RENUNGAN HARIAN
Bacaan: LUKAS 18:9-14
Bacaan Setahun: Hosea 1-6
Nas: "Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini." (Lukas 18:13)
Farisi Modern
Bertahun-tahun ketika membaca perumpamaan Yesus mengenai doa orang Farisi dan pemungut cukai, saya menempatkan diri sebagai pemungut cukai. Saya tidak banyak melakukan pelanggaran besar. Di sisi lain, sering saya merasa telah berdoa memohon pengampunan atas semua dosa saya, tanpa menyebutnya secara jelas dan spesifik. Belakangan saya baru menyadari bahwa yang saya akui sebenarnya "dosa" yang cukup aman. Saya menempatkan diri sebagai pemungut cukai karena merasa diri baik-baik saja di hadapan Tuhan. Kenyataannya, saya adalah Farisi modern.
Tuhan menyadarkan saya bahwa sesungguhnya saya patut dikasihani. Tatkala memberanikan diri memeriksa perilaku dan hati, harus saya akui bahwa dosa saya tidak terhitung banyaknya. Kelicikan hati membuat saya mudah berkelit, membela diri, dan menyembunyikan banyak dosa. Mengambil posisi sebagai pemungut cukai adalah salah satu cara menyembunyikan diri. Doa saya tidak tulus dan menjadi sarana untuk membenarkan diri di hadapan Tuhan. Hanya oleh belas kasihan Tuhan saja, selama ini hidup saya tetap terpelihara dalam Tuhan.
Doa pengakuan dosa seharusnya didasarkan pada malu, takut, dan rasa bersalah kepada Allah Yang Mahakudus. Tiada apa pun yang dapat kita banggakan di hadapan Tuhan. Di lain pihak, Ia menghargai hati yang hancur, penuh penyesalan dan keinginan kuat untuk bertobat. Tiada usaha apa pun yang kita dapat lakukan untuk menghapus dosa kita. Pengampunan dan belas kasihan Tuhanlah satu-satunya yang membebaskan kita dari segala dosa. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 1 SAMUEL 20
Bacaan Setahun: Hosea 7-14
Nas: Yonatan berkata kepada Daud: "Apa pun kehendak hatimu, aku akan melakukannya bagimu." (1 Samuel 20:4)
Sahabat Sejati
Kesibukan pelayanan kadang membuat saya jenuh dan gampang stres. Hal biasa yang saya lakukan ialah menelepon sahabat saya untuk berbagi cerita dan saya baru lega ketika saya cerita dan saya merasakan lega ketika sahabat ini mendoakan saya di masa-masa yang melelahkan ini.
Daud memiliki sahabat yang setia, dialah Yonatan. Walaupun Daud bermusuhan dengan Saul, ayah Yonatan, tapi tetaplah kasih Yonatan pada Daud tidak berkurang. Saul hendak membunuh Daud (ay. 1) karena popularitas Daud semakin meningkat pasca ia diurapi jadi raja. Yonatan tahu bahwa ayahnya hendak membunuh Daud. Kabar ini didengar saat Yonatan makan malam dengan Saul (ay. 25-34), sedangkan Daud bersembunyi dari kejaran Saul sebelumnya (ay. 24). Ada hal yang unik, "Yonatan bersusah hati karena Daud, sebab ayahnya menghina Daud" (ay. 34). Akhirnya Yonatan menyuruh Daud pergi untuk menghindar (ay. 41-42) sebab nyawanya dalam bahaya. Sekalipun Yonatan sebagai putra mahkota sadar bahwa Daud bisa merebut singgasana yang secara hierarki dunia adalah haknya, tapi ia memandang bahwa persahabatan lebih penting daripada kekuasaan.
Adakah kita memiliki sahabat-sahabat di masa sulit, yang kehadirannya dapat memberi umpan balik kepada kita bahkan rela menasihati di saat kita membutuhkan bantuan? Kadang kala di masa sulit, kita bisa mengambil keputusan yang keliru, kita menjadi sembrono dan tidak bijaksana. Namun, ketika kita memiliki sahabat, kita merasa ada yang menopang dan kuat kembali. Milikilah persahabatan rohani yang sehat sehingga kita menjadi pengikut Kristus yang saling menguatkan. --YDS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MATIUS 5:21-26
Bacaan Setahun: Yoel 1-3
Nas: "... pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu." (Matius 5:24)
Tidak Terhubung
Tentu sebal bila saat berbicara di telepon, tiba-tiba jaringannya mati. Kita tidak lagi terhubung dengan si pendengar. Kita berbicara, tetapi si pendengar tidak mendengar kata-kata kita. Tetapi ketika kita bertemu langsung pun, bisa tetap tidak terhubung. Mungkin kita berbicara kurang keras jadi si pendengar kurang mengerti maksud pembicaraan kita. Atau saat kita berbicara, si pendengar sibuk melihat telepon genggamnya atau memandangi orang-orang di sekelilingnya. Perkataan kita masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
Hal serupa dapat terjadi saat berbicara kepada Tuhan. Kita merasa "tidak terhubung". Kita berdoa, tetapi doa-doa kita seolah tidak sampai ke telinga Tuhan. Buru-buru kita menyalahkan Tuhan. Kita menuding "gangguan jaringan" tersebut karena Tuhan tidak mau mendengarkan baik-baik perkataan kita. Padahal, gangguan bersumber pada diri kita sendiri! Kita tidak "terhubung" dengan Tuhan karena belum berdamai dengan sesama. Mungkin terjadi perselisihan atau dalam hati tersimpan kemarahan dan kebencian. Mungkin kita sudah berbuat kesalahan, namun enggan meminta maaf. Atau sebaliknya kita berkeras hati tidak mau memaafkan kesalahan orang lain.
Telinga Tuhan tidak kurang tajam untuk mendengar kata-kata kita. Kalau sampai "tidak terhubung" terjadi, maka "gangguan jaringan" disebabkan sikap hati kita belum beres. Jadi Tuhan memilih sengaja tidak mendengar apa yang kita ucapkan. Sebelum lanjut berbicara kepada Tuhan, lenyapkan "gangguan jaringan" dengan pergi berdamai. Mari membuang kebencian dan kemarahan. Apabila sadar sudah berbuat kesalahan, mari meminta maaf. Lalu, bersedialah untuk memaafkan kesalahan orang lain, walaupun mungkin orang itu tidak datang meminta maaf kepada kita. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MAZMUR 90:1-12
Bacaan Setahun: Amos 1-5
Nas: Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. (Mazmur 90:12)
Momen Ulang Tahun
Dewasa ini, rasanya hampir semua orang memperingati hari kelahiran mereka. Sebagian merayakannya dengan sederhana, mungkin hanya berdoa dan makan bersama keluarga. Yang lain merayakannya dengan keluarga besar, teman-teman dan sahabat. Tapi sebenarnya, apa makna dari semua peringatan itu?
Dalam Alkitab, hanya dua tokoh yang dicatat merayakan ulang tahun, yakni Firaun, raja Mesir (Kej. 40:20) serta Raja Herodes (Mrk. 6:21). Firaun merayakannya dengan membuat perjamuan untuk semua pegawainya, namun sekaligus menghukum mati kepala juru roti atas kesalahannya. Herodes juga mengadakan perjamuan buat para pembesarnya. Namun pesta itu juga menjadi kematian bagi Yohanes Pembaptis sesuai permintaan putri Herodias setelah tariannya menyenangkan sang raja. Kedua kisah ini bahkan membuat sekelompok orang Kristen menolak perayaan ulang tahun. Lalu, bagaimana sikap kita?
Dalam Mazmur ini, Musa mengajak kita menyadari bahwa hanya Allah saja yang kekal. Sebaliknya, manusia adalah makhluk yang usianya sangat pendek. Hanya sesingkat satu giliran jaga malam. Seperti sekejap mimpi. Seperti rumput yang mudah layu. Karenanya kita diajak memohon agar Tuhan mengajari kita menghitung hari-hari kita. Agar kita dapat mempergunakan hidup yang singkat ini dengan bijaksana. Memakainya dengan efektif, yakni mengerjakan kehendak Allah. Momen ulang tahun adalah salah satu kesempatan bagi kita untuk merenungkan hal ini. Apakah kita telah, sedang dan akan menggunakan hidup kita untuk memuliakan Tuhan? Kiranya kita selalu meminta tuntunan-Nya dalam menggunakan waktu yang masih kita miliki. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: ESTER 2:19-23
Bacaan Setahun: Amos 6 -Obaja 1
Nas: Tetapi perkara itu dapat diketahui oleh Mordekhai, lalu diberitahukannyalah kepada Ester, sang ratu, dan Ester mempersembahkannya kepada raja atas nama Mordekhai. (Ester 2:22)
Rencana Jahat yang Ketahuan
Pernahkah Anda sedang asyik membicarakan seseorang, lantas orang yang sedang Anda bicarakan ternyata mendengar isi pembicaraan tersebut? Situasi yang masih bisa diterima jika isi pembicaraan terkait hal yang positif. Namun, jika isi pembicaraan adalah keburukan orang tersebut, terlebih fitnah, sangat mungkin akan timbul kemarahan dari orang yang dibicarakan. Saya pernah mengalaminya. Peristiwa kecil yang membuat saya lebih berhati-hati jika hendak membicarakan orang lain, bahkan sedapat mungkin saya hindari.
Hari itu, pembicaraan dua orang penjaga pintu terdengar oleh Mordekhai yang sedang duduk di pintu gerbang istana raja. Kedua penjaga itu mungkin tak menyangka bahwa pembicaraan rahasia mereka yang termasuk rencana jahat, didengar oleh Mordekhai, sosok yang dekat dengan Ratu Ester. Rencana jahat itu pun terbongkar setelah pihak istana menyelidiki, lalu kedua orang tadi menerima hukuman mati. Sementara, jasa Mordekhai ditulis dalam kitab sejarah, karena ia telah melakukan tindakan penting yang menyelamatkan nyawa Raja Ahasyweros.
Pesan apakah yang dapat kita pelajari dari kisah Mordekhai tadi? Pertama, jangan pernah membahas rencana jahat karena kalau Tuhan tidak berkenan, Ia dapat membuat orang lain mengetahui rencana itu, yang mendatangkan masalah bagi kita. Kedua, jadilah berani saat mendengar ada rencana jahat dengan melaporkannya pada orang yang tepat. Meskipun hal itu mungkin akan berisiko, tetapi kita melakukan hal yang benar dan mungkin dapat menyelamatkan nyawa orang lain. --Obaja/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: ROMA 16:17-24
Bacaan Setahun: Yunus 1-4
Nas: Tetapi aku menasihatkan kamu, Saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka yang menimbulkan perpecahan dan batu sandungan, bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima. Hindarilah mereka! (Roma 16:17)
Membentengi Hati
Seorang kakek sibuk memotong dan membelah bambu. Selanjutnya, ia memaku bilah-bilah bambu itu, merangkainya menjadi pagar. Ia akan mempergunakannya untuk memagari pekarangan di sekeliling rumahnya. "Supaya ayam tetangga tidak masuk dan merusak tanamanku, " ujarnya.
Pada bagian akhir suratnya kepada jemaat Roma, Paulus mengingatkan agar jemaat waspada terhadap guru palsu. Sebab selain memberitakan ajaran palsu, mereka juga tidak melayani Kristus, melainkan perut mereka sendiri. Meski kata-kata mereka terdengar manis, hal itu hanyalah tipuan. Mereka membujuk rayu demi mencapai tujuan sendiri. Mengurangi pengajaran dan tuntutan hidup dalam kebenaran Kristus, menimbulkan perpecahan dan perselisihan.
Penyesatan belum berakhir. Iblis masih terus berusaha merongrong iman kita kepada Kristus melalui banyak cara, termasuk memakai hal-hal di sekitar kita. Mungkin, kita tidak dapat mengendalikan hal buruk yang datangnya dari luar. Namun, setidaknya kita dapat membentengi diri supaya segala hal yang buruk itu tidak masuk dan mengotori diri kita. Sulit, bahkan mustahil mengharapkan situasi dan kondisi dari luar selalu kondusif dan mendukung upaya pengudusan diri. Namun kita dapat menjaga hati supaya tidak mudah goyah atau tergoda. Supaya jangan sampai hal buruk dari luar mengendalikan kita, menggoyahkan kasih kita, sehingga kita pun turut berlaku buruk. Kristuslah tuan kita, tidak ada yang lain. Jagai hati dan pastikan supaya hanya Dia saja yang bertakhta dan memerintah dalam hati kita. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar