RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Bilangan 16-18
Nas: Aku berkata dalam hati: "Mari, aku hendak menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itu pun sia-sia." (Pengkhotbah 2:1)
Alamat Kebahagiaan
Seorang anak kecil datang ke sebuah restoran. "Saya ingin membeli ini untuk ibu, " katanya sambil menyodorkan selembar resep dari dokter. Rupanya anak itu salah alamat. "Nak, " pelayan restoran itu tersenyum, "Apa yang kau mau beli tidak ada di sini, tetapi ada di apotek tepat di sebelah restoran ini."
Kekeliruan anak kecil itu mungkin membuat kita tertawa geli. Namun, tahukah kita bahwa di kehidupan ini ada satu alamat yang banyak orang sering salah kunjungi? Alamat itu adalah tempat di mana kebahagiaan berada. Faktanya, kebahagiaan yang hanya ada pada Tuhan, sering kali dicari di tempat-tempat lain, seperti materi, nafsu duniawi dan ketenaran. Salomo adalah seorang yang pernah menjelajah semua alamat di dunia yang tampak menawarkan kebahagiaan. Di akhir upayanya mencari rasa bahagia, ia mengatakan bahwa semua upayanya sia-sia. Perkataan Salomo bukan sekadar isapan jempol belaka. Itulah sebabnya, Alkitab mencatatnya sebagai seorang yang begitu kaya dan termasyhur. Situasi kehidupan demikian membuat Salomo cenderung berpetualang mencari kebahagiaan. Sayangnya setelah mengunjungi tempat-tempat berlabel materi, nafsu duniawi dan ketenaran, Salomo tidak jua menemukan yang ia cari-cari selama ini.
Seseorang yang mencari kebahagiaan di tempat-tempat yang salah hanya membuang waktu dan tenaganya untuk mengerjakan hal sia-sia. Sungguh amat disayangkan jika kita termasuk bagian dari orang-orang tersebut. Ingat, kebahagiaan dirasakan oleh hati kita. Itulah alasan mengapa kebahagiaan hanya dapat diberi oleh Tuhan, Sang Pembentuk Hati Manusia. Jadi apabila kita ingin mencari kebahagiaan, maka alamat yang tepat adalah Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: AMSAL 31
Bacaan Setahun: Bilangan 19-20
Nas: Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. (Amsal 31:11)
Membangun Saling Percaya
Seorang hamba Tuhan mengunggah status media sosial mengenai perbandingan cara pasangan suami-istri masa kini mengawasi pasangannya, guna memastikan tidak ada perselingkuhan. Mulai dari menggunakan CCTV, menyewa orang khusus untuk mengawasi, sampai meretas handphone supaya dapat melihat percakapan pasangan di media sosial, kalau-kalau ada yang mencurigakan. Tak lupa ia berbagi tentang satu cara, yang terbukti manjur karena sudah diterapkan dalam relasinya bersama sang istri, yakni saling menjaga kepercayaan!
Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, seorang istri memang perlu mendapat kepercayaan dari sang suami. Inilah yang menjadikannya sebagai wanita yang cakap dan berharga, bahkan melebihi permata lainnya (ay. 10). Hal yang sama juga perlu diberikan oleh seorang wanita terhadap suaminya. Tak ada yang lebih menyedihkan, sekaligus mengesalkan bagi seorang pria kecuali tidak dipercaya oleh istrinya sendiri. Dalam relasi antara suami-istri, ketidakpercayaan justru dapat menjadi celah, bahkan pendorong untuk seseorang mulai mencoba menjalin kedekatan dengan lawan jenisnya-karena ada kebutuhan yang gagal dipenuhi pasangannya, tetapi diperolehnya dari orang lain.
Salah satu pengukur tingkat kepercayaan pada pasangan adalah adanya ketenangan dalam hati saat pasangan kita berada di luar rumah dan tidak sedang bersama kita. Bagaimana dengan tingkat kepercayaan kita kepada suami/istri kita? Masihkah hati kita tenang ketika pasangan sedang tidak bersama kita, tanpa perlu melakukan pengawasan ketat? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: EZRA 4:1-4
Bacaan Setahun: Bilangan 21-22
Nas: Tetapi Zerubabel, Yesua, dan para kepala kaum keluarga orang Israel yang lain berkata kepada mereka: "Bukanlah urusan kita bersama, sehingga kamu dan kami membangun rumah bagi Allah kami, karena kami sendirilah yang hendak membangun bagi TUHAN, Allah Isra (Ezra 4:3)
Kebulatan Tekad Hidup
Pepatah "maju terus pantang mundur" menggambarkan kebulatan tekad untuk terus melangkah dengan yakin, sekalipun harus menghadapi berbagai tantangan yang dapat menghambat langkah kita serta membutuhkan pengorbanan. Keyakinan itu sendiri didasarkan pada harapan akan sesuatu yang bisa kita dapatkan. Untuk itulah maka keyakinan itu dijawab dengan tindakan nyata, guna mencapai harapan tersebut.
Kebulatan tekad ini yang dirasakan oleh Zerubabel, Yesua, serta para kepala kaum keluarga orang Israel ketika membangun kembali Bait Allah, sesudah mereka pulang dari pembuangan. Dalam pembangunan itu, mereka dihambat oleh lawan-lawan mereka dengan menggunakan tipu daya (ay. 2) dan juga ancaman (ay. 4). Lawan-lawan mereka sendiri adalah tawanan yang dibuang di Samaria, yang juga membangun kuil untuk dewa-dewa mereka disana, sehingga mereka tidak menyukai pembangunan kembali Bait Allah. Sekalipun menghadapi hambatan yang mengancam nyawa mereka, bangsa Israel tetap teguh dalam tekadnya untuk membangun Bait Allah. Tekad kuat itu didasarkan pada keyakinan bahwa Allah yang menjadi harapan mereka, telah membebaskan mereka dari pembuangan. Dengan membangun Bait Allah, mereka menjawab perintah Allah, serta bertekun dalam tekadnya.
Kebulatan tekad para kepala kaum keluarga bangsa Israel tersebut hendaknya menjadi teladan bagi kita untuk terus melangkah maju dengan tekad kuat. Karena Allah akan menuntun langkah kita, seperti juga dengan langkah bangsa Israel. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: AMSAL 27:1-11
Bacaan Setahun: Bilangan 23-25
Nas: Lebih baik tetangga yang dekat dari pada saudara yang jauh. (Amsal 27:10c)
Tetangga Rasa Saudara
Kecanggihan teknologi saat ini memudahkan kita terhubung setiap saat dengan orang-orang yang kita cintai, sekalipun masing-masing tinggal di kota atau belahan bumi berbeda. Namun tanpa kita sadari, hal ini bisa membuat kita merasa tidak membutuhkan orang-orang yang secara fisik berada dekat dengan kita. Khususnya, terhadap para tetangga atau jiran, yakni mereka yang rumahnya berdekatan atau sebelah-menyebelah dengan kita. Kita mengabaikan kehadiran mereka. Situasi ini khususnya semakin lumrah terjadi pada masyarakat perkotaan, di mana setiap orang berlaku seperti orang asing.
Namun kita perlu sadar, bahwa ada hal-hal yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang secara fisik hadir di dekat kita. Ini khususnya ketika kita berada dalam situasi darurat atau mendesak. Seorang teman yang terserang stroke dapat terselamatkan karena tetangganya segera membawanya ke rumah sakit. Upaya pembobolan rumah berhasil digagalkan setelah seorang tetangga curiga lalu menghubungi si pemilik rumah. Seorang ibu yang jatuh di kamar mandi dapat tertolong karena sang tetangga curiga melihat lampu teras yang tetap menyala walau hari sudah siang. Dan kita tahu, masih banyak kisah lain soal ini.
Alkitab telah mengajarkan ini sejak lama. Bahwa kehadiran tetangga yang dekat lebih baik dari pada saudara yang jauh. Karenanya, kita seharusnya menjalin relasi yang baik dengan para tetangga kita. Saling menghormati serta menjalin hubungan baik dengan mereka. Itulah yang pada akhirnya akan menghasilkan persaudaraan yang rekat dengan mereka. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: AMSAL 18:14
Bacaan Setahun: Bilangan 26-27
Nas: Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah? (Amsal 18:14)
Jangan Sampai Patah Semangat!
Suatu pagi, saya sedikit berargumen dengan ibu saya karena beliau terus-menerus mengeluhkan kondisi tubuhnya yang terasa lemah. Saya agak terganggu melihat kurangnya semangat dalam dirinya, sehingga mencoba mendorongnya agar mengobarkan semangat untuk bangun dan memulai aktivitas. Namun, upaya saya terlihat sia-sia karena ibu saya memilih menyerah pada kelemahan tubuhnya. Hingga suatu hari ibu saya mulai bangkit semangatnya dan dapat memulai aktivitas sepanjang hari tersebut.
Ada dua hal kontradiktif yang disajikan penulis kitab Amsal hari ini, mengenai efek dari semangat dalam diri seseorang. Orang yang bersemangat diyakini dapat menanggung penderitaan yang sedang dialaminya. Sebaliknya, orang yang sudah patah semangat, sukar untuk dipulihkan, sehingga penulis Amsal sampai menuliskannya dengan nada bertanya. Kuncinya ada pada diri orang yang patah semangat itu. Selama ia belum menyadari dan mampu menyemangati dirinya sendiri, maka upaya pemberian semangat dari luar dirinya pun akan sia-sia. Mengapa orang bersemangat dapat menanggung penderitaannya? Karena ada harapan dan keyakinan dalam dirinya bahwa suatu saat penderitaannya akan berakhir.
Faktor kunci yang sering kali melemahkan semangat adalah ketika kita mengizinkan situasi dan kondisi melemahkan semangat kita. Kondisi yang bisa dilawan dengan iman dan harapan yang selalu ada di dalam Tuhan (Ams. 23:18). Tuhan yang kita sembah, sanggup untuk mengubah penderitaan dan kubangan air mata menjadi sukacita besar. Jadi, mari bersemangat! --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: KEJADIAN 9:18-29
Bacaan Setahun: Bilangan 28-29
Nas: Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar. (Kejadian 9:22)
Keburukan yang Diceritakan
Seorang jemaat memutuskan untuk tidak ke gereja lagi setelah gembala sidangnya menjadikan kisah hidupnya sebagai ilustrasi khotbah. Walau namanya disamarkan, jemaat-jemaat lain cepat mencari tahu sampai akhirnya masalahnya terkuak dan menjadi gosip hangat di gereja. Awalnya, jemaat ini hanya konseling, tetapi ia sangat menyesal dan menganggap gembala sidangnya tidak beretika dengan memakai kisah hidupnya sebagai ilustrasi khotbah tanpa izin kepadanya lebih dulu. Keburukannya secara tidak langsung dibeberkan dan dijadikan konsumsi publik.
Ham pun demikian, ketika melihat aurat ayahnya, seharusnya ia dapat diam dan bergegas mengambil pakaian untuk menutupinya. Tetapi justru Ham menceritakan pada kedua saudaranya (ay. 22). Tindakan menceritakan ini yang tidak tepat. Bersyukurnya, Sem dan Yafet tidak bersikap seperti Ham. Kedua saudara Ham ini mengambil tindakan tepat: mereka lantas mengambil sehelai kain dan membentangkannya pada bahu mereka berdua, lalu mereka berjalan mundur, menutupi aurat ayahnya sambil berpaling muka (ay. 23). Setelah Nuh sadar dari mabuknya, Nuh mengutuk Ham (ay. 25) dan memberkati Sem dan Yafet (ay. 26-27).
Setiap orang tentu memiliki sisi baik dan buruk. Jika Tuhan mengizinkan kita untuk menolongnya berubah dari sisi buruknya, apakah baik jika kita menceritakan keburukannya pada orang lain seperti Ham? Atau maukah kita bersikap seperti Sem dan Yafet, bahkan tetap mengasihi orang yang kita tahu memiliki keburukan tersebut? Kasih menutupi segala sesuatu, jadi percayalah, tanpa kita perlu menceritakan keburukannya pada orang lain, kasih itu sendirilah yang sanggup mengubahkannya. --YDS/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar