RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Bilangan 3-4
Nas: Kemudian muncullah orang-orang Farisi dan mulai berdebat dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari Dia suatu tanda dari surga. (Markus 8:11)
Meminta Tanda
Ada doa klasik yang sering dipanjatkan oleh pemuda/i tatkala mereka meminta jodoh, "Tuhan, jika ia memang jodohku, dekatkanlah kami. Namun kalau dia bukan jodohku, jauhkanlah kami." Kondisi mendekat atau menjauh sepertinya dijadikan sebuah tanda untuk seseorang menganalisa siapa jodohnya dan yang bukan. Meminta tanda seperti demikian seakan-akan memperlihatkan kecenderungan ingin sesuatu yang instan dan enggan mengikuti proses yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidupnya, sampai kehendak-Nya dinyatakan kelak.
Orang-orang Farisi yang bersoal jawab dengan Yesus juga meminta tanda dari Surga. Tujuan mereka tidak murni, melainkan mereka hanya ingin mencobai-Nya (ay. 11). Tidak jarang, mereka yang memiliki hati yang keras, cenderung ingin hal-hal yang instan, dan spektakuler, baru percaya bahwa Tuhan itu nyata, beserta dan memihak pada dirinya. Namun, diminta tanda begitu, rupanya membuat Yesus mengeluh dalam hati. Lalu dengan tegas, Ia berkata bahwa tanda tidak akan diberikan pada mereka (ay. 12). Setelah itu, Yesus meninggalkan mereka, naik ke perahu dan bertolak ke seberang (ay. 13).
Saat ini, apakah kita sedang bergumul akan sesuatu dan berdoa meminta tanda dari Tuhan? Diberi tanda atau tidak, sebenarnya itu bukan urusan kita. Justru, ketika hidup kita sekan-akan terlihat berantakan dan tidak menentu, di situlah sebenarnya kita semua dilatih untuk percaya pada Tuhan. Mari terus berpengharapan pada Allah. Dia sangat mengasihi kita dan tahu kapan saat yang tepat dalam menjawab doa-doa kita. Meminta tanda bukanlah tidak diperbolehkan, tetapi jangan sampai kita terjebak hanya menginginkan cara yang instan. --YDS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: FILIPI 2:1-11
Bacaan Setahun: Bilangan 5-6
Nas: Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:4)
Memperhatikan Kepentingan Pasangan
Suatu ketika saya dan istri terlibat dalam perdebatan kecil soal arah. Ketika hendak berfoto, saya merasa dia keliru menyebut arah, tetapi ketika saya hendak mengoreksi, malah terjadi kesalahpahaman sehingga perdebatan kecil itu pun terjadi. Syukurlah perdebatan itu tidak berlangsung lama karena kami sudah cukup mengenal satu sama lain. Lewat keputusan untuk mengalah dan tidak memperpanjang urusan, acara refreshing kami pun dapat berlanjut dengan suasana hati yang baik. Saya tak bisa membayangkan seandainya kesalahpahaman itu meruncing lalu menjadi masalah yang serius.
Dalam kehidupan berkeluarga, acap kali bukan hal-hal besar yang menimbulkan konflik serius, tetapi hal-hal kecil yang tidak diselesaikan-sebagian pasangan bahkan terkesan tidak tahu cara menyelesaikannya. Masalah lampu menyala atau mati saat tidur, atau pencetan pasta gigi dimulai dari bawah, tengah, atau atas ... jika gagal dicari solusinya, bisa berpotensi menyebabkan perceraian! Dalam kondisi itulah, nasihat firman Allah hari ini sebaiknya tidak diabaikan, yakni bagaimana seseorang belajar memperhatikan kepentingan suami atau istrinya, bukan hanya sibuk menuntut pemenuhan kepentingan pribadinya.
Banyak masalah pernikahan sebenarnya dimulai dari pengabaian kepentingan pasangan, karena suami atau istri lebih berfokus pada kepentingan pribadi. Memperbaiki kondisi ini tampaknya dapat menjadi upaya yang baik dalam menjauhkan perdebatan, konflik, hingga pertikaian dalam kehidupan berkeluarga yang kita jalani. Selamat mencoba. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: IMAMAT 20:8
Bacaan Setahun: Bilangan 7
Nas: "Demikianlah kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan melakukannya; Akulah TUHAN yang menguduskan kamu." (Imamat 20:8)
Menjaga Anugerah Kekudusan
Manusia disebut sebagai makhluk yang tidak pernah puas. Artinya, kita akan selalu menginginkan lebih dari apa yang telah kita dapatkan, dan tidak pernah mensyukuri apa yang kita miliki. Oleh karena itulah, maka ada pepatah "diberi hati, malah merogoh ampela". Pepatah ini menunjukkan bahwa sering kali kita sulit untuk menerima apa yang kita dapatkan, karena kita masih bernafsu untuk mendapatkan lebih.
Dalam bacaan ini, Tuhan mengingatkan manusia untuk menjaga hidupnya dari nafsu yang berlebih dengan tetap berpegang dan melakukan ketetapan-Nya. Tuhan hendak menjaga hidup umat-Nya dari segala nafsu, karena nafsu manusia dapat menghancurkan hidupnya sendiri. Untuk itulah maka umat-Nya harus berpegang dan melakukan ketetapan-Nya. Terlebih lagi karena Tuhan telah menguduskan hidup manusia, bukan manusia sendiri yang mencapai kekudusan melalui usahanya. Apabila manusia tidak dapat mengendalikan nafsunya, maka kekudusan yang Tuhan berikan akan ternodai, dan dengan demikian maka sama saja dengan melecehkan Tuhan. Tetapi dengan tetap berpegang dan melakukan ketetapan Tuhan, maka manusia dapat menjaga kekudusan yang telah Tuhan beri.
Kekudusan adalah anugerah yang Tuhan beri bagi kita. Untuk itulah, maka kita diminta untuk menjaga kekudusan kita dengan mengingat dan menghidupi ketetapan Tuhan. Dengan demikian, maka kita dapat menerima dan mensyukuri apa yang kita capai dan kita miliki, sehingga anugerah Tuhan tidak sia-sia. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 2 TAWARIKH 20:1-30
Bacaan Setahun: Bilangan 8-9
Nas: Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata .... (2 Tawarikh 20:21)
Pujian di Tengah Kesesakan
Hari itu Raja Yosafat menerima pemberitahuan bahwa suatu laskar yang besar datang dan bersiap untuk menyerang. Yosafat menjadi takut, lalu ia mengambil keputusan untuk mencari Tuhan. Setelah berunding dengan rakyat, Yosafat kemudian merancang strategi yang tidak akan pernah terpikirkan oleh suatu bangsa manapun di dunia ini. Alih-alih mengirimkan prajurit terbaik untuk berperang, Yosafat mengangkat orang-orang untuk menyanyikan nyanyian syukur bagi Tuhan.
Zaman sekarang, tindakan Yosafat seumpama mengirimkan tim paduan suara ke tengah medan pertempuran. Sungguh tampak konyol dan tidak masuk akal, bukan? Faktanya, di tengah kesesakan, rakyat Yehuda memutuskan untuk meninggikan nama Tuhan. Mereka meyakini bahwa medan pertempuran adalah milik Tuhan, dan kemenangan sepenuhnya berada di tangan Tuhan. Oleh sebab mengandalkan Tuhan, bangsa itu pun pada akhirnya memperoleh kemenangan. Memuji Tuhan di tengah kesesakan menunjukkan bahwa kita tidak berfokus kepada besarnya masalah, tetapi kepada besarnya kuasa Tuhan. Saat kita memuji nama Tuhan, saat itu kita seolah tidak lagi memperkatakan masalah kita kepada Tuhan, namun memperkatakan siapa Tuhan di depan masalah.
Adakah hari-hari ini kita sedang mengalami kesesakan? Sekiranya ya, janganlah kita menjadi takut ataupun terkejut. Ingatlah bahwa medan pertempuran selamanya tetap adalah milik Tuhan. Di tengah kesesakan, tetaplah kita berdiri tegak, puji nama Tuhan, dan lihatlah bagaimana Tuhan memberikan kemenangan kepada kita. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: EFESUS 4:15, 26-32
Bacaan Setahun: Bilangan 10-11
Nas: Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: Janganlah matahari terbenam, sebelum padam kemarahanmu. (Efesus 4:26)
Mengelola Kemarahan
Seorang ibu bercerita tentang anaknya yang sangat sulit mengelola kemarahan. Ketika marah, tidak segan-segan ia melempar barang-barang yang ada di rumahnya. Banyak piring dan gelas yang pecah bahkan cermin yang tergantung dekat wastafel dapur retak. Ibu ini khawatir dan segera memeriksakan anaknya ke psikolog. Psikolog yang ditemui ibu dan anaknya memberikan latihan untuk anak ini menuangkan segala kemarahannya melalui menggambar dan mewarnai. Melalui latihan tersebut, anak menjadi tenang dan si ibu baru sadar bahwa kemarahan dapat dikelola dengan baik, sekalipun melalui cara yang sederhana dan kreatif.
Marah jika tidak dikelola tentu berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang sekitar. Itulah sebabnya Paulus menasihati jika jemaat sedang marah, jangan berbuat dosa dan segera padamkan kemarahan sebelum matahari terbenam (ay. 26). Marah dapat membuka celah untuk iblis masuk dan menguasai hidup orang percaya sehingga Paulus ingin mereka sadar dan tidak memberi kesempatan pada iblis (ay. 27). Selain itu, marah yang isinya menghujat orang lain dan berkata kotor juga seharusnya tidak ada dalam mulut mereka (ay. 29). Paulus ingin jemaatnya memiliki perkataan yang membangun (ay. 29), membuang segala kepahitan, kegeraman, marah, pertikaian dan fitnah (ay. 31).
Setiap orang pasti pernah marah ketika mengalami banyak hal yang terlalu menyakitkan dalam hidup ini. Itu wajar, tetapi kemarahan itu sebaiknya dikelola dengan baik. Mari belajar mencari solusi atas kemarahan yang sering kita rasakan secara kreatif sambil mulai mempraktikkan bagaimana orang percaya harus hidup dalam keseharian: perkataannya membangun, penuh kasih mesra dan saling mengampuni. --YDS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: EFESUS 3:14-21
Bacaan Setahun: Bilangan 12-13
Nas: Bagi Dia yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita. (Efesus 3:20)
Menembus Batas
Kehadiran orang-orang kreatif selalu mampu mengundang decak kagum dari banyak orang saat berhadapan dengan karya mereka yang terbilang istimewa. Lain daripada yang lain. Karya yang bekerja melalui cara berpikir out of the box. Kerangka berpikir yang menuntun mereka menembus batas nalar kebanyakan orang. Kreativitas yang jauh melampaui kemampuan rata-rata orang pada umumnya.
Kekristenan pun pada dasarnya berbicara tentang orang-orang percaya yang mampu menunjukkan kreativitas yang tak kalah menakjubkan. Daya cipta yang berdasarkan kekayaan kemuliaan-Nya (ay. 16), bekerja melalui iman yang berakar serta berdasar di dalam kasih (ay. 17). Iman yang menempatkan kita berada di atas jalan kemustahilan dalam menyiasati kesulitan hidup yang ada.
Keajaiban dalam hidup dengan sendirinya tidak pernah dapat dilepaskan dari cara berpikir kita yang sarat dengan seluruh kepenuhan-Nya (ay. 19). Nalar yang mengisyaratkan kreativitas tanpa batas dan menjamin kita menerima segala sesuatu jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan (ay. 20). Kreativitas nan menakjubkan yang berujung pada kemuliaan bagi nama Tuhan (ay. 21).
Mukjizat akan senantiasa menandai kreativitas orang percaya yang hidup dalam kepenuhan Kristus. Kreativitas yang terbilang istimewa karena pikiran-Nya mewarnai cara kita berpikir. Keistimewaan ini dengan sendirinya bakal mendatangkan decak kagum lantaran bekerja jauh menembus batas nalar kebanyakan orang. Di situlah nama Tuhan dipermuliakan. --EML/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya " ( LUKAS 1:17c )
JPA VISION 2023 : " HISTORY MAKER " ( PEMBUAT SEJARAH ) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar