RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Mazmur 10-17
Nas: Jawab orang sakit itu kepada-Nya, "Tuan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu ketika airnya mulai terguncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." (Yohanes 5:7)
Tak Kunjung Bergoncang
Mengalami sakit atau penderitaan lain untuk jangka waktu lama pasti tidak menyenangkan. Orang lumpuh di tepi kolam Betesda menanggungnya selama 38 tahun. Kolam ini ajaib. Ketika malaikat Tuhan mengguncangkan airnya, orang pertama yang menceburkan diri ke dalamnya akan sembuh. Tidak heran jika pada kelima serambinya berjejal orang-orang sakit. Mata mereka senantiasa mengawasi air kolam. Pengharapan mereka tertuju kepada guncangan airnya. Namun, setelah berjuang puluhan tahun, orang lumpuh ini tetap gagal beroleh kesembuhan.
Ketika Yesus bertanya kepadanya, "Maukah engkau sembuh?", ia menunjukkan sikap pesimisnya. Satu-satunya jalan penyembuhan yang ia tahu adalah dengan menerjunkan diri pertama kali ke kolam saat airnya bergoncang. Tetapi ia selalu kalah cepat dengan yang lain. Syukurnya, ketika Yesus memerintahkannya untuk mengangkat tikarnya, ia taat. Ia pun memperoleh kesembuhan, lalu pergi beribadah ke Bait Allah sebagai tanda syukurnya (ay. 14).
Penderitaan hidup dapat menjadikan kita berputus asa dan mengasihani diri sendiri, juga melupakan Tuhan. Adakalanya kita mendapati bahwa satu-satunya jalan keluar yang kita tahu pun, tetap tidak dapat menolong kita. Syukurlah, dalam situasi yang demikian, Kristus hadir dan menawarkan solusi. Orang lumpuh ini menyadari kehadiran-Nya, dan menaati Dia. Karena di dalam menaati Dialah kita akan mengalami damai sejahtera, sukacita, bahkan pemulihan atas penderitaan yang kita alami. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: MATIUS 25:14-30
Bacaan Setahun: Mazmur 18-22
Nas: "Lalu kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam hal yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam hal yang besar. Masuklah dan turutlah dalam k (Matius 25:23)
Dua Talenta
Seorang ibu mengadakan kebaktian pengucapan syukur di rumahnya pada gang sempit. Lebih dari tiga puluh orang undangan duduk berjejal memenuhi teras hingga tepi jalan. Selesai khotbah singkat pendeta, ibu itu mengeluarkan masakannya satu demi satu dan meminta beberapa jemaat untuk turut membagikan makanan. Rumah yang sempit tidak memungkinkan jemaat masuk mengambil makanannya sendiri. Karena sendok dan garpu kurang, jemaat diminta untuk tetap memegang sendok garpunya untuk menu berikutnya. Terlepas dari keterbatasan ini, sang ibu tetap melayani dengan gembira. Dirinya ingin memaksimalkan segenap kemampuannya untuk mengucap syukur.
Ketika membaca perumpamaan Yesus tentang talenta, biasanya kita terpaku pada hamba yang mendapat dan menghasilkan paling banyak, yakni lima talenta. Sorotan juga lebih terarah pada hamba dengan satu talenta, sebab dialah yang mendapat hukuman dari tuannya. Namun ada hal yang menarik mengenai hamba yang menghasilkan dua talenta. Ia memperoleh pujian yang sama dari tuannya sebagaimana hamba dengan lima talenta. Kisah ini mengajarkan bahwa Tuhan menghargai hamba yang menggarap secara maksimal berapa pun talenta yang Tuhan percayakan.
Agaknya karya pelayanan sebagian orang terhambat oleh pola pikir yang salah. Sebagaimana hamba yang memendam talentanya, kita sering tidak menghasilkan apa-apa karena merasa tidak mampu melakukan apa pun. Sesungguhnya kita perlu belajar pada ibu yang mendayagunakan segenap kemampuannya untuk melayani. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: YOHANES 1:40-42
Bacaan Setahun: Mazmur 23-30
Nas: Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata, "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)." (Yohanes 1:42)
Di Bawah Bayang-Bayang
Berada di bawah bayang-bayang seseorang bisa diartikan sebagai dipandang sebelah mata atau kurang dibutuhkan. Tidak sedikit orang merasa kurang dihargai dan tidak diperlakukan dengan adil. Mereka bisa saja marah menuntut perlakuan yang sama. Jika Tuhan memosisikan diri kita harus berada "di bawah bayang-bayang seseorang", apa reaksi kita?
Sungguh, rasanya hanya orang-orang yang menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhan dan rendah hati sajalah yang akan terbebas dari luka-luka hati. Sikap hati inilah yang ditunjukkan Andreas. Andreaslah yang memperkenalkan Petrus kepada Yesus. Andreas adalah mentornya Petrus. Tetapi, meski demikian, nama Andreas sangat jarang ditulis dalam Alkitab. Bandingkan dengan Petrus! Namanya lebih sering disebut, Petrus jauh lebih populer daripada Andreas. Andreas pun "hanya" dikenal sebagai saudara Simon. Ia tidak pernah melakukan manuver untuk menyamai Petrus. Tidak ada rasa marah, cemburu, atau iri hati menyaksikan popularitas Petrus. Andreas hanya berupaya menjadi yang terbaik bagi dirinya sendiri. Ia bersyukur dengan porsi yang sudah diberikan Tuhan kepadanya dan tetap mengerjakan dengan setia seumur hidupnya.
Setiap orang ingin diakui, diperlakukan dengan adil, atau mendapat penghargaan lebih dari orang lain. Tetapi bagaimana jika hal itu tidak terjadi? Bagaimana sikap hati kita jika orang menerima perhatian dan perlakuan lebih baik daripada kita? Apakah kita tetap menjaga hati untuk tidak terganggu dengan hal itu, ikut bersukacita dengan kesuksesan orang lain, dan tetap mengerjakan bagian kita dengan cara terbaik dan setia? --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: EZRA 1
Bacaan Setahun: Mazmur 31-35
Nas: "Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda." (Ezra 1:2)
Pengaruh Allah
Seorang wanita kehabisan bensin di tengah perjalanan. Ia bingung karena tempat itu sepi dan asing baginya. Sementara ia hanya seorang diri. Ia semakin khawatir ketika seorang berpakaian lusuh mendekatinya. Degup jantungnya bertambah kencang, takut jika orang itu berlaku jahat kepadanya. Namun ternyata gelandangan itu menolongnya, membelikannya bensin menggunakan sebuah jeriken.
Israel beroleh kebebasan dari Babel. Mereka diperbolehkan kembali ke Yerusalem. Hal ini sesuai dengan janji Allah kepada Israel yang menyatakan bahwa pembuangan itu hanya akan berlangsung selama tujuh puluh tahun. Namun siapa sangka jika kebebasan ini mereka peroleh atas maklumat Raja Koresh? Koresh adalah seorang raja Persia yang berhasil menaklukkan Babel. Sebagai raja baru Babel, tindakan pertamanya adalah mendorong bangsa Yahudi kembali ke Yerusalem dan membangun kembali puing-puing rumah Allah. Koresh merestui dan mencukupi persiapan, persediaan dan perjalanan mereka. Ia mengembalikan perlengkapan rumah Tuhan yang dulu dirampas. Padahal, Koresh adalah seorang yang tak mengenal Allah. Bagaimana hal ini terjadi? Tak lain karena pengaruh Allah sebagai pemegang kedaulatan. Dialah yang menggerakkan hati Koresh.
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Dia dapat memakai siapa pun menjadi alat-Nya. Sebab Allah berdaulat penuh dalam memerintah dunia, dengan meletakkan pemikiran yang seturut kehendak-Nya dalam diri manusia. Karena itu bukan kepada manusia kita harus menaruh harapan, melainkan hanya kepada Allah saja. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: FILIPI 2:12-18
Bacaan Setahun: Mazmur 36-39
Nas: Supaya kamu tidak beraib dan tidak bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah orang yang jahat dan sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia. (Filipi 2:15)
Cermin Rjukan
Rjukan (dibaca: Rukan) adalah sebuah kota di Norwegia yang tidak mendapat sinar matahari selama sekitar enam bulan setiap tahunnya, sejak September hingga Maret. Ini dikarenakan letak geografis kotanya dikelilingi pegunungan. Lalu pada tahun 1913, pendiri kota itu berencana membuat cermin raksasa di atas gunung agar warganya bisa merasakan sinar matahari sepanjang tahun. Namun karena kendala biaya, ide itu baru terealisasi di tahun 2013 oleh salah seorang warganya yang bekerja di pembangkit hidroelektrik. Ia membuat tiga cermin khusus berukuran 51 meter persegi lalu diletakkan di lereng gunung setinggi 450 meter. Cermin-cermin itu dirancang bergerak mengikuti arah matahari sehingga dapat memantulkan sinar hingga ke sudut-sudut kota yang gelap.
Namun ternyata ada jenis kegelapan lainnya di dunia ini, yaitu berbagai perilaku jahat dari orang-orang yang tidak mengenal Allah. Mereka hidup bergelimang dosa dan di dalam kesesatan. Mereka membutuhkan cahaya rohani yang dipancarkan dengan penuh kasih, bukan dengan penghakiman atau penghukuman. Itulah yang dapat menuntun mereka ke jalan terang Allah.
Rasul Paulus berkata bahwa setiap orang Kristen yang menjalani hidup yang selaras dengan ajaran keselamatan yang diterimanya di dalam Kristus, akan menjadi cahaya tersebut. Bukan berupa cahaya yang temaram, namun cemerlang seperti bintang-bintang. Anak-anak Allah yang hidup tak bercela akan menjadi teladan kesaksian yang memantulkan cahaya yang lebih terang dari cermin Rjukan, sehingga mampu menuntun orang-orang berpaling dari dosa serta menikmati terang Ilahi. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MARKUS 8:31-38
Bacaan Setahun: Mazmur 40-45
Nas: Lalu berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia menegur Petrus dengan keras, "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Markus 8:33)
Salah Persepsi
"Bersama Tuhan, kita pasti bisa!" Slogan ini sering dijadikan penyemangat dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Mulai dari pergumulan anak-anak dalam menempuh studi, masalah relasi, ekonomi, dunia kerja serta rumah tangga. Namun tidak jarang mereka justru kecewa karenanya. Sebab pertolongan Tuhan tak kunjung datang sebagaimana harapan mereka. Mereka tetap harus berjerih lelah, bahkan mengalami banyak sandungan dalam memperjuangkan harapannya.
Kristus telah memberitahukan kepada para murid bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan. Meski berhasil menghindarkan para murid dari kesalahpahaman yang menganggap Mesias adalah raja duniawi, para murid masih percaya Yesus akan tampil dalam kebesaran dan keagungan, serta memulihkan kerajaan Israel. Pemahaman inilah yang menjadi dasar Petrus dalam menegur Yesus ketika Ia memberitahukan lebih rinci mengenai penderitaan yang akan ditanggung-Nya. Sayang, bukannya dipuji karena tampak sangat mengasihi Yesus, Petrus justru mendapat teguran. Alasannya? Pemikiran Petrus melenceng dari maksud dan kehendak Bapa atas pengutusan Yesus.
Banyak orang lebih senang mengenal Yesus sebagai Tuhan yang menyelesaikan kesulitan dan memenuhi setiap kebutuhan hidup. Padahal kedatangan Yesus adalah untuk menyelesaikan masalah mendasar manusia, yakni dosa. Bagaimana dengan pemahaman kita? Semoga kita tidak seperti Petrus yang berjalan dengan pemahaman sendiri, melainkan menempatkan Yesus sebagai Mesias sebagaimana maksud dan kehendak Bapa dalam mengutus-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
& Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar