RENUNGAN HARIAN
Bacaan: YOHANES 12:37-43
Bacaan Setahun: 2 Petrus 1-3
Nas: Sebab mereka lebih menyukai kehormatan manusia daripada kehormatan Allah. (Yohanes 12:43)
Demi Kehormatan Siapa?
Firman Tuhan dengan tegas menunjuk sikap beberapa orang pemimpin yang takut dikucilkan oleh kelompoknya adalah sikap yang lebih suka akan kehormatan manusia. Sebagian orang mengurungkan niatnya untuk memercayai Tuhan karena lebih takut kehilangan hormat dari manusia.
Shannon Rule, seorang aktivis Kristen yang pernah mengalami pengucilan dan tekanan, dalam doanya berucap, "Tuhan, biarkanlah orang-orang melihat-Mu dalam diriku, kosongkanlah diriku. Jangan biarkan orang-orang memandangku sebagai orang yang menjijikkan atau kasar." Sesaat setelah berdoa, ia mendengar suara hatinya berkata, "Sebagian orang merasa sikap Yesus menyakitkan hati dan kasar. Coba hitung, berapa orang yang mengundurkan diri karena menganggap ajaran-Nya keras?" Teguran itu lalu mengubah doanya. "Jika begitu Tuhan, buatlah semua orang menyukaiku, " pinta Shannon. Lagi-lagi ia mendengar suara, "Kenyataannya, sekalipun Yesus terus berbuat baik, orang-orang tetap memusuhi-Nya!" Tersadar dengan teguran ini Shannon pun berdoa, "Tuhan, aku rindu mematuhi-Mu. Sertailah aku dalam setiap hubunganku. Biarkan aku mencintai sesamaku, seperti aku mencintai-Mu. Dimuliakanlah nama-Mu! Amin."
Tak seorang pun ingin dimusuhi, tiap orang ingin dihargai. Itulah sebabnya kita sering kali rela membayar dengan harga mahal demi mencari kehormatan manusia. Bahkan doa-doa kita pun selalu menyebut supaya kita dihindarkan dari orang-orang yang punya maksud jahat, dsb. Ketika hanya memfokuskan keinginan hanya untuk diri sendiri, maka hal itu akan sulit terpenuhi. Jika kita ingin mendapat penghormatan Tuhan, mematuhi kehendak-Nya adalah hal yang utama. Jika ingin sikap orang lain berubah, maka kita perlu mengubah terlebih dahulu diri kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 1 TAWARIKH 23
Bacaan Setahun: 1 Yohanes 1-3
Nas: "Mereka harus melakukan pemeliharaan Kemah Pertemuan serta tempat kudus dan harus melayani anak-anak Harun, saudara-saudara mereka, untuk menyelenggarakan ibadah di rumah TUHAN." (1 Tawarikh 23:32)
Bersinergi
Jika boleh memilih, sebagian besar orang tentu lebih suka posisi sebagai pemimpin. Supaya punya hak untuk mengatur, sehingga bisa main suruh kepada mereka yang dipimpinnya. Sementara dirinya sendiri, bisa bebas berlaku sesukanya. Lain halnya jika tidak berkedudukan. Setiap hari harus menjalankan perintah, tidak dapat menolak tugas yang diberikan.
Sekembalinya Israel dari pembuangan, Daud merencanakan pembangunan kembali Bait Allah. Ia menghitung orang Lewi yang siap diikutsertakan bagi tugas pembangunan dan penyelenggaraan ibadah di dalamnya. Daud juga membagi mereka menurut keperluannya. Ada yang mendapat tugas pengawasan dan pengorganisasian, ada pula yang bertugas dalam penyelenggaraan ibadah. Tugas mereka diatur menurut kelompok asal dari keturunan Lewi. Mereka bersama bersinergi, melayani dengan serasi menurut bagian masing-masing.
Dalam pelayanan gerejawi, diperlukan pula pembagian tugas: sebagian bertugas sebagai pemimpin, sementara yang lainnya dipimpin. Sesungguhnya, kedudukan mereka sama: sama-sama hamba Tuhan. Semua memiliki tanggung jawab yang sama: sama-sama harus mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada Tuhan. Dengan demikian yang bertugas memimpin tidak bertindak semena-mena, yang dipimpin pun tetap mengerjakan bagiannya dengan sukacita. Tidak perlu dan tidak pantas rasanya jika pelayanan di gereja diwarnai perebutan posisi, sikap saling iri apalagi jika terselip motivasi mencari keuntungan diri. Semoga kita meneladan sikap Lewi yang bersinergi dalam melayani. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MATIUS 23:13-36
Bacaan Setahun: 1 Yohanes 4-5
Nas: "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dicat putih, yang sebelah luarnya memang indah tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan berbagai jeni (Matius 23:27)
Tulus di Hadapan-Nya
Lalat buah adalah hama utama yang menyerang bagian dalam buah-buahan, seperti belimbing, jambu, mangga dan lainnya. Karena tidak terlihat secara langsung, hama ini sulit dibasmi tuntas dengan insektisida. Keberadaannya sangat merugikan para petani karena panen yang berlimpah dan dari penampakannya berkualitas bagus malah tidak jadi sama sekali dengan tumbuhnya ulat yang merusak buah seutuhnya.
Demikianlah hidup kita yang nampak suci di mata orang banyak namun hati kita yang jauh dari Yesus tidak diperkenan oleh-Nya. Kecaman Yesus terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah teguran untuk kita juga sebagai orang percaya agar kita tidak hanya sekedar mementingkan untuk menampakkan kerohanian yang tinggi, namun dalam segala hal kita memelihara persekutuan dengan-Nya sehingga hidup kita selalu berpadanan dengan firman-Nya. Jangan sampai kita yang terus membenarkan diri malah kehilangan hadirat Yesus dalam keseharian kita sehingga kesuraman menghinggapi hari-hari kita meskipun kita sekilas terlihat beriman teguh dan mengerti betul firman-Nya.
Mari kita buka hati untuk Yesus sehingga dari hari ke hari kita semakin serupa dengan-Nya dengan perkataan dan perbuatan kita yang memuliakan nama-Nya. Ketika kita terlalu fokus kepada hal-hal rohani, tetapi kita tidak pernah mengalami Yesus dalam keseharian kita, predikat "orang suci" tidak akan dapat menutupi kehampaan amat sangat yang kita rasakan akibat Yesus yang meninggalkan kita. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 1 SAMUEL 2:27-36
Bacaan Setahun: 2 Yohanes 1 - Yudas 1
Nas: "Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang akan terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas: pada hari yang sama keduanya akan mati." (1 Samuel 2:34)
Menyikapi Teguran
Beberapa kali saya menyaksikan orang tua yang terlalu membela anak-anaknya. Ketika sang anak berkelahi dengan anak sebayanya, orang tua langsung membenarkan anaknya dan memarahi anak lain, tanpa sama sekali mempelajari duduk perkaranya. Ketika ada orang yang menegur kesalahan anaknya, sebagian orang tua malah tidak terima. Jika pola asuh demikian terus dilakukan, sang anak akan bertumbuh tanpa belajar bertanggung jawab serta tidak menghargai siapa pun.
Sepertinya begitulah Imam Eli membesarkan kedua putranya, Hofni dan Pinehas. Ia terlalu mengasihi mereka, namun dengan cara yang salah. Ia tidak menegur kesalahan mereka. Ia mengabaikan teguran banyak orang. Akibatnya mereka bertumbuh tanpa aturan. Tidak menghormati Tuhan. Tidak menghargai sesama. Tidak peduli soal kebenaran. Mereka hidup hanya demi kesenangan sendiri. Ironisnya, mereka adalah imam-imam Tuhan, yang bertugas mempersembahkan korban, menjadi perantara umat Israel dengan Allah.
Lalu Allah mengutus seorang nabi. Ia tidak lagi membawa teguran atau peringatan, melainkan penghukuman. Vonis sudah ditetapkan. Keluarga Eli tidak diperkenankan-Nya lagi untuk melayani mezbah. Bahkan kedua putranya itu akan mati di hari yang sama.
Tuhan memakai orang-orang di sekeliling kita; orang tua, teman, rekan kerja, hamba-hamba Tuhan, siapa saja untuk menegur dan memperingatkan kita. Melalui mereka, Allah ingin kita bertobat dan kembali menaati Tuhan. Namun jika kita mengabaikannya, maka sebenarnya kita telah memilih penghukuman-Nya. Kiranya kita belajar dari keluarga Eli, termasuk dalam mengasuh anak-anak kita. --Y/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YOSUA 14
Bacaan Setahun: Wahyu 1-2
Nas: "Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya." (Mazmur 18:31)
Menanti Janji Tuhan
Menanti janji Tuhan butuh proses disertai dengan doa dan kesabaran. Firman Tuhan dalam bacaan hari ini, mengisahkan seorang yang bernama Kaleb. Kaleb berusia empat puluh tahun ketika menerima janji Tuhan yang disampaikan melalui Musa, dan janji Tuhan itu digenapi ketika Kaleb berusia delapan puluh lima tahun.
Penantian selama empat puluh lima tahun tentu bukanlah waktu yang singkat. "Aku berumur empat puluh tahun, ketika aku disuruh Musa, hamba TUHAN itu, dari Kadesh-Barnea untuk mengintai negeri ini; dan aku pulang membawa kabar kepadanya yang sejujur-jujurnya. Sedang saudara-saudaraku, yang bersama-sama pergi ke sana dengan aku, membuat tawar hati bangsa itu, aku tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati" (ay. 7-8).
Dalam kurun waktu yang panjang ini, Kaleb tidak pernah sedetik pun meragukan janji Tuhan. Kaleb dengan sabar dan tekun menanti janji Tuhan tergenapi dalam hidupnya. "Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini" (ay. 10).
Jika penantian doa kita belum terjawab, jangan menjadi kecewa. Nikmati penantian itu sebagai ujian kesetiaan kita kepada Tuhan. Tetap berharap, bersyukur, dan bersukacita di dalam menunggu penantian itu. Terlebih, ketika kita sabar, taat, dan mengikuti Tuhan, sama seperti halnya Kaleb, percayalah kita pasti akan menikmati penantian yang berbuahkan berkat yang luar biasa dari Tuhan. --ESE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: YOHANES 10:40-42
Bacaan Setahun: Wahyu 3-5
Nas: Banyak orang datang kepada-Nya dan berkata, "Yohanes memang tidak membuat satu tanda mukjizat pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini memang benar." (Yohanes 10:41)
Tanpa Mukjizat
Banyak yang beranggapan bahwa jika kita dapat melakukan berbagai mukjizat, maka kesaksian dan pelayanan kita akan semakin efektif. Akan semakin banyak orang datang mendengarkan kita. Akan semakin mudah meyakinkan orang lain untuk mengikuti Tuhan. Namun pandangan ini juga bisa berbahaya. Karena merasa bahwa kita hanyalah orang biasa yang tidak dapat melakukan hal-hal spektakuler, maka kita seolah tidak punya kuasa ketika membagikan iman kita kepada orang lain. Kita menjadi minder alias tidak percaya diri serta enggan menyaksikan Tuhan kepada sesama.
Fakta menarik mengenai Yohanes Pembaptis ialah bahwa ia tidak pernah melakukan satu mukjizat pun di sepanjang pelayanannya. Padahal ia adalah utusan Allah yang istimewa dalam mempersiapkan kedatangan Sang Mesias. Ia berkhotbah tentang Kerajaan Allah, menyerukan pertobatan yang ditandai dengan baptisan atas pengampunan dosa, serta mengarahkan agar orang-orang mengikuti Kristus. Itulah isi pesan yang ia sampaikan dengan setia. Dan hasilnya, banyak orang percaya kepada Kristus.
Ini bukan hendak mengerdilkan peristiwa mukjizat, ataupun menentangnya. Sama sekali bukan. Karena jika Allah berkehendak, Dia bisa saja melakukan berbagai perbuatan ajaib melalui setiap orang percaya. Namun kenyataannya baik dalam catatan Alkitab maupun dalam hidup kita Allah lebih banyak memakai orang-orang biasa, dengan kemampuan yang biasa, untuk bersaksi tentang perbuatan Allah yang luar biasa. Kita hanya perlu setia dan taat menyebarkan kasih dan berita keselamatan di dalam Kristus, entah itu disertai mukjizat ataupun tidak. --HT/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar