RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yehezkiel 17-19
Nas: Ia telah menerima pengajaran tentang Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (Kisah Para Rasul 18:25)
Area Buta Apolos
Jendela Johari adalah teknik yang digunakan untuk membantu orang lebih memahami hubungan dengan diri dan orang lain yang lebih baik. Teori ini diciptakan tahun 1955 oleh dua psikolog Amerika, yakni Joseph Luft dan Harrington Ingham. Jendela Johari terdiri dari empat area. Pertama adalah area terbuka, yakni sifat atau kepribadian yang mudah dilihat oleh diri sendiri maupun orang lain. Kedua adalah area buta, yakni sifat yang tidak bisa kita identifikasi sendiri, namun dapat dilihat orang lain. Ketiga adalah area tersembunyi, yakni sifat yang sengaja kita sembunyikan, sehingga orang lain tidak mengetahuinya. Dan keempat adalah area misteri, yakni sifat yang baik kita maupun orang lain tak bisa mengidentifikasikannya.
Ternyata teori ini juga dapat diterapkan di berbagai bidang, termasuk dalam menilai pengetahuan seseorang. Ini terlihat dalam kisah Apolos, seorang Yahudi kelahiran Aleksandria, Mesir. Ia terpelajar, fasih bicara dan mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Ia telah menerima pengajaran tentang Yesus dan mengajarkannya dengan bersemangat, namun ternyata pengetahuannya belum lengkap. Syukurlah, Priskila dan Akwila dapat melihat area buta Apolos. Mereka pun mengajarnya dengan teliti, sehingga Apolos menjadi penginjil yang berani dan pembela iman Kristen yang andal.
Diperlukan kerendahan hati seperti Apolos untuk menerima koreksi dan bimbingan. Dan diperlukan hikmat serta kecintaan terhadap kebenaran untuk dapat bertindak seperti Priskila dan Akwila. Kita hendaknya mengikuti teladan mereka. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: LUKAS 17:11-19
Bacaan Setahun: Yehezkiel 20-21
Nas: Salah seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring. (Lukas 17:15)
Memahami Keheranan Yesus
Suatu ketika saya mengajak sembilan anak untuk makan bersama di sebuah restoran. Melihat mereka menikmati hidangan dengan lahap, saya merasakan kebahagiaan yang tak dapat terlukiskan dengan perkataan. Menariknya, setelah kami selesai makan dan bersiap untuk kembali ke rumah di mana lokasi kegiatan berpusat, hanya satu anak yang mengucapkan terima kasih secara langsung, sedangkan delapan anak lainnya bersikap biasa saja.
Setiap kali mengingat peristiwa itu, saya mengerti alasan keheranan Yesus ketika melihat hanya ada satu orang kusta yang kembali kepada-Nya setelah mendapati dirinya sembuh. Ia bahkan mengungkapkan rasa syukurnya dengan tersungkur di hadapan Yesus. Namun ironisnya, sembilan orang lainnya yang juga mengalami kesembuhan tidak pernah kembali untuk berterima kasih atas mukjizat yang Yesus kerjakan atas diri mereka. Jika dipikir sikap kesembilan orang itu memang keterlaluan, seolah mereka tak pernah diajarkan untuk berterima kasih atas kebaikan atau pertolongan yang orang lain berikan. Terlebih mereka menerima pertolongan yang tidak biasa, karena kesembuhan dari kusta dan setelah dinyatakan tahir, maka sanksi sosial pun akan terhapuskan dari kehidupan mereka.
Namun, tanpa sadar terkadang kita berlaku seperti sembilan orang kusta tadi dalam merespons kebaikan Tuhan yang pernah kita terima. Kita lupa berterima kasih, terutama ketika menerima berkat yang menurut kita biasa atau wajar dialami orang percaya. Padahal, jika Tuhan menarik berkat itu dari hidup kita, mungkin keadaan kita takkan pernah sama. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: YEREMIA 1:4-19
Bacaan Setahun: Yehezkiel 22-24
Nas: "... Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." (Yeremia 1:5)
Sebuah Tujuan
Di sekeliling kita ada aneka ragam barang. Semuanya dibuat untuk sebuah tujuan. Kursi untuk duduk, sendok untuk alat makan, sapu untuk membersihkan kotoran di lantai. Sebelum barang terbentuk, sudah ada "fungsi barang" di benak manusia. Jika apa yang dibuat manusia memiliki tujuan, tidakkah kita berpikir buatan Tuhan juga demikian? Ada tujuan Tuhan menciptakan kita. Sebelum kita ada, di benak Tuhan sudah terlintas maksud mengapa kita ada.
Yeremia ragu saat dipanggil oleh Tuhan. Ia merasa tidak pandai berbicara, pula masih muda (ay. 6). Berfirmanlah Tuhan kepada Yeremia, "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa" (ay. 5). Firman Tuhan "Aku telah mengenal engkau" menunjukkan sudah ada tujuan di saat Tuhan menciptakan Yeremia. Saat setiap bagian tubuh dibentuk di dalam rahim sang ibu, sudah ada sebuah maksud di benak Tuhan, yakni menetapkan Yeremia sebagai nabi. Yeremia harus membuka mulut menyampaikan nubuatan kepada bangsa-bangsa.
Pada kita juga sama. Faktanya, kita ada bukan hasil keisengan Tuhan! Untuk kejadian masing-masing kita, Tuhan menetapkan sebuah tujuan. Saat setiap bagian tubuh dibentuk dan diciptakan, di benak-Nya Tuhan merancangkan sebuah maksud yang indah. Mengetahui kebenaran ini, jangan lagi kita menyia-nyiakan kehidupan ini. Jangan jatuh bangun ke dalam dosa! Marilah kita gunakan waktu yang ada dengan bijaksana, untuk bekerja dan berkarya, menolong sesama dan melayani Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: ZEFANYA 2:1-3
Bacaan Setahun: Yehezkiel 25-28
Nas: Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN. (Zefanya 2:3)
Carilah Tuhan!
Seorang terdakwa tertunduk lesu menghadapi hukuman yang akan dijatuhkan kepadanya. Wajah terdakwa itu pucat, penyesalan besar dan ketakutan bercampur aduk, ketika sang hakim menjatuhkan hukuman dua puluh tahun penjara. Ia merasa bahwa hukuman itu sudah benar-benar menghancurkan hidupnya. Di matanya hanya tampak kegelapan, tak ada harapan, tak ada pertolongan, sudah tamat.
Seperti itulah keadaan umat Tuhan. Tetapi di mata Zefanya, sikap pasrah dan tanpa harapan adalah sikap yang tidak tepat saat menghadapi hukuman berat yang hendak ditimpakan Tuhan. Alih-alih merasa hidup sudah tamat, Zefanya tetap mendorong umat untuk tetap mencari Tuhan. Hukuman yang akan menimpa memang berat, tetapi Zefanya tetap percaya bahwa dengan merendahkan diri, mengaku dosa, dan bertobat, maka kasih karunia Tuhan akan datang. Di tengah ancaman murka Tuhan, Zefanya terus meminta umat Yehuda untuk berbalik dari dosanya dan mencari Tuhan.
Carilah Tuhan, carilah keadilan, carilah kerendahan hati! Ketiga himbauan ini menyiratkan betapa selama ini umat Tuhan telah berlaku sombong, acuh pada kebenaran dan menginjak-injak kebenaran. Mencari Tuhan tidak cukup ditandai dengan ritual agama yang kita lakukan. Mencari Tuhan artinya mengakui Tuhan satu-satunya Pribadi yang harus disembah, berhenti menindas orang lain, rendah hati, dan berlaku adil. Ada kalanya Tuhan "memukul" kita untuk menunjukkan betapa Ia sangat mengasihi kita. Tuhan memukul dengan maksud baik yaitu supaya kita sadar diri, kembali mencari wajah-Nya, belajar rendah hati, dan berlaku adil kepada sesama. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 2 TAWARIKH 36:22-23
Bacaan Setahun: Yehezkiel 29-32
Nas: Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini. (2 Tawarikh 36:22)
Menembus Sekat Kehidupan
Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, sering kali kita membatasi relasi kita hanya pada kelompok tertentu yang kita anggap sama dan sejalan dengan kita, dan mengusir mereka yang berbeda dengan kita. Adanya perbedaan suku, agama, ras, dan golongan tidak dipandang sebagai anugerah yang memperluas relasi kita, tetapi justru membuat kita semakin eksklusif. Tetapi dengan demikian, kita justru melupakan kenyataan bahwa kita adalah manusia yang sama.
Melalui Koresh, raja Persia, Allah menunjukkan kasih-Nya yang tanpa batas kepada umat-Nya. Sekalipun Koresh bukan termasuk ke dalam bangsa Israel, tetapi Allah menggerakkan hati Koresh untuk membangun rumah bagi-Nya dan membebaskan bangsa Israel. Melalui Raja Koresh inilah, Allah menyatakan kasih-Nya bagi seluruh umat manusia, bahwa kasih Allah yang tanpa batas tersebut mampu menembus sekat perbedaan di antara bangsa-bangsa. Koresh sendiri menjawab kasih Allah tersebut, dengan menerima tugas panggilan-Nya. Artinya, Koresh tidak melihat perbedaan-perbedaan yang ada sebagai hambatan kasih Allah. Tetapi dalam perbedaan itulah Koresh menunjukkan akan adanya kesediaan hati untuk digerakkan oleh Allah untuk memberi pertolongan.
Kasih Allah yang tanpa batas, mengajak kita untuk dapat juga menembus sekat-sekat yang kita buat. Kita diajak untuk menjawab kasih Allah tersebut dengan hadir bagi orang lain, termasuk kepada mereka yang berbeda. Karena dengan demikian, kita juga akan merasakan kasih-Nya. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MATIUS 25:31-46
Bacaan Setahun: Yehezkiel 33-36
Nas: "Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan." (Matius 25:35)
Kasih kepada Tuhan
Pak Man, berprofesi sebagai pegawai negeri. Namun ia gemar sekali bertani. Ia pekerjakan tetangga yang menganggur untuk menggarap sawah guna ditanami padi, cabai, semangka atau melon. Sayangnya, usaha pertaniannya sering gagal. Meski demikian, ia tak pernah kapok. Ia terus saja melakukannya. Banyak orang mencibirnya, "Enak-enak jadi pegawai negeri kok cari repot sampai terus merugi!" Siapa sangka jika Pak Man memiliki misi tersembunyi: menjadi jalan berkat untuk para tetangga.
Tuhan Yesus mengajar para murid tentang cara menunjukkan kasih mereka kepada-Nya. Bukan sekadar melalui pujian penyembahan, melainkan tindakan yang nyata kepada setiap orang yang membutuhkan. Memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan, memberi pakaian yang kedinginan, memberi tumpangan bagi pendatang, mengunjungi yang dipenjara dan merawat/menghibur yang sakit.
Di masa kini, diakonia tidak hanya dapat dilakukan secara karitatif (memberi bantuan secara langsung). Sebagai gereja kita dapat bekerja bersama melakukan diakonia transformatif, yang tidak hanya berfokus pada individu, melainkan pada kelompok masyarakat. Mengusahakan penyadaran dan mendorong mereka memiliki rasa percaya pada diri sendiri melalui pemberdayaan dan pengorganisasian. Melalui diakonia transformatif kita dapat menunjukkan kepedulian bagi mereka yang terdiskriminasi, tersingkirkan dan terbuang dari tatanan sosial dalam masyarakat. Memang penuh risiko. Namun, demi kasih kepada Tuhan, semoga kita terpanggil untuk terlibat di dalamnya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
& JPA VISION : "Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya" ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar