RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Amsal 24-27
Nas: "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam." (Kejadian 8:22)
Kembali Normal?
Saya selalu merasa kagum kala membaca kitab Kejadian. Tepatnya, kagum pada Allah sebagaimana yang dituturkan oleh narasinya. Allah yang Mahasempurna namun dapat merangkul ketidaksempurnaan dunia ciptaan-Nya yang berdosa ini dengan cinta dan kesetiaan yang tiada tara.
Semula, karena "tidak tahan" melihat kerusakan bumi akibat ulah jahat manusia, Allah menulahinya dengan air bah! (Kej. 6:5-7). Terkesan seolah-olah kemusnahan total akibat bencana itu bakal memberi harapan bagi datangnya dunia baru sesudahnya. Nyatanya tidak! Allah tahu, dunia tetap sama, manusia tetap jahat, dan potensinya untuk merusak dunia lagi tetap ada. Justru Allah yang "menyesuaikan diri"! Dia memutuskan tidak akan menulahi dunia lagi kendati segala ketidaksempurnaannya itu (ay. 21). Dalam segala perubahan plus dan minus yang silih berganti, kehidupan di dunia ini tetap berlangsung dalam limpahan kasih dan kesetiaan-Nya (ay. 22).
Akankah dunia yang dihajar virus Covid-19 ini kembali kepada kenormalan? Banyak pendapat meragukannya. Bukankah dampaknya jelas membuat hidup banyak orang tidak pernah sama lagi? Lebih mungkin pandemi ini akan menjadi endemi. Artinya, kita memang harus hidup dengannya. Alih-alih bermimpi kembali normal, kita harus merangkul kenyataan dengan perilaku yang berbeda. Perilaku yang lebih berdisiplin, lebih sadar dan peduli lingkungan, lebih beragama dengan murni dan berlandaskan akal sehat, seraya tetap percaya akan rahmat dan kebaikan Allah setiap hari. --PAD/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: MATIUS 18:21-35
Bacaan Setahun: Amsal 28-31
Nas: "Demikian juga yang akan diperbuat oleh Bapa-Ku yang di surga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (Matius 18:35)
Diampuni untuk Mengampuni
Ketika seseorang melukai kita, kita dapat menulisnya di atas pasir agar angin maaf berembus menghapus tulisan itu. Ketika sesuatu luar biasa baik terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak pernah hilang tertiup angin. Itulah petikan nasihat kuno namun relevan agar kita tidak mudah menyimpan kesalahan orang lain. Banyak mengingat kebaikan orang lain memudahkan kita memaafkan orang lain.
Jika 1 talenta senilai 6.000 dinar, 1 dinar senilai upah 1 hari kerja maka utang 10.000 talenta senilai 60 juta dinar, yang harus dibayar sedikitnya 166 ribu tahun bekerja. Bandingkan dengan utang 100 dinar saja. Itulah gambaran dosa kita yang sangat besar yang tidak dapat diampuni dengan upaya kita apa pun. Namun itu telah diampuni oleh raja yakni Bapa Surgawi. Kita harus mengampuni orang lain yang sudah pasti kesalahannya lebih kecil dari dosa kita yang telah diampuni Bapa kita di surga.
Menganggap diri lebih baik dari orang lain, merupakan pemupukan kesombongan diri yang merupakan halangan bagi kita untuk mengampuni orang lain. Kita adalah manusia dengan dosa sangat besar yang hanya dapat dan telah ditebus sangat mahal dengan darah Yesus. Kesalahan sesama kita menjadi tidak berarti dibanding utang dosa kita yang telah dibayar Yesus. Sehingga tidak ada halangan lagi bagi kita mengampuni sesama. Adakah kita belum mengampuni kesalahan sesama kita? Mari ingat kembali pengorbanan Yesus bagi penebusan utang dosa kita. --AWS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: Kisah Para Rasul 17:10-15
Bacaan Setahun: Pengkhotbah 1-4
Nas: Orang-orang Yahudi di kota itu lebih terbuka hatinya daripada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikia (Kisah Para Rasul 17:11)
Menyelidiki Kebenaran
Ada orang-orang yang tidak percaya begitu saja terhadap sebuah kebenaran yang diberitakan. Sejatinya mereka bukan menolak sebuah pemberitaan, namun mereka berinisiatif untuk menyelidiki kebenaran berita yang mereka dengar. Dan saat mereka menemukan jawaban atau kebenaran dari berita itu, maka mereka akan menerimanya dengan sukacita.
Alih-alih prihatin atau marah, Rasul Paulus justru memuji sikap orang-orang Berea sesaat setelah mereka mendengarkan pengajarannya. Orang-orang Berea memang dengan rendah hati menerima pengajaran Paulus, namun setelah itu mereka berupaya menyelidiki Kitab Suci untuk mencari kebenaran dari ajaran tersebut. Paulus memuji mereka sebagai orang-orang yang lebih terbuka hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika. Upaya menyelidiki Kitab Suci untuk membuktikan apakah sebuah pengajaran itu benar adalah tindakan yang bijaksana mengingat bahwa di masa itu begitu banyak pengajar-pengajar palsu yang memberitakan "Injil lain" yang berusaha menyesatkan murid-murid Kristus.
Kita belajar bagaimana bertindak rendah hati dan bijak terhadap setiap pengajaran firman yang kita baca dan dengar. Belajar rendah hati untuk jujur mengakui bahwa pemahaman kita akan firman Tuhan tidaklah sempurna dan kita membutuhkan pengajar-pengajar yang berkarunia. Pun di sisi lain kita diingatkan untuk berlaku bijak dan waspada terhadap setiap ajaran yaitu dengan menyelidikinya apakah hal itu sesuai kebenaran Alkitab atau ternyata menyimpang. Dengan pimpinan Roh Kudus, Ia akan menyatakan kebenaran sejati bagi hidup kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: LUKAS 15:1-3, 11-32
Bacaan Setahun: Pengkhotbah 5-8
Nas: Lalu bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, "Orang ini menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." (Lukas 15:2)
Mematahkan Stigma
Sejak kanak-kanak sampai SMP, Dodi bersekolah dan bermain bersama teman-teman sebaya. Dia dikenal sebagai pribadi yang baik. Setelah lulus SMP, Dodi putus sekolah dan harus bekerja di toko setiap hari. Walau tak sempat bermain, teman-teman sebaya dan juga para tetangga tetap menilainya baik. Namun, penilaian ini mendadak berubah ketika Dodi terbukti mencuri barang di rumah tetangga dan harus masuk penjara. Sejak saat itu, stigma "pencuri" terus dikenakan terhadap dirinya hingga kesempatan untuk bertobat seakan tiada lagi.
Pada waktu Tuhan Yesus melayani di tengah dunia, kecenderungan memberi stigma sesama juga sudah ada. Dalam bacaan saat ini, kita bisa melihat bagaimana orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengenakan stigma "pendosa" terhadap orang-orang yang perilakunya tidak sesuai dengan standar moral mereka. Itulah sebabnya mereka bersungut-sungut ketika melihat Yesus menerima, bahkan makan bersama para pemungut cukai dan "orang-orang berdosa". Rupanya, di mata orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, para pemungut cukai dan "orang-orang berdosa" itu sudah tidak mungkin lagi bertobat. Akan tetapi, melalui perumpamaan tentang anak yang hilang, Tuhan Yesus mengajarkan cara pandang baru bahwa kesempatan untuk bertobat masih terbuka lebar bagi mereka.
Oleh karena itu, mari, sesuai dengan identitas kita sebagai ciptaan baru di dalam Kristus, kita terus berjuang untuk mematahkan stigma yang selama ini kita kenakan terhadap sesama, termasuk mereka yang pernah sedemikian bersalah di mata kita. Dengan demikian, kita akan membantu para "pendosa" untuk bertobat dan mengalami pengampunan dosa. --YAP/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: MATIUS 8:28-34
Bacaan Setahun: Pengkhotbah 9-12
Nas: Mereka pun berteriak, "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Apakah Engkau kemari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?" (Matius 8:29)
Apa Urusan-Mu?
Seorang ibu menasihati anaknya yang selalu sibuk dengan gadget sampai larut malam agar jangan bergadang, tetapi anaknya marah dan mengatakan, "Apa urusan Mama? Mama terlalu mengurusi urusan orang!" Ia hanya ingin berurusan dengan kesenangannya sendiri, menolak berurusan dengan ibunya.
Setibanya di daerah orang Gadara, dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka berteriak, "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Apakah Engkau kemari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?" (ay. 29). Di dalam rumah ibadat di Kapernaum ada seorang yang kerasukan roh jahat, orang itu berteriak, "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Apakah Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah" (Mrk. 1:23-24).
Bagaimana dengan kita? Dalam surat Yakobus 2:19 tertulis, "Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan gemetar." Yakobus menyatakan, kalau hanya percaya bahwa Allah itu ada, apa bedanya dengan setan? Setan mengenal Allah dan gemetar tetapi tidak mau berurusan dengan Tuhan, karena mereka tidak mau menyembah dan menaati-Nya.
Karena itu selama hidup di dunia, kita harus berurusan dengan Tuhan secara benar, bukan supaya diberkati secara jasmani dan dilepaskan dari kesulitan hidup untuk memuaskan kepentingan diri sendiri; tetapi karena kita mengasihi Tuhan, bersedia mengubah karakter dan watak, ingin selalu melakukan kehendak-Nya dan menyenangkan hati-Nya, dan hidup hanya untuk kepentingan Tuhan. --IN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: DANIEL 12
Bacaan Setahun: Kidung Agung 1-4
Nas: "Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorang pun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya." (Daniel 12:10)
Memandang dengan Benar
Setiap hari Lin mengunggah foto di dinding media sosialnya. Melihat foto-foto Lin, banyak teman iri. Pikir mereka, betapa bahagianya menjadi Lin. Tidak seperti mereka yang harus menghabiskan waktu untuk bekerja, dengan penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer. Siapa sangka, jika jauh dalam hati Lin tidak sebahagia penampilan foto yang diunggahnya?
Kepada Daniel, malaikat Tuhan memberikan gambaran akhir zaman yang penuh penderitaan. Banyak orang akan mencoba menyelidiki peristiwa yang terjadi, tetapi usaha mereka sia-sia. Sebab Tuhan akan menguji dan memurnikan mereka. Orang jahat tidak akan mengerti, bahkan mereka akan terus berlaku jahat. Namun mereka yang bijaksana akan memiliki pengertian. Pemimpin yang bijaksana dan para pengajar hal baik dan adil yang akan bersinar selamanya. Karena itu Daniel pun diharapkan setia sampai akhir.
Seteru Allah akan terus berupaya menggagalkan keselamatan orang percaya. Hal ini akan membuat kejahatan di dunia semakin tak terkendali. Sementara para pelakunya seolah bebas menikmati hidup. Penuh bahagia, tanpa beban, bebas melakukan aksinya. Melihat yang demikian tentu sangat mudah melemahkan iman dan pengharapan, membuat kita mempertanyakan keberadaan dan kekuasaan Tuhan. Namun jangan lupa bahwa rencana Tuhan tak pernah gagal. Dia pasti akan menegakkan kebenaran dan keadilan sesuai cara-Nya. Kita hanya perlu memurnikan iman dan pengharapan kepada-Nya, sehingga kita dimampukan untuk mengerti setiap hal dengan cara pandang yang tepat. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
& Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar