RENUNGAN HARIAN
RENUNGAN SENIN
Bacaan: IBRANI 11:32-40
Bacaan Setahun: Mazmur 52-59
Nas: Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. (Ibrani 11:35b)
Meski Disiksa
Blandina (162-177) adalah seorang budak perempuan beragama Kristen di Lugdunum (sekarang Lyon, Prancis), yang ditangkap dan disiksa atas perintah Marcus Aurelius yang berkuasa pada tahun 161-180. Ia dipaksa untuk menyangkal imannya tetapi ia justru berkata, "Saya orang Kristen. Kami tidak melakukan sesuatu yang membuat kami perlu merasa malu." Atas sikapnya itu, ia digantung pada sebuah tiang, tetapi ia semakin bersemangat dengan doa-doa yang antusias memberikan dorongan kepada mereka yang dianiaya sepertinya. Karena tetap bertahan akhirnya ia dibawa ke arena untuk dijadikan mangsa binatang buas. Di hadapan binatang buas itu, ia malah bergembira dan bersukacita, seolah-olah diundang ke jamuan pernikahan. Dua kali ia dilemparkan ke hadapan binatang buas, diseret dengan kuda dan didudukkan di kursi logam yang membara, tetapi ia tetap bertahan hingga belati membunuhnya setelah penyiksa tak berhasil membuatnya menyangkal.
Jauh sebelum Blandina, para saksi-saksi iman telah mengalami penganiayaan yang sama. Mereka diejek, dianiaya, dibelenggu dan dipenjarakan. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang, mengembara sebagai orang asing, dll.. Atas semua usaha dan jerih payah itu, mereka tak memperoleh apa pun yang dijanjikan Allah, selain sebuah keyakinan bahwa yang terbaik disediakan di rumah Bapa.
Tidaklah mengherankan jika Tuhan suatu saat mengizinkan kita juga mengalami hal serupa. Hanya iman kita kepada-Nya bisa membuat kita bertahan. Keyakinan akan tempat yang lebih baik dalam rumah Bapa akan membuat kita antusias menghadapi kesulitan apa pun. --PRB/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 1 KORINTUS 13:9-12
Bacaan Setahun: Mazmur 60-66
Nas: Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna .... (1 Korintus 13:12b)
Menggenggam Kebenaran?
Karena pelbagai sebab, kita kadang merasa diri memiliki pengertian yang benar dan paripurna tentang Tuhan sehingga kita kadang tergoda untuk merendahkan semua pengertian yang berbeda dengan pengertian kita. Namun sungguh tak dinyana, Rasul Paulus-rasul yang besar, yang bergaul begitu dekat dengan Tuhan-justru berkata, "Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna" (ay. 12b). Mengapa dia berkata begitu?
Rasul Paulus tahu bahwa kemampuan kita melihat sesuatu, jangkauan nalar, ketajaman pengamatan, kemampuan kita menganalisis dan menyimpulkan, dan banyak lagi lainnya, semuanya terbatas. Karena itu, pengertian kita atas suatu fakta selalu terbatas, tak pernah lengkap. Itu berlaku tentang semua hal. Bahkan, pengertian kita tentang diri kita sendiri pun sangat terbatas. Tidak seorang pun yang sungguh-sungguh mengerti tentang dirinya sendiri. Iya, kan? Apalagi, jika fakta yang dimaksudkan adalah Tuhan, Yang Tak Terbatas, Yang Tak Terjajaki. Manusia, yang terbatas, tak mungkin memahami Yang Tak Terbatas dengan tuntas dan paripurna. Karena itulah, Rasul Paulus berkata, "Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna."
Jika Rasul Paulus dengan jujur dan rendah hati mengaku seperti itu, maka apakah tepat jika kita justru mengaku telah menangkap dan menggenggam kebenaran tentang Tuhan dengan tuntas dan paripurna? Agaknya, kita pun seyogianya tahu diri, dan dengan jujur serta rendah hati mengaku seperti Rasul Paulus, "Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna." --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: ROMA 12:9-21
Bacaan Setahun: Mazmur 67-71
Nas: Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. (Roma 12:11)
Atas Nama Cinta
Bagi sebagian ibu bekerja, pulang kerja bukan berarti saatnya istirahat. Mereka masih harus memasak, membereskan rumah, juga mengasuh anak. Bukan karena belum lelah, melainkan cinta terhadap keluarga. Cinta membuahkan kesadaran akan hakikat sebagai istri dan ibu yang bertanggung jawab. Melihat tingkah polah anak yang super aktif pun mereka sebut sebagai pengobat lelah.
Sebagai orang Kristen, hakikat diri kita adalah bait, imam, sekaligus persembahan bagi Allah. Hidup kita adalah sarana menyenangkan hati Allah. Inilah alasan kita harus mengisi hidup dengan kesalehan. Bukan sekadar menjauhi dosa, melainkan juga hidup di dalam kasih dan kekudusan, serupa dengan sifat dan kehendak Allah. Memperbarui budi, sehingga mampu membedakan kebenaran dari kejahatan. Rajin bekerja, bukan sekadar untuk memperkaya diri. Melayani Allah, karena kepada-Nyalah kita menghamba.
Selama ini, bagaimanakah perjuangan kita menghidupi hakikat sebagai orang Kristen? Mungkin kita telah mengusahakan kesalehan. Meninggalkan dosa dan melayani Tuhan. Namun, sungguhkah semuanya itu kita lakukan atas dasar cinta kepada Tuhan? Apakah kita melayani Dia dengan sehat, setia dan efektif? Berguna untuk membangun jemaat, bukan kebanggaan diri. Dilakukan dengan penuh kerinduan, bukan kepura-puraan. Tanpa paksaan, sekaligus tanpa batasan. Tetap semangat melayani, meski banyak merugi. Sebab persembahan diri yang murni bagi Tuhan bukanlah umpan untuk mendapat keuntungan, melainkan dengan rela karena cinta demi menyenangkan-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: BILANGAN 12
Bacaan Setahun: Mazmur 72-77
Nas: Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. (Bilangan 12:3)
Ampelas atau Diampelas?
Seorang pria baru mengalami usahanya bangkrut dan kini bekerja sebagai kuli bangunan. Semua orang iba, kecuali tetangga sebelah rumahnya, yang selalu menyebutnya "Si miskin". "Setiap bertemu tetanggaku, aku merasa seperti diampelas, " keluh pria itu kepada sahabatnya. "Beruntung kau diampelas, daripada kau menjadi ampelasnya, " hibur sahabatnya.
Adakah kita jumpai orang-orang di sekitar kita yang seperti "ampelas"? Mungkin mereka kerap mencela, menghina atau mencemooh kita. Alih-alih merasa sakit hati, mari mengucap syukur. Mengadopsi pendapat dari sahabat pria tadi, kita merasa beruntung "diampelas" bukan menjadi "ampelas"-nya. Ibarat sebuah meja, diampelas akan membuat permukaan meja semakin halus. Demikian jika kita "diampelas" orang lain, akan ada karakter dalam diri kita yang menjadi makin halus. Sedangkan ampelas, sesudah dipakai, ampelas itu dibuang! Dari sini dapat kita ketahui terlebih beruntung posisi kita daripada mereka yang semena-mena memperlakukan diri kita.
Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya. Padahal sebelumnya ia cepat emosi. Saat melihat orang Mesir memukul orang Ibrani, kaum sebangsanya, langsung ia membunuh orang Mesir itu. (Kel. 2:11-12). Rahasia perubahan karakter Musa adalah "diampelas". "Ampelas"-nya tidak lain orang Israel, bangsa yang tegar tengkuk. Tak ada air mereka bersungut-sungut, tak ada daging mereka marah. Sekian lama memimpin mereka, karakter Musa menjadi halus. Musa menjadi seorang yang sabar. Buktinya saat Harun dan Miryam, kakak-kakaknya itu mengatai dirinya, Musa tidak marah. Hari ini, mari buang rasa sakit hati disebabkan perlakukan orang lain yang buruk. Kita meyakini-seperti Musa, akan ada karakter mulia muncul dari dalam diri kita. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: ROMA 12:17-21
Bacaan Setahun: Mazmur 78-80
Nas: Janganlah kamu dikalahkan oleh kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! (Roma 12:21)
Senjata Kasih
Festo Kivengere, seorang pemimpin Anglikan Uganda pernah ditanya oleh seorang wartawan, "Apa yang akan Anda lakukan seandainya Anda duduk di hadapan Idi Amin, sang diktator kejam itu, dengan sepucuk senjata di dekat Anda?" Jawaban yang muncul kemudian sungguh mengejutkan, karena Festo berkata bahwa ia akan memberikan senjata itu kepada Idi Amin, sambil berujar, "Saya rasa senjata ini seharusnya milik Anda. Senjata saya adalah kasih."
Sejak manusia lahir di muka bumi, benih dosa yang dikandung dalam diri manusia seperti tinggal menunggu waktu untuk manusia melakukan kejahatan. Tindakan Kain membunuh Habel menjadi bukti yang tak terbantahkan, yang dipicu oleh kegagalan Kain menguasai diri saat iri hati dan amarah mulai berkecamuk dalam dirinya. Kondisi yang semakin mengerikan akan tercipta manakala seseorang memiliki kuasa dan pengaruh yang besar. Namun, sebagai orang percaya kita meyakini bahwa tindakan yang dilakukan atas dasar kasih jauh lebih kuat dari tindak kejahatan apa pun yang mungkin dilakukan manusia. Itulah sebabnya firman Allah menasihatkan, bahkan mendorong agar kita jangan kalah terhadap kejahatan, tetapi mampu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.
Kejahatan tampak menarik pada awalnya, bahkan memuaskan jiwa manusia yang melakukannya. Namun, dampak yang dihasilkan oleh tindakan kasih jauh melebihi kesenangan atau kepuasan semu yang dihasilkan oleh perbuatan jahat. Orang yang bijak tak hanya memahami perkara ini, tetapi sanggup memutuskan untuk menjauhi kejahatan dari hidupnya. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MATIUS 6:1-4
Bacaan Setahun: Mazmur 81-87
Nas: "Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu." (Matius 6:3)
Tulus Memberi
Suatu ketika saya bertemu seorang yang hendak memborong sembako di toko yang saya kunjungi. Mendengar pembicaraannya dengan sang pemilik, saya mengetahui bahwa ia ingin memberikan sembako yang ia beli tersebut secara cuma-cuma kepada orang banyak di tempat tertentu. Sebelum ia membeli barang dagangannya, ia mengatakan bahwa ia ingin mendokumentasikan perbuatan amalnya tersebut dalam bentuk video dari awal hingga akhir.
Yesus mengajarkan kita untuk setulus hati memberi karena Tuhan. Kita harus berhati-hati dengan motivasi kita. Dia baru akan berkenan kepada perbuatan baik kita yang tidak dipamerkan kepada banyak orang (ay. 4). Melakukan sesuatu untuk orang lain itu baik, tetapi kalau hanya untuk gengsi kita atau mencari sanjungan semata-mata, hal tersebut sia-sia di mata-Nya, seperti halnya orang-orang Farisi (ay. 2). Hanya dengan hati yang digerakkan oleh Roh-Nya kita akan dapat mengatasi keegoisan yang memotivasi kita untuk memberi sehingga bukan hanya kita akan beroleh kepuasan sejati, kita pun tidak akan kekurangan sesuatu apa pun sebagai tanda bahwa Tuhan memberkati kita lebih banyak.
Biarkan Tuhan sendiri yang mengetahui perbuatan baik Anda terhadap orang lain, sehingga meskipun mungkin Anda tidak dikenal oleh banyak orang, "tepuk tangan" dari Bapa di Surga yang mengiringi hari-hari Anda akan menjadikan hidup Anda bersinar. Karena sekecil apa pun pemberian Anda yang dilakukan dengan hati yang terarah kepada-Nya niscaya akan berarti bagi-Nya. --KSD/www.renunganharian.net
* * *
& Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar