RENUNGAN HARIAN
Bacaan: IBRANI 13:5-6
Bacaan Setahun: Yeremia 51-52
Nas: Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5)
Janji Penyertaan Tuhan
Andar sedang dilanda kesulitan keuangan setelah usaha ayahnya terguncang. Ia pun harus berhenti kuliah karena ayahnya tak lagi mampu membayar. Dalam kegalauannya, teman-teman komunitasnya di gereja digerakkan oleh Tuhan untuk menolongnya melalui pengumpulan uang. Uang yang terkumpul dipakai untuk biaya kursus Andar, juga untuk keperluan hidup sehari-hari. Andar sangat bersyukur karena Allah berkenan memakai teman-teman gerejanya untuk menolongnya melewati krisis dalam hidupnya.
Ketika firman-Nya berkata, "Aku [Allah] tak pernah membiarkan dan meninggalkan engkau, " cara Allah menggenapi firman itu bisa beragam. Terkadang bisa berupa ketenangan dalam hati dan pikiran, tetapi bisa pula berupa pertolongan dari sesama kita, seperti pengalaman hidup Andar. Janji firman tersebut, apabila direnungkan dengan sungguh-sungguh, dapat menguatkan iman, sehingga seseorang dapat berkata, "Tuhan adalah penolongku, apa yang perlu kutakutkan?" Jika iman semakin kuat, keyakinan terhadap pertolongan Allah pun takkan mudah digoyahkan.
Kesetiaan Allah sangat teruji sejak manusia dijadikan sampai hari ini. Tuhan Yesus pernah berjanji bahwa Ia akan menyertai umat-Nya sampai akhir zaman (Mat. 28:20). Jika Tuhan Yesus sendiri yang berjanji, seharusnya kita memercayainya. Sekiranya saat ini kita merasa khawatir akan kelangsungan hidup atau masa depan kita, ini waktu yang tepat untuk menguatkan kepercayaan kita kepada Allah. Pegang teguh janji firman-Nya dan nikmatilah indahnya hidup dalam penyertaan Allah! --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: HAKIM-HAKIM 6:33-40
Bacaan Setahun: Ratapan 1-2
Nas: Dan demikianlah diperbuat Allah pada malam itu, sebab hanya guntingan bulu itu yang kering, dan di atas seluruh tanah itu ada embun. (Hakim-hakim 6:40)
Meminta Petunjuk-Nya
Pemilihan Tuhan atas Gideon untuk menyelamatkan bangsa Israel dari orang Midian dan orang Amalek membuatnya masih ragu, namun ia tidak segan meminta tanda dari-Nya, yakni guntingan bulu domba yang basah oleh embun tetapi tanah sekitarnya kering. Setelah Tuhan mengabulkan permintaannya itu, Gideon meminta yang terjadi sebaliknya. Tetapi alih-alih murka terhadapnya, Tuhan meluluskan kemauannya untuk menguatkan panggilan-Nya terhadapnya.
Tuhan bukanlah Pribadi yang jauh tinggi di atas sekedar memberikan kita perintah dan dengan ketus menghukum jika kita tidak menaati-Nya, melainkan ketika hati kita masih tidak memercayai-Nya, kita bebas untuk menanyakan lagi, bagaikan berdiskusi dengan sahabat karib dan suara-Nya yang lembut akan menegaskan kehendak-Nya atas hidup kita.
Keterbatasan kita sering kali mengaburkan kuasa-Nya yang hendak bekerja dengan dahsyatnya atas diri kita, tetapi kalau kita senantiasa melekat kepada Tuhan, kita akan tahu pasti bahwa urapan-Nya atas kita tidaklah salah dan dengan kekuatan dari-Nya niscaya kehendak-Nya menjadi ya dan amin.
Semua keraguan yang kita bawa dalam doa dan pergumulan yang kita sampaikan dari hati ke hati dengan Tuhan, tidak akan sia-sia. Allah Yang Maha Pengasih akan menggantikan ganjalan dalam hati yang mematahkan semangat kita, menjadi semangat yang berkobar, mantap untuk melangkah maju meraih hidup yang berarti bagi-Nya. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: YEHEZKIEL 36
Bacaan Setahun: Ratapan 3-5
Nas: "Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya." (Yehezkiel 36:27)
Tidak Menang Sendiri
Sebagai seorang ibu, sering kali saya merasa tidak tega, bahkan marah ketika melihat orang lain memarahi anak saya. Jangankan orang lain yang tak memiliki pertalian darah/hubungan keluarga, melihat anak saya dimarahi oleh ayahnya saja saya tidak rela. Namun, saya merasa baik-baik saja ketika saya memarahi anak saya. Namun rupanya bukan hanya saya, melainkan banyak teman juga bersikap demikian.
Beruntung Allah kita bukan Pribadi yang mau menang sendiri. Sekalipun Allah memberi ketetapan yang harus dilakukan umat-Nya, Dia tidak melakukannya atas dasar keinginan untuk menang sendiri. Allah tidak memanfaatkan kuasa-Nya untuk menindas manusia, apalagi mengambil untung dari mereka. Allah hendak melakukan pekerjaan yang baik dalam diri manusia. Membersihkan manusia dari kecemaran dosa kenajisan, memberi hati yang baru, yakni hati yang taat, hati yang lemah lembut. Allah juga memampukan manusia melakukan ketetapan-Nya dengan memberi Roh-Nya diam dalam batin manusia. Kesemuanya ini bahkan diberikan-Nya bukan karena manusia layak mendapatkan pemulihan. Bukan pula karena manusia telah melakukan kebaikan. Allah melakukannya semata-mata karena kekudusan-Nya.
Ketetapan Allah tak selalu mudah dilakukan. Namun bukan tidak mungkin, karena Allah membekali manusia dengan Roh Kudus yang siap menolong. Semoga hati kita menanggapi setiap pekerjaan Roh Kudus dengan rela dibentuk menjadi manusia baru yang berhati lembut dan taat. Terlebih mengingat maksud Allah dalam melakukannya adalah demi kebaikan kita. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: YOHANES 5:1-9
Bacaan Setahun: Yehezkiel 1-4
Nas: Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, "Maukah engkau sembuh?" (Yohanes 5:6)
Kabar dari Betesda
Pria tersebut "telah lama dalam keadaan itu". Keadaan apa? Sudah tiga puluh delapan tahun ia sakit, tak ada yang mau menolong, hingga ia kehilangan semua peluang untuk sembuh (ay. 5, 7). Derita dan kekecewaan berkepanjangan membuatnya hancur, putus asa. Kepada Tuhan, ia tuturkan kemalangannya, namun tak sepatah pun ia menyatakan harapan (ay. 7). Kenapa? Ia merasa, kesembuhan hanya ada bagi orang lain, bukan untuknya. Di hatinya, harapan telah padam, dan ia takut berharap. Baginya, harapan hanya melukai hati.
Kepada pria remuk yang kehilangan harapan dan takut berharap itulah, Tuhan bertanya, "Maukah engkau sembuh?" Rupanya, Tuhan tak sekadar bertanya apakah pria itu mau (tidak menolak) sembuh, tetapi apakah ia mau mengingini kesembuhan, apakah ia mau berharap menjadi baik. Tak sekadar menawarkan kesembuhan, tetapi menguji apakah dia masih memiliki semangat untuk sembuh, harapan untuk menjadi baik kembali. Dengan cara-Nya, Tuhan memantik hati pria itu agar api harapan kembali menyala.
Kepada mereka yang remuk, yang merasa tak berpeluang lepas dari petaka, merasa terkucil dari yang baik, kehilangan harapan, bahkan takut berharap, peristiwa Betesda mengabarkan bahwa Tuhan selalu datang bertanya, "Maukah engkau sembuh?" Selalu datang memantik harapan. Maka, berharap menjadi baik adalah hal yang masuk akal, bukan hal menakutkan apalagi melukai. "Maukah engkau sembuh?" adalah ajakan untuk berani mengharapkan yang baik. Dan, Tuhan sendirilah yang mengajak, bukan pihak lain. Adakah ajakan Tuhan itu punya arti? --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 2 SAMUEL 5:1-5
Bacaan Setahun: Yehezkiel 5-9
Nas: Maka datanglah semua tua-tua Israel menghadap raja di Hebron ... kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel. (2 Samuel 5:3)
Penggenapan Penuh
Seorang pemuda tergeletak kesakitan karena digigit ular. Ia lalu ditolong oleh seorang kakek. Tidak disangka, pemuda itu adalah saudagar kaya. Kepada kakek, ia menjanjikan 20 keping emas. "Padaku ada lima, sisanya kuberikan nanti, " janjinya. Beberapa hari kemudian, pemuda itu kembali. "Ini 15 keping sisanya, " katanya. Kakek itu terharu, "Tak kusangka kau kembali, padahal lima keping emas saja sudah cukup untukku."
Di usia muda, Daud diurapi Samuel menjadi raja atas Israel (1Sam. 16:13). Sesudah hari pengurapan itu, Daud tidak langsung naik takhta. Pengurapan ibarat janji Tuhan. Ketika Daud melangkah menuju pintu penggenapan janji, ia menemukan bahwa jalan-jalan di sana tidak mulus. Saul dan pasukannya tidak henti-hentinya memburu Daud. Seperti telur di ujung tanduk, nyawa Daud sangat terancam. Tetapi Tuhan tidak melupakan janji-janji-Nya. Dengan cara-cara ajaib, diluputkan-Nya si penerima janji itu dari para pengejarnya. Sampai di satu titik, Daud berhasil menjadi raja atas Yehuda, satu suku di Israel (2Sam. 2:1-4). Faktanya, Tuhan bukan Pribadi setengah jalan! Penggenapan janji Tuhan tidak pernah berkurang dari isi janji itu sendiri. Pada akhirnya, Tuhan menjadikan Daud sebagai raja atas seluruh Israel (ay. 3).
Janji Tuhan bukan janji sembarang janji. Begitu janji itu terucap dari mulut-Nya, itu sudah sepaket dengan waktu penggenapannya. Jangan dulu berpuas hati andaikan sekarang ini kita baru mengecap nikmatnya kemasan dari janji-janji Tuhan. Sebaliknya, rindukan penggenapan penuh dari janji-janji-Nya yang akan digenapkan tepat pada waktu-Nya! --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MAZMUR 27
Bacaan Setahun: Yehezkiel 10-13
Nas: Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. (Mazmur 27:4)
Selalu Rindu
Ketika cucunya datang, seorang kakek membelikan makan siang berupa nasi bungkus di warung tetangga. Sejak itu, setiap akhir pekan si cucu merajuk kepada sang ayah supaya berkunjung ke rumah sang kakek. Rupanya, hal itu ia lakukan supaya ia dibelikan nasi bungkus lagi. Ia bahkan bisa menghabiskan dua bungkus dalam sekali makan. Hafal kegemaran cucunya, sang kakek selalu membelikan nasi bungkus itu setiap kali cucunya datang, atau ketika sang kakek berkunjung ke rumah cucunya. Herannya, si cucu tak pernah merasa bosan.
Daud memiliki kerinduan untuk diam di rumah TUHAN. Ia rindu memiliki persekutuan yang konstan dengan Allah. Bukan sekadar singgah semalam layaknya seorang pengembara, atau tinggal untuk sementara waktu sebagai pelayan, melainkan tinggal di sana seumur hidupnya, sebagai anak-anak dari Sang Bapa. Daud merasa bahwa kebutuhan utama dalam hidupnya adalah Tuhan. Daud memercayakan hidupnya kepada Tuhan karena ia yakin, Tuhan adalah perlindungan sejati.
Adakah Tuhan menjadi kebutuhan utama dalam hidup sehingga ada kerinduan mendalam untuk senantiasa dekat dengan-Nya seperti Daud? Apakah kita merasakan penyertaan Tuhan dalam setiap kehidupan yang kita jalani? Semoga bukan hanya kesaksian Alkitab yang membuat kita mengetahui akan berkat dan penyertaan Tuhan, melainkan juga pengalaman perjumpaan pribadi kita dengan-Nya. Karena kehadiran-Nya senantiasa dipenuhi rahmat, kuasa dan janji berkat. Ia selalu bersedia mendengar setiap doa, menjadi kekuatan hidup orang percaya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar