RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yosua 20-21
Nas: Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu." (1 Samuel 17:32)
Tidak Tawar Hati
Seorang filsuf dari India, Sai Baba, menulis serangkaian kata-kata bijak dan salah satunya berbunyi, "Hidup adalah tantangan, hadapilah!" Betul saja, memang hidup ini penuh dengan tantangan, pergumulan dan kesulitan. Bentuknya pasti beragam, kadarnya pasti berbeda. Persoalannya adalah apakah kita berani menghadapi dan menyelesaikannya, atau justru lari seperti seorang pengecut?
Saat di tengah perkemahan pasukan Israel yang sedang berhadapan dengan pasukan Filistin yang memiliki seorang jagoan perang yang luar biasa, yaitu Goliat, Daud pasti merasakan ada atmosfer ketakutan, tidak berdaya dan gentar. Sementara itu Daud, yang masih amat muda, berani berkata kepada Saul, raja Israel, agar jangan ada yang tawar hati melihat pasukan Filistin. Kata "tawar hati" dalam ayat ini berasal dari kata Ibrani "naphal" yang kurang lebih berarti tidak berdaya, gentar atau KO (knocked out). Daud dapat berkata demikian dan berani berhadapan dengan pahlawan Filistin karena ia tahu kemampuannya berdasarkan pengalaman (ay. 34-37) dan tentu saja, ia yakin akan adanya kuasa pertolongan dari Tuhan (ay. 37, 45). Kemenangan Daud juga ditentukan karena ia bertindak menghadapi Goliat. Ia mengambil batu licin dan menggunakannya dengan umban, mengenai dahi Goliat yang kemudian jatuh rebah ke tanah dan mati.
Tantangan, pergumulan dan kesulitan itu seperti "Goliat" yang harus kita hadapi, bukan lari darinya. Berani kita hadapi karena tahu kita sebenarnya mampu, terutama karena ada kuasa pertolongan Tuhan. Ia pasti sanggup menolong kita. Tepat waktu, tidak pernah terlambat bahkan bisa jadi lebih cepat dari yang kita duga. Keyakinan ini tentunya harus diikuti dengan "bertindak" menghadapi tantangan, pergumulan dan kesulitan itu. Bukan lari dan menjadi pengecut! --AAS/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Yosua 22-24
Nas: TUHAN menggerakkan semangat Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan semangat Yosua bin Yozadak, imam besar, dan semangat selebihnya dari bangsa itu .... (Hagai 1:14)
Dari Manakah Semangat?
Banyak mahasiswa yang tiba-tiba kehilangan semangat di tengah-tengah mereka sedang mengerjakan skripsi. Mereka membiarkan skripsi mereka dan menyibukkan diri dengan berbagai hal. Dalam kondisi itu, mereka sering bertanya, "Bagaimana caranya menyalakan kembali semangat yang padam?"
Pekerjaan pembangunan rumah TUHAN terhenti dan belum selesai setelah bertahun-tahun. Peringatan TUHAN melalui Nabi Hagai seolah membangunkan mereka dari tidur panjang mereka. Mereka sadar bahwa mereka telah mengabaikan TUHAN dan visi yang diberikan-Nya. Mereka mendengarkan peringatan tersebut dan takut akan Dia. Tetapi tentulah bahwa memulai kembali pembangunan yang telah terhenti sekian lama karena banyak tantangan, bukanlah hal yang mudah.
Semangat mereka telah padam, mereka masih takut terhadap tantangan yang ada. Tetapi TUHAN yang setia menjanjikan penyertaan. Bahkan Dia jugalah yang menggerakkan semangat kepada Zerubabel sebagai bupati Yehuda, Yosua bin Yozadak sebagai imam besar, dan seluruh bangsa itu untuk kembali bangkit dan menyelesaikan pembangunan. Semangat yang selama ini padam, menyala kembali karena TUHAN yang menyalakan. Dari Dialah datang semangat yang baru.
Tidak jarang kita kehilangan semangat dan putus asa dalam menyelesaikan sesuatu, misal: tugas kuliah, skripsi, proyek, tanggung jawab pekerjaan dan pelayanan, sehingga semuanya menjadi tertunda-tunda. Mungkin kita menyalahkan segala sesuatu dan mencari kambing hitam atas semuanya itu. Tetapi marilah kita mengingat Tuhan dan datang kepada-Nya. Pada-Nya ada pengharapan dan ada semangat baru yang disediakan bagi kita semua yang putus asa. --ANT/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 1-2
Nas: Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya saja Ia tidak berbuat dosa. (Ibrani 4:15)
Turut Merasakan
Saya mempunyai seorang kakak laki-laki yang mengidap gangguan kejiwaan. Semasa remaja, karena dampak dari gangguan kejiwaannya, kakak suka berbuat onar. Malam hari sewaktu kami semuanya tidur, ia malah berteriak-teriak. Itulah mengapa saya merasa sangat kesulitan untuk mengasihinya. Suatu hari karena dihadapkan pada banyak masalah, saya jadi stres berat dan kejadian itu menyebabkan jiwa saya terganggu. Meskipun tidak parah dan saya kemudian dapat bangkit kembali, pengalaman itu membuat saya menjadi lebih bisa mengasihi kakak serta memaklumi perbuatannya.
Banyak orang tidak benar-benar dapat memahami sesamanya sampai mereka sendiri mengalami hal yang sama. Alih-alih memaklumi, mereka malah menghakimi. Untungnya, Yesus yang adalah Imam Besar kita saat ini tidak bersikap demikian. Dia yang adalah Anak Allah, rela turun ke dunia dan kemudian menjelma menjadi manusia. Selain untuk menebus kita dari dosa, tujuan dari inkarnasi Yesus adalah supaya Dia dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Faktanya, Yesus tahu bagaimana memikatnya godaan-godaan dosa yang diiming-imingkan oleh iblis. Dia juga tahu betapa kuatnya keinginan daging di dalam diri manusia. Namun berita baiknya, Yesus berhasil menang! Firman Tuhan mencatat, "... Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa."
Oleh kemenangan Yesus, tidak hanya Dia dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, tetapi Dia juga mampu memberi kita strategi untuk menang melawan godaan-godaan iblis. Dalam peperangan rohani, libatkan Yesus sebab Dia mengasihi kita, mengerti kelemahan kita dan memahami keterbatasan kita. Namun yang terutama, Dia tahu bagaimana cara untuk memenangkan pertempuran. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MAZMUR 145
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 3-5
Nas: Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkau pun memberi mereka makanan pada waktunya. (Mazmur 145:15)
Allah Menyediakan Pekerjaan
Sekitar sembilan tahun silam, saya diberhentikan dari suatu pekerjaan karena alasan sepihak. Hal itu sempat membuat saya kecewa, bahkan marah kepada Tuhan. Untunglah respons negatif itu tak berlangsung lama. Setelah hati saya tenang, saya mulai berdoa memohon agar Tuhan memberi pekerjaan. Tak lama kemudian, ada informasi pekerjaan dari seorang teman. Saya langsung merespons informasi itu dan mendapatkan pekerjaan itu, tepat ketika saya membutuhkan uang.
Ketika Pemazmur berkata bahwa Allah memberi makanan pada waktunya, hal itu juga terkait dengan penyediaan pekerjaan. Bekerja bagi orang dewasa adalah suatu kewajiban (bdk. 2Tes. 3:10), guna memenuhi kebutuhan pokok. Pemazmur meyakini bahwa mereka yang menantikan Tuhan dengan segenap hati, akan mendapatkan makanan pada waktunya. Berdasarkan janji itulah, hendaknya umat Tuhan tak terlalu khawatir dirinya takkan mendapatkan pekerjaan. Tentu saja, untuk mendapat pekerjaan tak cukup hanya berdoa, tetapi ada bagian yang harus kita lakukan seperti melamar pekerjaan, bersiap mengikuti tes pekerjaan sebaik mungkin, dan lain sebagainya.
Ada banyak orang bersaksi bahwa Tuhan menyediakan pekerjaan tepat waktu bagi mereka. Akhirnya, melalui pekerjaan itu Tuhan pun mencukupkan kebutuhan mereka, termasuk dalam hal makanan. Nah, bagi kita yang saat ini sedang mencari pekerjaan, selama kita telah mempersiapkan diri sebaik mungkin dan berdoa, percayalah bahwa saat ini pekerjaan kita sedang "diantarkan" oleh Tuhan, seperti yang dijanjikan oleh firman-Nya. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 1 KORINTUS 16:10-18
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 6-7
Nas: Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih! (1 Korintus 16:14)
Keuntungan dalam Pekerjaan
Secapai-capainya kamu bekerja, lebih capai pengangguran. Syukurilah pekerjaanmu saat ini, karena pekerjaan yang kamu keluhkan adalah impian mereka yang saat ini pengangguran. Dua kalimat tadi adalah nasihat pembimbing rohani kepada saya, waktu saya mengeluhkan pekerjaan. Jangan biarkan hal-hal sulit membuat saya tidak bersyukur atas segala keuntungan yang sudah didapat selama bekerja, itulah yang saya sadari.
Apa pun pekerjaan kita sekarang dan berapa pun penghasilannya, pekerjaan itu adalah pemberian Tuhan. Jadi, lakukanlah segala pekerjaan kita dalam kasih. Pekerjaan kita saat ini mungkin berat, mungkin gajinya kecil, mungkin dilakukan di medan yang sulit, tapi Tuhan mengasihi kita lewat pekerjaan itu. Merenungkan pekerjaan murid-murid Yesus seperti Paulus dan Timotius, kita tahu bahwa pekerjaan mereka itu tidak ringan dan sukar. Mereka harus berjerih lelah memberitakan Injil, kerap ditolak, mengalami masa-masa sukar, tapi mereka tetap bekerja dengan sukacita. Mereka tetap setia karena melakukan pekerjaan itu dengan kasih. Setiap pekerjaan pasti ada kesulitannya sendiri-sendiri. Jangan fokus pada kesulitannya, fokuslah pada solusinya.
Kita menerima gaji bulanan dan bonus, mengenal orang-orang baru, bisa beli rumah, mendapat THR saat hari raya, memperoleh tunjangan kesehatan, itulah berkat dari pekerjaan kita. Kita boleh bercerita kepada seseorang yang kita percaya masalah pekerjaan, namun kiranya kita tetap mencintai pekerjaan kita sehingga kita akan tetap bekerja dengan penuh kasih. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: YUDAS 1:17-23
Bacaan Setahun: Hakim-hakim 8-9
Nas: Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal. (Yudas 1:21)
Memelihara Diri
Salah satu hal yang paling mudah digoyahkan dalam hidup kita adalah keinginan kita. Ketika kita merasa tidak yakin dengan keinginan kita, atau tidak yakin dalam mengupayakan keinginan kita, maka kita akan goyah dan berhenti untuk berusaha. Hal ini dapat terjadi, karena sering kali kita tidak memiliki ketekunan dan kesetiaan dalam mengupayakan apa yang kita harapkan.
Kepada para jemaat Tuhan, Yudas mengingatkan akan banyaknya hal yang menggoda dan menggoyahkan iman mereka. Yudas mengingatkan bahwa godaan itu dilakukan oleh sesama mereka, yang menyusup dan berpura-pura menjadi pengikut Kristus, tetapi sebenarnya berupaya untuk menghasut dan memecah belah jemaat supaya meninggalkan Kristus. Untuk itu, Yudas mengajak mereka untuk memelihara diri mereka dalam kasih Allah. Dengan memelihara diri, mereka diajak untuk dengan tekun menjaga, merawat, mendidik, memupuk, serta menumbuhkembangkan diri mereka dalam kasih Allah. Oleh karena ketekunanlah, maka pemeliharaan diri itu dapat terlaksana, dan kasih Allah dapat terasa. Karena dalam kasih Allah, maka mereka beroleh rahmat-Nya, sehingga kejahatan dapat diluruhkan, dan segala yang baik dapat dipersatukan.
Ketekunan menjadi modal utama bagi kita dalam menjalani hidup. Dalam ketekunan itu, Yudas mengajarkan supaya ketekunan itu diarahkan untuk memelihara diri dalam kasih Allah. Dengan demikian, kita dapat bertahan dan tetap teguh percaya kepada-Nya, serta beroleh rahmat-Nya. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar