RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yosua 1-3
Nas: Jadi seluruh negeri itu diberikan TUHAN kepada orang Israel, yakni negeri yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah untuk diberikan kepada nenek moyang mereka. Mereka menduduki negeri itu dan menetap di sana. (Yosua 21:43)
Berkat yang Penuh
Sepanjang hidup kita, dapatkah kita menghitung berapa banyak berkat Tuhan yang sudah kita terima? Berkat Tuhan tentu tidak bisa kita hitung, karena berkat-Nya begitu melimpah. Tetapi dari banyaknya berkat Tuhan itu, dapatkah kita menghitung berkat Tuhan yang kita berikan bagi sesama? Hal ini juga sulit untuk kita hitung, karena sering kali kita justru enggan untuk berbagi kepada sesama.
Di dalam kitabnya, Yosua bersaksi atas berkat Tuhan yang diterima oleh bangsa Israel, bahwa Tuhan tidak tanggung-tanggung dalam memberikan berkat bagi umat-Nya. Dalam kesaksiannya Yosua, Tuhan memberikan seluruh negeri itu kepada bangsa Israel, bukan setengah dari negeri itu, bukan pula mereka harus berbagi wilayah dengan bangsa lainnya. Seluruh negeri itu diberikan Tuhan untuk mereka duduki dan mereka tempati, untuk mereka kelola sehingga mereka dapat menjalani hidup dengan sejahtera. Kesejahteraan hidup itu pun juga dikuatkan, dengan jaminan keamanan yang diberikan Tuhan bagi mereka. Oleh karenanya, mereka dapat hidup dengan nyaman dan sejahtera. Semuanya itu adalah kebaikan Tuhan, yang Dia berikan kepada umat-Nya.
Kesaksian Yosua ini mengingatkan kita akan kebaikan Tuhan bagi kita. Tuhan menepati janji-Nya, bahkan lebih daripada itu, Tuhan memenuhi seluruh kebutuhan umat-Nya. Atas berkat-Nya itu, kita diajak untuk menjalani hidup dengan menghayati Tuhan yang hidup bagi kita, sambil mempersaksikan berkat-Nya. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: HOSEA 11
Bacaan Setahun: Yosua 4-6
Nas: Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak. Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu .... (Hosea 11:8-9)
How Odd of God
Dengan segenap kasih, Tuhan membebaskan, menuntun, menjaga, dan memberkati umat-Nya (ay. 1, 3, 4). Tetapi, bangsa itu justru makin jauh meninggalkan Tuhan (ay. 2, 7). Sungguh, umat keras kepala yang tak tahu berterima kasih itu amat patut ditinggalkan. Namun, lihatlah! Tuhan memilih untuk tetap mengasihi mereka (ay. 8, 9). "How odd of God/To choose the Jews, ", kata William N. Ewer, seorang penulis terkenal. Betapa ganjilnya Tuhan bahwa Dia memilih orang Yahudi.
Ada hal teramat penting yang harus kita sadari di sini, yakni cara Tuhan dalam memilih dan mengasihi: Tuhan memilih dan mengasihi dengan tetap memberikan kebebasan kepada umat-Nya dalam merespons kasih-Nya. Anda tahu mengapa? Tuhan memang menghendaki respons yang baik. Tetapi, Tuhan menghendaki agar respons yang baik itu lahir dari kebebasan dan kerelaan, bukan dari keterpaksaan. Apalah artinya respons yang baik jika itu lahir dari keterpaksaan? Memang, cara itu berisiko: kebebasan bisa disalahgunakan, cinta bisa dikhianati. Tetapi, begitulah cinta sejati: ia selalu memberikan kebebasan.
Sebab itu, sabda Tuhan dalam Hosea 11:1-9 ini serasa mengajukan pertanyaan tajam: Bagaimana respons kita kepada Tuhan yang telah selalu melimpahruahi kita dengan kasih dan rahmat? Kita responskah semua itu dengan syukur, cinta tulus, dan kesetiaan untuk hidup di dalam Dia? Atau, kita gunakan kebebasan anugerah Tuhan untuk justru membelakangi dan meninggalkan Tuhan?
Dalam salah satu lagunya, Ebiet G. Ade berkata, "Cobalah 'kau bertanya pada rumput yang bergoyang." --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: RUT 1
Bacaan Setahun: Yosua 7-8
Nas: Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allah (Rut 1:16)
Pilihan yang Terbaik
Ketika dihadapkan kepada dua pilihan: pilihan baik atau pilihan buruk, kita dapat dengan mudah mengambil pilihan yang baik. Namun, bagaimana jika kita dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama baik? Merasa bingung? Tentu saja. Karena sekalipun dua pilihan itu tampak sama baik, ada satu dari keduanya yang merupakan pilihan terbaik.
Hari itu ketika Naomi menyuruh kedua menantunya pulang ke rumah mereka masing-masing, maka segera di hadapan Orpa dan Rut terbentang dua pilihan yang sangat sulit. Pilihan pertama, pulang kembali ke rumah mereka di Moab dan seperti harapan mertuanya, mereka dapat kembali berumah tangga. Pilihan kedua, tetap tinggal mengikuti mertuanya pulang ke tanah Yehuda. Faktanya, dari dua pilihan tersebut, tidak ada yang buruk. Bagi seorang janda, kembali berumah tangga dapat menjadi sebuah kerinduan. Dan lagi, bukankah kembali ke rumah juga adalah keinginan mertuanya? Pilihan pertama inilah yang diambil oleh Orpa. Berbeda dengan iparnya, Rut memilih tetap tinggal. Alasannya, menurut perkataan Rut, "... bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku." Rupanya, Rut bersikeras mengikuti mertuanya karena ia tidak ingin terpisah jauh dari Allah Israel. Orpa telah mengambil pilihan yang baik, tetapi Rut mengambil pilihan yang terbaik.
Kita dapat mengadopsi hikmat Rut dalam mengambil keputusan. Dalam kehidupan sehari-hari, ketika dihadapkan pada dua, atau bahkan, banyak pilihan, maka ambillah pilihan yang memuliakan nama Tuhan. Karena ketika kita mendahulukan Tuhan, maka pilihan kita sudah pasti selalu menjadi pilihan yang terbaik. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: YEREMIA 15:1-4
Bacaan Setahun: Yosua 9-10
Nas: TUHAN berfirman kepadaku: "Sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan-Ku, hati-Ku tidak akan berbalik kepada bangsa ini. Usirlah mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi!" (Yeremia 15:1)
Tiada Ampun Lagi
Apa sifat atau karakter Allah yang paling sering kita ingat atau paling sering kita dengar dalam khotbah? Kemungkinan besar ialah tentang Allah Maha Baik dan Pengasih. Dia menerima pendosa serta mengampuni mereka. Memang, ini benar. Namun hanya memberi penekanan terhadap kebaikan Allah dapat membuat kita lupa bahwa Dia juga adalah Allah yang kudus, adil serta mencintai kebenaran. Dia tidak menganggap remeh dosa.
Zaman Manasye adalah salah satu masa tergelap bagi bangsa Israel dalam menaati Tuhan (ay. 4, bdk. 2Raj. 21). Sang raja membawa umat Allah berpaling dari-Nya. Bait Allah bahkan digunakan menjadi pusat penyembahan berhala. Kemerosotan moral pun terjadi di segala lapisan masyarakat. Saat itulah Nabi Yeremia diutus untuk memberitakan pesan pertobatan. Namun umat Israel tidak mendengarkannya. Maka pesan penghukuman pun diproklamirkan.
Allah menggambarkan betapa seriusnya kejahatan umat-Nya. Bahwa sekiranya pun Musa dan Samuel, dua tokoh dan pemimpin Israel yang sangat dekat dengan Allah, berdiri di hadapan-Nya untuk memohonkan ampun bagi Israel, Allah tidak akan mau mengampuni umat-Nya. Keputusan-Nya telah bulat, bahwa Dia akan menjadikan mereka sebagai kengerian bagi semua orang (ay. 4), agar mereka juga belajar menghormati Tuhan. Dan itulah yang terjadi, Yeremia sendiri menyaksikan bagaimana Yerusalem dihancurkan oleh musuh, bait Allah musnah, dan penduduk kotanya dibawa sebagai tawanan ke negeri asing. Itulah yang bisa terjadi ketika kita mengabaikan serta tidak menghargai Tuhan sekalipun kita telah mengalami berbagai kebaikan-Nya. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 1 KORINTUS 7:17-40
Bacaan Setahun: Yosua 11-13
Nas: Pendeknya, orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu. (1 Korintus 7:31)
Fokus kepada Tuhan
Korintus adalah kota yang kaya. Korintus menjadi pusat perdagangan yang berkembang dan juga menjadi kota industri. Sayangnya, Korintus terkenal dengan percabulan dan hawa nafsunya. Bahkan dalam 1Kor. 5:1, Paulus menyebutkan bahwa percabulan yang terjadi di Korintus bahkan tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Tak heran jika ajaran Paulus kepada jemaat Korintus terdengar sangat keras dan tidak biasa. Orang yang beristri harus berlaku seolah-olah tidak beristri, yang menangis seolah-olah tidak menangis, yang bergembira seolah-olah tidak bergembira, yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli. Bukan karena Paulus membenci orang yang menikah, tidak senang melihat orang berbahagia, enggan melihat orang berduka atau iri melihat orang berpunya. Paulus ingin menekankan bahwa hal terpenting yang harus dilakukan umat adalah menggunakan waktu yang singkat di dunia ini untuk memuliakan Tuhan.
Fokus hidup orang percaya adalah Tuhan. Bukan dirinya, apalagi kesenangan dan nafsu duniawinya. Lagi pula, dari Tuhanlah segala berkat dan keselamatan sejati kita. Semua hal yang ada di dunia merupakan sarana untuk memuliakan Tuhan, termasuk pernikahan. Menikah demi menghalalkan nafsu badani sebagaimana yang dihidupi orang-orang Korintus tentu bukan tujuan pernikahan kudus yang Tuhan kehendaki. Demikian pula dalam menanggapi setiap situasi. Hendaklah kiranya kita mampu mengendalikan diri supaya hati kita jangan dikendalikan oleh kondisi dunia. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 TESALONIKA 4:1-8
Bacaan Setahun: Yosua 14-16
Nas: Akhirnya, Saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sunggu (1 Tesalonika 4:1)
Sungguh-Sungguh Berkenan
Ketika awal mula saya mengenal Kristus, ada kobaran dalam hati saya untuk mengenal Allah dan hidup berkenan kepada-Nya. Sedapat mungkin saya berusaha menjaga hidup agar tutur kata, sikap, dan perilaku saya dapat menyenangkan hati-Nya. Namun, seiring berjalannya waktu, kerinduan untuk berkenan kepada Allah mengalami grafik naik turun karena berbagai kondisi. Saya bukannya tidak bersungguh-sungguh mengejar perkenanan Allah, tetapi saya mungkin perlu meningkatkan kesungguhan dalam hal tersebut.
Menurut Rasul Paulus, hidup berkenan kepada Allah bukanlah pilihan, melainkan keharusan bagi setiap orang percaya. Itulah yang hendak Paulus tekankan kepada jemaat di Tesalonika. Mereka yang telah mendengar pengajaran tentang kehidupan yang berkenan, diberinya nasihat agar mereka lebih bersungguh-sungguh lagi dalam melakukannya. Mengapa perlu ditekankan? Karena kesungguhan dalam menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah adakalanya kendur atau melemah. Salah satu penyebabnya bisa berupa hati yang tawar karena realita kehidupan berbeda dengan apa yang diharapkan atau didoakan. Kondisi yang juga sebaiknya kita waspadai sebagai orang percaya, agar kehidupan kita senantiasa berkenan kepada Allah.
Sebagai orang percaya, tak ada yang lebih indah kecuali kehidupan yang didapati berkenan kepada-Nya. Tentu, untuk menuju ke sana tak dapat dicapai dengan kekuatan kita, tetapi karya Roh Kudus yang akan memampukan kita untuk hidup seturut kehendak-Nya yang sempurna. Masih adakah kerinduan itu dalam diri kita? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar