RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Ibrani 1-4
Nas: Ya Allahku, demi kesejahteraanku, ingatlah segala yang kubuat untuk bangsa ini. (Nehemia 5:19)
Meminta Upah
Kepada siapakah seorang hamba dapat menuntut hak atas jerih payah yang sudah ia lakukan? Tak lain dan tak bukan tentu kepada sang tuan, sang pemberi kerja. Tidak mungkin ia menuntut kepada orang lain. Hanya kepada sang tuanlah seorang hamba bergantung dan menaruh pengharapannya.
Demikian pula yang dilakukan Nehemia dalam mengemban tugasnya. Nehemia menyadari dirinya adalah orang berdosa dan ia memiliki rasa takut akan Allah. Atas dasar itulah ia tidak berani melakukan hal yang kejam dan tidak adil. Ia memiliki kepedulian besar terhadap penderitaan rakyat. Bahkan demi menyatakan kepeduliannya ia beserta saudara-saudara dan anak buahnya tidak mengambil bagian yang menjadi hak bupati. Nehemia hanya berharap agar Tuhan mengingat segala yang telah ia perbuat untuk bangsanya serta memberkatinya. Bukan berarti bahwa Nehemia merasa pantas mendapatkan bantuan atau upah dari Tuhan. Ia tidak sedang mengeklaim hadiah atas tindakannya yang dilakukan untuk Tuhan. Namun hal itu dilakukannya karena ia bergantung hanya kepada Tuhan.
Bagaimana dengan kita? Jika motivasi kita dalam bekerja adalah kemuliaan Tuhan, tentu kita bergantung hanya kepada Tuhan dan kepada-Nya saja menantikan berkat. Mengharapkan upah dari manusia menunjukkan bahwa kerja kita untuk Tuhan tidak disertai ketulusan. Karena itu, baiklah kita bertahan supaya tidak terbawa arus dunia yang lebih senang mencari sanjung puji manusia. Termasuk menjadikan media sosial sebagai sarana "pasang iklan" untuk mempromosikan diri supaya dihargai. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: YEREMIA 36:20-32
Bacaan Setahun: Ibrani 5-7
Nas: Setiap kali apabila Yehudi selesai membacakan tiga empat lajur, maka raja mengoyak-ngoyaknya dengan pisau raut, lalu dilemparkan ke dalam api yang di perapian itu, sampai seluruh gulungan itu habis dimakan api yang di perapian itu. (Yeremia 36:23)
Menolak Firman
Seorang teman saya mengaku, "Ketika mengucapkan Doa Bapa Kami dalam kebaktian, saya selalu diam dan melompati bagian 'dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami'. Saya sedang bermusuhan dengan seseorang. Ia menyakiti saya. Dan saya belum bisa mengampuninya."
Cara Raja Yoyakim lain lagi. Ia tidak suka mendengarkan isi firman Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Yeremia. Bahwa malapetaka mengerikan akan menimpa Yehuda, di mana raja Babel akan memusnahkan negeri yang dipimpinnya beserta penduduknya (ay. 29). Ia tidak menanggapi ajakan pertobatan yang disampaikan Yeremia. Ia malah mengoyak-ngoyak dan membakar habis gulungan firman itu. Ia juga memerintahkan agar Yeremia beserta Barukh, sang juru tulis ditangkap. Namun penolakan itu tidak menggagalkan firman Tuhan. Sesuai perintah Tuhan, Yeremia kembali mendiktekan firman itu dan Barukh pun menuliskannya. Tidak lama kemudian, firman itu pun digenapi (2Raj. 24).
Mark Twain, seorang penulis, berkata, "Bukan bagian-bagian Alkitab yang tidak saya mengerti yang mengganggu saya, melainkan bagian-bagian yang sungguh-sungguh saya mengerti dan sadari seolah tak masuk akal. Saya pikir, ini juga menjadi pergumulan kita. Bahwa firman Tuhan begitu terang dan jelas bagi kita. Tetapi kita bersikeras tidak menaatinya. Mungkin karena ia menegur dan mengoreksi kesalahan kita. Atau karena mematuhinya akan memaksa kita meninggalkan zona nyaman. Namun hendaknya kita ingat, bahwa menaati Tuhan tetaplah yang terbaik. Janganlah kiranya kita terus mengeraskan hati. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MATIUS 5:1-12
Bacaan Setahun: Ibrani 8-10
Nas: "Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." (Matius 5:12)
Standar Kebahagiaan
"Bagaimana saya bahagia kalau rumah saja masih kontrak?" "Kalau saya, tinggal di rumah kontrakan bahagia-bahagia saja, selama masih kumpul dengan anak-istri." "Sekalipun sudah punya rumah sendiri, kalau tidak punya penghasilan, bagaimana mau bahagiakan anak-istri?" "Penghasilan saya besar. Kebutuhan hidup tercukupi. Tapi saya tidak bahagia karena penyakit yang saya derita."
Apa patokan yang menjadi standar kebahagiaan? Setiap orang bisa memiliki standar yang berbeda satu dengan yang lain. Tercapainya sebuah harapan bahkan tak selalu menjamin terwujudnya kebahagiaan. Lalu, bagaimana standar kebahagiaan yang semestinya dihidupi orang percaya? Jangankan memiliki banyak uang, kebutuhan hidup tercukupi, atau bebas dari sakit-penyakit. Tuhan Yesus justru mengajar para murid untuk berbahagia sekalipun tidak berdaya, berdukacita, bahkan diperlakukan dengan tidak adil setelah melakukan yang benar. Tuhan Yesus menekankan bahwa kebahagiaan adalah milik orang yang rendah hati, mau melakukan yang benar melebihi hal lain, berbelas kasih, memiliki pikiran yang murni dan bekerja membawa damai.
Tuhan mengajak umat mengenal kemiskinan rohani, yakni kesadaran bahwa kita benar-benar membutuhkan Tuhan. Pun dukacita yang diperlukan untuk berbalik dari dosa menuju kebergantungan hidup kepada-Nya. Dengan hidup yang terus disucikan, kita melihat kehadiran Allah di tengah dunia. Dengan demikian kita akan beroleh kebahagiaan surgawi. Damai Bapa tinggal dalam hati kita, kita pun dapat membawa damai bagi sesama. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: FILIPI 4:4-7
Bacaan Setahun: Ibrani 11-13
Nas: Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:7)
Tidak Masuk Akal
Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, Paulus menasihatkan agar kita senantiasa bersukacita (ay. 4). Kemudian, disusul nasihat untuk berbuat kebaikan (ay. 5). Jika situasi kehidupan baik-baik saja, akan mudah melakukannya. Tetapi saat muncul pergumulan, rasanya tidak masuk akal. Di tengah pergumulan, mungkinkah tetap dapat bersukacita? Mungkinkah masih terpikir untuk berbuat baik kepada sesama?
Kunci menerapkan nasihat Paulus ada pada ayat berikutnya: "Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur" (ay. 6). Jadi setiap kali pergumulan menerpa, kita tidak khawatir, melainkan berdoa kepada Tuhan. Sebagai hasilnya, damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memenuhi hati dan pikiran kita (ay. 7). Tidak dapat dipahami di tengah pergumulan, kita tetap merasa damai. Tidak dapat dimengerti kita masih bersukacita dan giat melakukan kebaikan terhadap sesama.
Walau tidak masuk akal, kebenaran firman Tuhan tidak dapat disangkal. Walau sulit dipahami, janji Tuhan itu pasti. Jadi bila hari ini kita menghadapi pergumulan, alih-alih khawatir, mari berdoa kepada Tuhan! Biarlah damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal memenuhi hati dan pikiran kita. Di tengah pergumulan, tetap kita bersukacita dan bersemangat melakukan kebaikan kepada sesama karena percaya Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (lih. Rm. 8:28). --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: NEHEMIA 13
Bacaan Setahun: Yakobus 1-5
Nas: Lalu aku tiba di Yerusalem dan melihat kejahatan yang dibuat Elyasib untuk keuntungan Tobia, sebab bagi Tobia ini telah disediakannya sebuah bilik di pelataran rumah Allah. (Nehemia 13:7)
Teori Ikan Busuk
Dalam dunia kepemimpinan, dikenal istilah "teori ikan busuk", yang berbunyi, "ikan busuk dimulai dari kepala". Teori ini menegaskan besarnya pengaruh seorang pemimpin. Jika pemimpin hidup benar, maka anggotanya akan ikut benar. Begitu pun sebaliknya. Memang teori ini tidak seratus persen benar, tetapi orang-orang umumnya akan meniru pemimpinnya.
Ketika Nehemia kembali ke Yerusalem, ia menyaksikan kebobrokan umat Israel. Rakyat tidak lagi membawa persembahan ke Bait Allah, sehingga orang-orang Lewi berhenti melayani Tuhan dan harus bekerja di ladang mereka. Orang-orang bekerja di hari Sabat. Pria-pria mengawini perempuan asing dan anak-anak mereka meninggalkan identitas Yahudi mereka. Para pemimpin Yehuda juga hidup dalam dosa. Salah satunya ialah Elyasib. Ia adalah imam besar Israel yang korup dan kompromistis. Ia bersahabat dekat dengan Tobia, orang Amon yang tidak menginginkan kesejahteraan umat Allah. Bahkan Elyasib memindahkan berbagai perkakas demi menyediakan sebuah ruangan besar di pelataran Bait Allah bagi Tobia. Sikap kompromis itu juga diikuti salah seorang cucunya dengan menjadi menantu Sanbalat, orang Horoni, yang adalah musuh umat Allah.
Memang kesalahan komunitas tidak dapat ditimpakan hanya kepada satu orang. Kita juga tidak sepatutnya menuding orang lain sebagai alasan ketidaktaatan kita kepada Allah. Tetapi kita harus ingat, bahwa kita dapat memengaruhi orang lain secara positif maupun negatif. Kiranya kita tidak membawa keburukan dan kebusukan, melainkan kebaikan dan dorongan semangat untuk senantiasa menaati Tuhan. --HT/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: YEREMIA 10:1-16
Bacaan Setahun: 1 Petrus 1-2
Nas: "Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun tidak dapat." (Yeremia 10:5)
Bodoh tapi Sombong
Pernahkah Anda melihat orang-orangan sawah? Orang-orangan sawah adalah kayu yang dibentuk dan didandani sedemikian rupa sehingga menyerupai wujud orang. Ia dibuat untuk membantu petani menakut-nakuti burung di ladang atau sawah. Selebihnya, orang-orangan sawah tidak memiliki daya apa-apa. Jangankan bergerak dan melakukan sesuatu, berdiri saja ia harus ditopang!
Seperti orang-orangan sawah, demikianlah gambaran berhala. Berhala hanyalah patung buatan manusia, tidak memiliki daya apa-apa. Karena itu, Allah menyatakan bahwa penyembahan berhala merupakan suatu delusi (pikiran yang tidak berdasar, tidak rasional). Patung tidak memiliki sifat ilahi. Tidak dapat memberi perintah, nasihat, penghiburan apalagi pertolongan. Betapa bodoh dan sombongnya orang yang masih saja menyembah berhala. Bodoh karena memercayai dan menggantungkan hidup kepada patung yang tidak memiliki kekuatan apa pun. Sombong karena meyakini hasil ciptaannya berdaya luar biasa, menandingi kuasa Allah.
Di zaman ini mungkin kita tidak menyembah berhala dalam wujud patung. Tetapi kebodohan dan kesombongan belum beranjak dari hati jika kita masih mendewakan dan menggantungkan hidup pada berhala-berhala modern. Uang, paras, pekerjaan, jabatan, usaha, ideologi, sistem ekonomi bahkan agama. Terlebih jika demi meraih capaian sesuai keinginan kita tega memeras, menindas, melukai bahkan melenyapkan sesama. Bagaimanapun, Allah adalah prioritas utama dalam hidup Kristen. Jangan sampai kita dibunuh oleh kebodohan dan kesombongan diri. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar