RENUNGAN EDISI 24 JULI 2022 - JPA CHANNEL

JPA CHANNEL

JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS )

MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

Breaking News


Cari Blog Ini

Sabtu, 23 Juli 2022

RENUNGAN EDISI 24 JULI 2022

 RENUNGAN HARIAN





RENUNGAN SENIN
Bacaan: YUNUS 2

Bacaan Setahun: Mazmur 139-143

Nas: "Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus." (Yunus 2:7)


Ucapan Terakhir Betsie

Pada Perang Dunia II, Betsie dan Corrie ten Boom ditawan dalam kamp konsentrasi Ravensbruck. Keluarga ten Boom ditangkap karena menyembunyikan orang-orang Yahudi di kediaman mereka. Meski menderita di situ, keduanya tetap mengadakan ibadah bersama dan menguatkan sesama tawanan. Beberapa hari sebelum Corrie dibebaskan, Betsie meninggal karena sakit. Ucapan terakhirnya kepada adiknya sungguh menggetarkan hati, "Tidak ada lubang yang begitu dalam di mana Tuhan tidak hadir di situ."

Yunus memang berada dalam perut ikan karena alasan ketidakpatuhan pada panggilan Tuhan (ps. 1). Tetapi, apa pun, doa si nabi yang menyadari kesalahannya di pasal 2 ini, memberi pesan kuat tentang kesetiaan, kerahiman, dan kemahahadiran Tuhan yang tak terbatas. Kegelapan di dasar lautan dalam perut ikan tak sanggup mencegah Dia hadir. Tak menghalangi sebuah doa dipanjatkan ke hadirat-Nya. Di situ Yunus merasakan doanya didengar, bahkan ia merasa seperti sedang berdoa di Bait Suci (ay. 7). Jika Tuhan hadir, perut ikan yang menyeramkan pun tetap bisa berfungsi menjadi kapel yang menenteramkan jiwa.

Tak jarang hidup ini membawa kita ke tempat-tempat yang tak dikehendaki. Ada yang harus mendekam dalam tahanan, tidur di tenda pengungsian, berada di ruang operasi atau bangsal rumah sakit, bahkan ruang jenazah dari kekasih yang telah pergi. Kendatipun demikian, tempat-tempat itu tak pernah dapat menjauhkan kita dari Tuhan. Ketika hidup ini menggiring ke tempat paling bawah, itulah saat terbaik untuk menengadah ke atas-membisik doa-dan dikuatkan. --PAD/www.renunganharian.net

* * *
JANGAN BIARKAN KESUSAHANMU MENGHENTIKAN DOAMU,
TETAPI BIARLAH DOAMU YANG MENGHENTIKAN SUSAHMU.

* * *


RENUNGAN SELASA
Bacaan: MATIUS 6:25-34

Bacaan Setahun: Mazmur 144-150

Nas: "Karena itu, janganlah kamu khawatir tentang hari esok, karena hari esok mempunyai kekhawatirannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34)


Tuhan yang Pegang

Ira Forest Stanphill adalah penyanyi Kristen dan komposer lagu-lagu rohani. Tahun 1976 ia didiagnosis menderita kanker ganas yang telah menyerang seperempat dari otaknya. Diagnosis itu membuat dirinya hancur dan merasa hidupnya akan segera berakhir. Tetapi ia bangkit dari kegundahannya dan melangkah dengan mantap. Ia tetap teguh dalam imannya dan berserah kepada Tuhan.

Atas peristiwa yang dialami itu ia menciptakan sebuah lagu yang syair-syairnya begitu indah, menguatkan banyak orang di seluruh dunia. Penggalannya seperti ini, "Tak kutahu kan hari esok namun langkahku tetap. Bukan surya kuharapkan, karena surya kan lenyap. O tiada kugelisah akan masa menjelang, kuberjalan serta Yesus maka hatiku tenang ...." Stanphill masih hidup tujuh belas tahun setelah diagnosis itu. Ia tutup usia di tahun 1993 pada usianya yang kedelapan puluh tahun.

Betapa seringnya kekhawatiran menyedot energi kita, terutama saat mengalami masa-masa sulit. Tak sedikit yang semakin terpuruk atau melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Padahal sikap seperti itu adalah sikap bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan. Khawatir tidak salah tetapi dikuasai kekhawatiran itu yang bertentangan dengan Allah. Kekhawatiran tak pernah menyelesaikan masalah atau menambah sehasta dari jalan hidup kita. Sebagai orang percaya, seharusnya kita bersikap seperti Stanphill tidak terpuruk dalam pergumulan melainkan berkata, "Hari esok Tuhan yang pegang." --PRB/www.renunganharian.net

* * *
KITA TAK AKAN PERNAH KUAT MEMIKUL BEBAN
YANG SEBENARNYA TANGGUNG JAWAB ALLAH.

* * *


RENUNGAN RABU
Bacaan: Kisah Para Rasul 16:23-33

Bacaan Setahun: Amsal 1-5

Nas: Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya, "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!" (Kisah Para Rasul 16:28)


Kami Masih di Sini

Karena gempa itu, pasung yang membelenggu terlepas, dan semua pintu penjara terbuka (ay. 26). Paulus dan Silas bisa saja lari dari penjara. Tetapi, mereka memilih bertahan di sel mereka. Mengapa mereka melakukan itu?

Paulus dan Silas tahu, dijaga sangat ketat dan dipasung di sel paling dalam (ay. 23-24) menandakan bahwa mereka tahanan sangat penting. Jika mereka kabur, hal amat buruk pasti menimpa para petugas penjara. Untuk menjauhkan hal amat buruk itulah, Paulus dan Silas memilih tetap di sel mereka. Dan, itu benar! Ketika kepala penjara mengira Paulus dan Silas kabur, dia hendak bunuh diri (ay. 27). Rupanya ada risiko yang jauh lebih menakutkan ketimbang mati. Untunglah, Paulus dan Silas mencegahnya, "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!" (ay. 28).

Ketika sesama dilibat masalah, situasi bisa begitu rupa hingga dia sangat bergantung pada pertolongan kita. Hanya kita, walau kita bukan siapa-siapa baginya. Sebagai orang luar, sangat masuk akal jika kita memilih menghindar. Namun jika tindakan menghindar itu membuatnya tak punya peluang untuk lepas dari masalah, bukankah di titik itu kita perlu mengingat teladan Paulus dan Silas?

Jika kita memang memiliki sesuatu untuk menolong, Paulus dan Silas memberi teladan agar kita tidak menghindar dari masalah yang menimpa sesama, juga meski sebenarnya kita bebas-bahkan sangat masuk akal-untuk menghindar. Kita justru diundang untuk berkata seperti Paulus dan Silas, "Jangan khawatir. Kami masih di sini!" --EE/www.renunganharian.net

* * *
BERBAHAGIALAH ORANG YANG MENARUH BELAS KASIHAN
KEPADA ORANG YANG MENDERITA.-AMSAL 14:21B

* * *


RENUNGAN KAMIS
Bacaan: AMSAL 10:22-24

Bacaan Setahun: Amsal 6-10

Nas: Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya. (Amsal 10:22)


Tak Perlu Bersusah Payah?

Membaca nas renungan hari ini, apa hal pertama yang terlintas di benak kita? Dahulu saya sempat keliru memahami ayat ini, dengan menganggap, "Saya tak perlu rajin dan bekerja keras, toh katanya susah payah tidak menambah berkat yang telah Tuhan sediakan bagi saya." Namun, setelah semakin memahami kebenaran firman, saya mendapati bahwa pengertian tadi keliru, karena berkat Tuhan tak dapat dilepaskan dari kerajinan dan kerja keras.

Hal utama yang perlu kita pahami dari perkataan Amsal ini adalah "berkat Tuhan" sebagai penentu kondisi ekonomi seseorang. Namun, faktor penentu ini tidak lantas menghilangkan kewajiban untuk bekerja keras dan pentingnya ketekunan dalam bekerja. Dalam kata "berkat Tuhan" juga berarti kita perlu berhati-hati, karena tidak semua upaya atau kerja keras kita pasti diberkati, terutama jika hal itu tidak berkenan di hati-Nya. Frasa "susah payah tidak akan menambahinya" jika kita baca dalam terjemahan Alkitab Yang Terbuka (AYT) berarti "Dia tidak menambahkan kesusahan padanya". Artinya, dalam berkat yang Tuhan berikan, tidak akan disertai kesusahan hidup seperti halnya berkat menurut ukuran dunia yang dapat diperoleh dengan segala macam cara.

Jadi, tanpa mengabaikan pentingnya bersusah payah atau bekerja keras, mari letakkan pengharapan kita akan setiap hasil usaha kepada berkat dari tangan Tuhan yang pemurah itu. Ya, tanpa berkat yang Dia berikan, sekeras apa pun kita berusaha, bisa jadi hasilnya tak hanya membawa pada kekecewaan, tetapi dapat mengarah pada kesia-siaan. --GHJ/www.renunganharian.net

* * *
BAGIAN KITA BEKERJA KERAS DAN RAJIN,
SUPAYA MELALUINYA BERKAT TUHAN DIALIRKAN.

* * *


RENUNGAN JUMAT
Bacaan: MATIUS 6:5-15

Bacaan Setahun: Amsal 11-14

Nas: "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya." (Matius 6:11)


Pada Hari Ini

Sepasang suami istri pergi berjualan sayuran di pasar. Sayuran itu laris manis. Mereka mendapat keuntungan yang lumayan. "Mari kita bersyukur karena Tuhan baik, " kata sang suami kepada istrinya. "Tetapi bagaimana bila besok sayuran kita tidak laku?" tanya sang istri. "Tak perlu khawatir akan hari esok, " jawab sang suami, "Cukuplah alasan kita mengucap syukur bila pada hari ini Tuhan memberkati."

Yesus mengajarkan doa Bapa Kami. Sepenggal kalimat doa itu adalah, "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya" (ay. 11). Sungguh menarik Yesus meminta kita memohon berkat kepada Bapa bukan untuk satu minggu, satu bulan atau satu tahun, melainkan hanya pada hari ini. Dua hal dapat kita pelajari. Pertama, tidak khawatir akan hari esok. Jika hari ini Tuhan menyediakan berkat, esok tentu Dia kembali menyediakan berkat. Jika hari ini kita dimampukan Tuhan menghadapi tantangan, esok juga Dia berikan kita kekuatan untuk menghadapi tantangan baru. Tidak perlu hari ini mencemaskan kesusahan yang mungkin terjadi esok hari. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Mat. 6:34b). Kedua, bersyukur tanpa bertangguh. Jika pada hari ini ada berkat atau pertolongan Tuhan kita terima, cukuplah alasan kita mengucap syukur. Cukuplah alasan kita berkata, "Tuhan baik."

Tuhan tetap sama, dahulu sekarang sampai selamanya. Pada hari ini Dialah pedoman. Segala yang Tuhan lakukan pada hari ini akan Dia lakukan hari esok, esok lagi, dan seterusnya. Maka tidak perlu lagi kita merasa khawatir! Sekarang, kita dapat mengucap syukur sebab pada hari ini kita sudah mengecap kebaikan Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net

* * *
BILA PADA HARI INI TUHAN MELAKUKAN KEBAIKAN BAGI KITA,
MAKA ESOK DAN SELAMANYA TUHAN JUGA MELAKUKAN KEBAIKAN BAGI KITA.

* * *


RENUNGAN SABTU
Bacaan: AMSAL 29:17

Bacaan Setahun: Amsal 15-19

Nas: Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu. (Amsal 29:17)


Waktu untuk Bertumbuh

Proses pertumbuhan sebuah pohon bambu sangatlah unik. Ketika sebuah tunas bambu ditanam, selama 4 tahun pertama ia seolah tidak menunjukkan pertumbuhan berarti, yang tampak hanyalah satu batang kecil. Pertumbuhan yang nyata justru terjadi pada akar-akarnya di dalam tanah, dan itu tidak tampak mata. Dan baru pada tahun ke-5, pohon bambu itu terus menunjukkan pertumbuhan batang yang bisa mencapai 25 meter.

Setiap kali mengingat proses pertumbuhan pohon bambu tersebut, sebagai orang tua, kita diingatkan bagaimana kita mendidik anak-anak kita. Seperti yang ditulis kitab Amsal, kita tentu berharap anak-anak kita kelak bertumbuh menjadi seorang yang dapat memberi ketenteraman dan sukacita. Tetapi ibarat pertumbuhan yang butuh proses, anak-anak pun membutuhkan waktu untuk berakar kuat lebih dahulu sebelum ia menunjukkan pertumbuhan ke atas.

Membesarkan anak ibarat menabur benih, butuh kesabaran dan ketekunan. Alkitab menyatakan agar kita mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak kita dengan berulang-ulang. Itulah benih yang kita taburkan. Pendidikan yang kita berikan akan membentuk "akar-akar semakin berkembang" yaitu karakter yang dikehendaki Allah bertumbuh dalam diri anak kita. Tugas kita sebagai orang tua adalah tidak berhenti menabur hal-hal terbaik bagi anak-anak kita, menyiramnya, berdoa untuknya dengan ketekunan, dan menantikan saat Tuhan menumbuhkan buah-buah yang menenteramkan hati kita. --SYS/www.renunganharian.net

* * *
ANAK-ANAK MEMBUTUHKAN DASAR YANG KUAT AGAR NANTINYA
MENGHASILKAN KARAKTER YANG MENDATANGKAN SUKACITA BAGI SESAMANYA.

* * *


MOTTO JPA : "ANDA BUKAN ORANG ASING, TETAPI KELUARGA KAMI DALAM TUHAN"
& Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya ( LUKAS 1:17c )


"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

#KeluargaJPA​​​ #TuhanBekerja​​​ #JPABerdampak​​​ #JPAVision​​​ #TheFutureIsNow #GPdI​​​ #GPdIJPA​​​ #Praise​​​ #Renungan #InfoIbadah​​​ #multimediaJPA







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "

 Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "  Maz. 32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau d...

Post Bottom Ad

Halaman