RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Wahyu 9-11
Nas: Kata Maria, "Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Lukas 1:38)
Intervensi Tuhan
Sepasang suami-istri memiliki kerinduan untuk mendirikan panti asuhan. Misi mulia yang semula hendak mereka wujudkan ketika sang suami memasuki masa pensiun, sekitar delapan tahun berselang. Namun, tak disangka intervensi Tuhan membuat rencana itu harus dipercepat. Dibuat-Nyalah keadaan yang "memaksa" mereka untuk segera mendirikan panti asuhan. Delapan tahun berselang, sambil mengenang masa lalu sang istri berkata, "Untunglah ketika itu kita taat, karena kalau kita memulai sekarang, kondisinya tak memungkinkan."
Kita mungkin tak asing dengan ungkapan "manusia boleh berencana, tetapi Tuhanlah yang menentukan". Ya, kita percaya ada faktor kehendak dan kedaulatan Allah, yang dapat membuat rencana kita berlangsung lebih cepat, lebih lambat, atau harus mengalami penyesuaian secara mendadak. Inilah yang juga terjadi dalam kehidupan Maria, yang sedang bertunangan dengan Yusuf. Ia mungkin sudah menyusun rencana untuk masa depan keluarga mereka, tetapi mendadak Tuhan mendatangi dan berfirman melalui malaikat-Nya. Secara manusia, rencana Maria bisa dibilang berantakan, tetapi Maria mengerti posisinya sebagai hamba Tuhan yang harus berserah diri pada kehendak dan rencana Allah.
Bagaimana dengan keadaan kita saat ini? Apakah kondisi kita seperti Maria yang harus beradaptasi dengan cepat, karena Tuhan mengintervensi hidup kita untuk melakukan sesuatu? Mari belajar merespons seperti Maria, karena kita ini adalah hamba-Nya. Biarlah lewat ketaatan dan kerelaan kita, Allah dapat menyatakan kemuliaan-Nya. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: ROMA 3:21-31
Bacaan Setahun: Wahyu 12-13
Nas: Dan oleh anugerah-Nya telah dibenarkan dengan cuma-cuma melalui penebusan dalam Kristus Yesus. (Roma 3:24)
Terlalu Murah
Seorang wanita pergi ke pasar untuk membeli telur ayam kampung. "Berapa harganya?" tanyanya kepada seorang penjual. "Sepuluh biji lima belas ribu rupiah, " jawab si penjual. "Terlalu murah, " pikir wanita itu. Ia curiga kualitas telur tidak bagus. Maka ia mengurungkan niatnya membeli telur di penjual tersebut. Ia beralih ke penjual lainnya yang menjual telur ayam kampung dengan harga lebih mahal.
Saat barang dijual terlalu murah, tidak semua pembeli bergembira. Ada dari mereka justru menaruh rasa curiga. Jangan-jangan barang itu cacat atau rusak, makanya diberi "harga obral". Demikian tidak semua manusia bersukacita tatkala mendengar berita keselamatan melalui Yesus. Telah diberitakan bahwa dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, seseorang dapat diselamatkan dari maut, tidak peduli betapa besar dosa sudah ia perbuat. Tampak tidak masuk akal keselamatan jiwa yang sangat berharga diperoleh secara cuma-cuma. Tiada perlu berusaha, tanpa kita bersusah payah, tanpa melakukan perbuatan tertentu atau menjalankan hukum tertentu, hanya iman kepada Yesus. Karena itu banyak orang tidak percaya. Mereka menolak kasih karunia Allah. Pikir mereka, "Ini terlalu mudah, terlalu murah."
Cuma-cuma tak berarti keselamatan terlalu murah. Keselamatan diberi secara cuma-cuma sebab Tuhan mengerti manusia takkan mampu membayarnya. Walau seluruh emas, perak dan permata dikumpulkan, takkan cukup. Jangan kita termasuk orang-orang yang menolak kasih karunia Allah. Terima dengan iman keselamatan jiwa yang Allah berikan melalui pengorbanan Yesus di kayu salib. Terima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Hanya dengan cara demikian kita dapat lolos dari maut. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: EFESUS 6:18-20
Bacaan Setahun: Wahyu 14-16
Nas: Juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil. (Efesus 6:19)
Berdoalah untuk Aku
Dalam kehidupan, orang percaya mengalami suka dan duka, dan kondisi iman yang naik turun baik jemaat maupun pendeta. Ketika jemaat mengalami kondisi sulit bisa datang kepada pendeta untuk didoakan dan diberi solusi. Tetapi bagaimana ketika pendeta yang mengalami hal tersebut? Siapa yang akan mendoakan?
Rasul Paulus pernah meminta jemaat Efesus untuk mendoakan orang kudus dan mendoakan dirinya (ay 18-19a). Mengapa? Pertama, Rasul Paulus adalah duta besar dari Allah, maka saat berbicara tidak sembarangan berbicara tetapi bicara dengan kata-kata yang tepat. Kedua, Rasul Paulus sedang dalam penjara, ia menderita dan tertekan berat, "Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara." Ia meminta didoakan supaya mempunyai keberanian untuk menyampaikan berita kebenaran Injil Keselamatan, sekalipun ada risiko untuk dianiaya dan dilecehkan. Artinya, Rasul Paulus menyadari bahwa kondisi yang sulit dapat membuatnya gagal menjadi duta yang berkenan di hadapan Allah.
Ternyata baik jemaat maupun pendeta alangkah baik jika saling mendoakan. Kalimat berdoalah untuk aku merupakan bentuk bahwa doa adalah perlengkapan rohani bagi semua orang percaya. Orang percaya adalah duta dari Allah, perkataannya haruslah tepat dan mengalahkan ketakutan. --PCH/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: Kisah Para Rasul 24
Bacaan Setahun: Wahyu 17-18
Nas: Tetapi sesudah genap dua tahun, Feliks digantikan oleh Perkius Festus, dan untuk mengambil hati orang Yahudi, Feliks membiarkan Paulus tetap dalam penjara. (Kisah Para Rasul 24:27)
Mengambil Hati
Ada kebiasaan yang dilakukan oleh seorang teman sewaktu mengikuti bimbingan skripsi. Ia rajin berkunjung ke rumah dosen pembimbing, sekadar mengantar makanan atau buah-buahan. Penasaran, saya pun bertanya. Rupanya, ia bermaksud mengambil hati sang dosen, supaya dipermudah dalam bimbingan.
Feliks tetap menahan Paulus sekalipun ia tidak terbukti bersalah. Padahal, Feliks mengetahui jalan Tuhan. Feliks menangguhkan perkara Paulus dengan alasan menunggu saksi lain. Meski demikian, Feliks bersikap lunak kepada Paulus. Ia meminta kepada perwira yang menjaganya memperlakukan Paulus sebagai tahanan ringan. Tidak boleh mencegah sahabat-sahabat Paulus yang datang melayani dia. Feliks juga sering memanggil Paulus untuk bercakap-cakap dengan dia. Siapa sangka jika ternyata Feliks ingin mengambil hati Paulus, supaya Paulus menyuapnya dengan sejumlah uang. Begitu pun yang dilakukan Feliks setelah tidak menjabat di pemerintahan. Ia tetap membiarkan Paulus dalam penjara dengan harapan dapat mengambil hati orang Yahudi.
Memiliki hubungan yang baik dengan semua orang tentu sangat baik. Tuhan pun menghendaki setiap umat senantiasa hidup dalam kebersamaan yang penuh kasih. Namun lain ceritanya jika hubungan yang baik itu hanya sebatas kulit. Apalagi jika kebaikan kita hanya sebuah cara untuk mengambil hati guna mencari keuntungan bagi diri sendiri. Lebih mulia menegakkan kebenaran dan keadilan sekalipun tidak memberi keuntungan. Karena keuntungan sejati adalah anugerah Tuhan saja. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YOHANES 14:1-14
Bacaan Setahun: Wahyu 19-20
Nas: "Ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." (Yohanes 14:4)
Mengetahui Jalan ke Situ
Mengakhiri 2021 lalu, saya bersama istri memutuskan untuk mengunjungi salah satu objek wisata di Yogyakarta. Meski tidak tergolong objek wisata baru, tetapi saya sendiri belum pernah ke sana. Namun, istri saya sudah mendahului beberapa bulan sebelumnya bersama rekan-rekan kerjanya. Alhasil, perjalanan kami hari itu menjadi lebih mudah, karena istri saya sudah paham jalan menuju ke lokasi wisata itu. Maklum, saya pernah tersesat ketika hendak menuju ke tempat wisata karena kondisi jalan yang terlihat mirip, ditambah papan petunjuk lokasi yang minim.
Ketika berbicara soal "rumah Bapa", Yesus mengatakan kepada para murid-Nya mengenai jalan menuju ke surga yang seharusnya mereka ketahui (ay. 4). Namun, para murid-Nya tampak belum memahami maksud Yesus, sehingga muncul pertanyaan dari Tomas, "Bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Merespons pertanyaan ini, Yesus lantas menegaskan bahwa Dialah jalan menuju Bapa, di mana tidak seorang pun dapat datang kepada Bapa jika tidak melalui Yesus (ay. 5-6). Suatu kebenaran yang masih relevan hingga sepanjang zaman dan perlu kita sebarkan kepada mereka yang masih mencari-cari "jalan ke rumah Allah" yang sejati.
Kita percaya bahwa hanya ada satu jalan menuju Bapa dalam diri Yesus Kristus. Kini kita dipanggil untuk menunjukkan "jalan ke situ" kepada mereka yang masih berada di luar Kristus dan belum menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Maukah Anda mengambil bagian dalam panggilan itu, supaya banyak jiwa boleh diantar masuk dalam Kerajaan-Nya? --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: FILIPI 4:2-9
Bacaan Setahun: Wahyu 21-22
Nas: Jadi, akhirnya, Saudara-saudara .... (Filipi 4:8)
Kesimpulan
Sesuatu yang biasanya kita temukan pada akhir sebuah buku, proposal, perbincangan atau diskusi ialah kesimpulan. Kesimpulan memuat inti dari keseluruhan materi pembahasan. Walaupun pendek, kesimpulan itu sangat bermakna. Dari membaca atau mendengar suatu kesimpulan, kita dapat mengerti topik yang sedang dibahas.
Dari dalam penjara, Paulus menulis surat-surat untuk menguatkan iman jemaat. Salah satu surat itu ialah surat kepada jemaat di Filipi. Surat tersebut ditulis diawali dengan salam pembuka (Flp. 1:1-2), lalu ucapan syukur dan doa (Flp. 1:3-11). Selanjutnya, Paulus menuturkan kesaksian dari dalam penjara (Flp. 1:12-26). Lalu ada permintaan (Flp. 2:19-30) dan berbagai nasihat (Flp. 1:27-30, 2:1-18, 3-4:7). Sesudah semuanya itu Paulus memberikan kesimpulan yang diawali dengan kalimat, "Jadi, akhirnya, Saudara-saudara." Ada dua kesimpulan Paulus berikan. Pertama, mengenai pikiran. Semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, disebut kebajikan dan patut dipuji, hendaklah jemaat memikirkan semuanya itu. (ay. 8). Kedua, mengenai perbuatan. Apa yang jemaat telah pelajari, terima, dengar dan lihat dari Paulus, hendaklah jemaat melakukan hal-hal itu (ay. 9). Tidak lupa Paulus menyampaikan ucapan terima kasih (Flp. 4:10-20) dan salam penutup (Flp. 4:21-23).
Dari sekian banyak pesan yang Paulus tuliskan, kesimpulannya ada dua. Seolah Paulus hendak menyampaikan bahwa inti pembahasannya hanya dua, yakni pikiran dan perbuatan. Faktanya, memang kedua hal itulah inti kehidupan kerohanian kita. Dari sekian banyak materi rohani yang tertangkap oleh mata dan telinga, yang terpenting ialah menjagai pikiran agar selaras pikiran Kristus dan bertindak sesuai kehendak Kristus. Nah, sudahkah keduanya kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari? --LIN/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar