RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 21-23
Nas: Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan aku yakin hidup juga di dalam dirimu. (2 Timotius 1:5)
Misionaris bagi Keluarga
Ketika mendengar kata "misionaris", hal apakah yang akan kita jelaskan tentangnya? Dapatkah Anda menyebutkan nama seorang misionaris yang Anda kenal dan menceritakan sekilas tentang kehidupan mereka? Kita mungkin bisa menyebut beberapa nama dan mengetahui perjalanan iman mereka dari buku-buku biografi, tetapi pernahkah kita menyadari bahwa di dekat kita ada sesosok pribadi yang sangat kita kenal? Dia adalah Ibu kita. Ketika memikirkan sosok ibu, saya berpikir bahwa untuk menjadi seorang misionaris, kita tidak harus ditahbiskan!
Lois dan Eunike mungkin tidak dipanggil secara khusus untuk pergi jauh demi memberitakan Injil. Misi mereka mungkin begitu sederhana yakni "hanya" menjadi ibu rumah tangga bagi anak dan bagi keluarga. Mereka tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Mereka tidak hanya membesarkan Timotius, tetapi juga menabur benih iman. Kesamaan dengan para misionaris kenamaan seperti Paulus adalah keduanya mempunyai keberanian besar. Lois dan Eunike mungkin bisa dengan mudah meninggalkan Timotius untuk kesenangannya sendiri, tetapi mereka tidak pernah melakukannya. Mereka mengorbankan banyak hal demi memikirkan masa depan Timotius. Betapa bahagianya memiliki seorang ibu yang misioner.
Di mana pun kita berada, sesungguhnya Tuhan memanggil kita untuk menjadi seorang misionaris. Orang-orang yang berjiwa misi untuk hidup dalam kebenaran, menjadi saksi Kristus dalam perilaku kita, dan mengerjakan apa pun yang menjadi tugas kita dan memastikan setiap orang teberkati melalui kehidupan kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: EFESUS 6:1-3
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 24-25
Nas: Hormatilah ayahmu dan ibumu-ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. (Efesus 6:2-3)
Menghormati Orang Tua
Selama 10 tahun terakhir menjaga dan merawat ibu yang dalam kondisi sakit, sungguh menjadi pengalaman yang berharga. Meski terkadang dalam kondisi jiwa penat, adakalanya saya merasa terbebani dengan keadaan ini. Namun, berulang kali Allah mengingatkan agar saya bersabar dan tetap melayani ibu saya, melalui ayat-ayat Alkitab maupun pertemuan dengan orang-orang yang mengenal keluarga kami. Momen yang terasa sebagai penyegaran, di samping rasa syukur karena kasih karunia Allah masih memampukan saya untuk menjalankan tanggung jawab ini.
Menghormati orang tua juga berarti kesediaan merawat dan memperhatikan kehidupan mereka pada masa tua mereka. Suatu perintah yang penting menurut Alkitab, sehingga sebaiknya tidak boleh diabaikan, dianggap remeh, atau ditolak. Bagi mereka yang bersedia menaati perintah yang penting ini, ada janji berupa kebahagiaan dan panjang umur selama di bumi. Kata "panjang umur" bisa pula diartikan sebagai mengalami kesehatan yang baik, sebagai faktor yang penting dalam usia seseorang di bumi. Apakah kita mau hidup lama di bumi tetapi dalam kondisi sakit-sakitan? Tentu saja tidak mau, bukan?
Jadi, di tengah kesibukan yang menyita fokus kita selama ini, mari luangkan waktu sejenak untuk bertanya pada diri sendiri, "Sudahkah saya menghormati orang tua? Sudahkah saya memperhatikan dan memedulikan mereka sebagaimana seharusnya sikap seorang anak terhadap orang tuanya?" Kiranya nasihat firman hari ini dapat memberi dorongan bagi kita untuk menghormati orang tua dengan lebih baik. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MAZMUR 5
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 1-2
Nas: TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu. (Mazmur 5:4)
Berlari Lebih Cepat
Kijang-kijang Afrika biasanya terbangun ketika matahari mulai menampakkan sinarnya. Itu juga menjadi penanda bahwa mereka harus berlari lebih cepat dari singa-singa. Jika mereka tidak melakukannya, mereka akan terbunuh. Hal yang sama dilakukan oleh para singa. Ketika matahari mulai menampakkan sinarnya, mereka harus berlari lebih cepat dari seekor kijang kecil yang paling lamban atau mereka akan mati kelaparan. Tak peduli apakah mereka adalah singa atau kijang kecil, saat matahari terbit, lebih baik bagi mereka untuk cepat berlari.
Secara rohani, apa yang dilakukan kijang dan singa itu mengingatkan bahwa kita terlibat dalam peperangan rohani setiap hari. Firman Tuhan pada hari ini menyatakan bagaimana Daud mengungkapkan betapa ia membutuhkan pertolongan Allah. Ia datang ke hadirat Tuhan pagi-pagi sekali, untuk mencari tuntunan dan perlindungan-Nya. Daud sadar sepenuhnya bahwa hanya penyertaan dan kekuatan Tuhanlah yang mampu memberinya kemenangan dalam peperangan rohani setiap hari.
Dalam sebuah khotbahnya, Charles Spurgeon pernah berkata, "Jika kita tidak mencari Tuhan, maka Iblislah yang akan mencari kita." Dengan pemahaman ini, tentu kita tidak akan menunggu sampai diserang oleh Iblis, baru kemudian memikirkan strategi untuk lari dari musuh jiwa kita itu. Ketika matahari mulai menunjukkan sinarnya, kiranya di saat yang sama kita terbangun, mengatur persembahan di hadapan Tuhan dan menanti-nantikan kekuatan-Nya. Dengan demikian kita menerima kekuatan baru untuk berlari lebih cepat dalam kehidupan yang penuh tantangan ini. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 2 KORINTUS 4:1-12
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 3-5
Nas: Tetapi harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (2 Korintus 4:7)
Batu Nisan
F.N. 12 Mei 1820 -13 Agustus 1910. Hanya itu tulisan di batu nisan Florence Nightingale! Perempuan dengan peran dan jasa serta pengabdian tanpa batas bagi kemanusiaan-khususnya bidang keperawatan. Sepulang dari pelayanannya merawat korban perang dan tentara di medan tempur pada usia ke-37, ia lebih banyak berkarya di tempat tidur-karena kelemahan fisiknya. Banyak tulisan dan pemikirannya berhasil mendidik masyarakat dan membuahkan kebijakan pemerintah termasuk pendirian sekolah perawat pertama yang menginspirasi dunia. Padahal itu hasil karya di atas ranjang-hingga usianya yang ke-90!
Betapa besar sumbangsih Paulus bagi dunia melalui pewartaan Injil-baik secara langsung maupun melalui tulisan. Dalam surat 2 Korintus terungkap keyakinannya akan betapa mulia pesan dari pewartaan yang diemban dan dilaksanakannya seoptimal mungkin itu (ay. 4-6). Serentak diiringi kesadaran, itu dikerjakannya dalam keterbatasan, terpaan badai derita, dan kelemahan fisik yang menyertainya seumur hidup-bagai harta tapi dalam bejana tanah liat-supaya Tuhan yang dimuliakan, bukan dirinya (ay. 7-11 bdk. 2Kor 12:7-9).
Apakah kelemahan fisik, kecacatan, kritikan pedas, kesulitan, kegagalan, dan kekalahan adalah penghambat kemajuan kita? Memalukan dan membuat pekerjaan kita tidak efektif? Belum tentu. Bukan mustahil yang terjadi sebaliknya! Kondisi tak ramah justru menghindarkan kita dari hambatan terbesar: kecongkakan dan pemuliaan diri sendiri. Teruslah menggeliat dan berkarya dengan rendah hati. Pada gilirannya Tuhan pasti memberkati dan memakai hasil karya kita untuk kemuliaan-Nya. --PAD/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 2 SAMUEL 5:17-25
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 6-7
Nas: "Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian." (Ayub 12:13)
Bertanya kepada Tuhan
Begitu mendengar orang Filistin hendak maju menangkapnya, bertanyalah Daud kepada Tuhan, "Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu?" Meskipun ada banyak penasihat raja, Daud memilih Tuhan sebagai penasihat utamanya. Mengikuti instruksi Tuhan untuk maju, Daud berhasil memperoleh kemenangan. Belum puas, sekali lagi orang Filistin maju memerangi Daud. Menariknya, sekalipun Daud seolah sudah berpengalaman dari pertempuran sebelumnya, ia memutuskan untuk kembali bertanya kepada Tuhan. Tuhan memberikan strategi baru kepadanya, sehingga kali ini pun Daud memperoleh kemenangan atas musuh-musuhnya.
Berbeda dengan Daud, di kehidupan ini sering kali kita tidak melibatkan Tuhan ketika menghadapi persoalan atau apabila hendak mengambil keputusan. Alih-alih bertanya kepada Tuhan dalam doa, kita lebih suka mengandalkan pemikiran atau pengalaman kita sendiri. Kita lupa kalau ada banyak persoalan tidak dapat diselesaikan oleh logika manusia. Tambahan lagi, pengalaman masa lalu belum tentu menjawab kebutuhan kita sekarang ini. Seperti Daud, apabila di pertempuran berikutnya ia menggunakan strategi yang sama, belum tentu kemenangan akan ada di genggaman tangannya.
Kalau bukan Tuhan, siapakah pribadi empunya strategi yang dapat menjawab setiap persoalan dan teka-teki kehidupan? Faktanya, Tuhan adalah Sang Penasihat Ajaib! Daripada-Nyalah asal segala hikmat dan kebijaksanaan. Apabila kita tidak ingin menderita karena salah perhitungan atau pertimbangan, jangan lagi menempatkan Tuhan di pojok kehidupan. Sebaliknya, tempatkan Dia sebagai pusat dengan melibatkan-Nya dalam setiap aspek kehidupan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: YESAYA 43:1-7
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 8-10
Nas: "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu." (Yesaya 43:4)
Tetap Berharga
Viral dan panen pujian karena prestasi yang diraih tentu membuat penerimanya merasa bangga. Sebab dukungan dan penghargaan, apa pun bentuknya, memberi dampak luar biasa bagi penerimanya. Senang, termotivasi dan bersemangat, semua ini sangat menunjang produktivitas. Lebih lagi dukungan yang diberikan di tengah keterpurukan. Bukankah lebih banyak orang memilih tidak menjalin hubungan dengan orang yang "bermasalah"?
Israel tidak mau berjalan di jalan Allah. Bahkan ketika Tuhan menghajar karena ketidaktaatan mereka pun, Israel tetap keras kepala dan tidak peduli. Namun Allah tetap peduli, karena Dialah yang telah menciptakan mereka dan membentuk mereka. Dia pula yang menebus mereka dari perbudakan Mesir. Israel dijadikan-Nya istimewa, dibedakan dari umat lain dan dikhususkan bagi diri-Nya. Dia sangat mengasihi Israel. Bahkan setelah Israel menunjukkan kebebalan mereka sekalipun Dia tetap menganggapnya berharga dan mulia. Karena itu, dalam penderitaan Israel, Allah memberikan janji akan kehadiran-Nya untuk menopang dan memberi kelepasan.
Melalui iman kepada Yesus Kristus, kita dijadikan-Nya Israel baru. Kita beroleh kasih Allah, lengkap dengan segala karunianya. Kita menjadi milik Allah karena Dia telah menciptakan dan menebus kita. Dia mengenal kita secara pribadi. Di tengah pergumulan, Dia selalu ada bersama kita. Dalam pandangan-Nya, kita mulia dan berharga. Bukankah hal ini lebih dari cukup untuk membuat kita senantiasa bersukacita dan berpengharapan di tengah tantangan kehidupan? --EBL/www.renunganharian.net
* * *
& Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya ( LUKAS 1:17C )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar