat. Mamon memberikan kenyamanan, tetapi tidak damai sejahtera.
Ketika hidup hanya berpusat kepada mengumpulkan harta tanpa mau bermurah hati membagikannya, di situlah Mamon bertakhta! Sungguhkah kita hendak bertuan kepada tuan tiruan? Tidak ingin berlama-lama bertuan kepada tuan yang salah, mari mengubah fokus kehidupan kita dari yang semula memprioritaskan harta, tetapi kini menjadikan Yesus segala-galanya. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar