RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 14-16
Nas: Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegurlah dia sebagai bapak. (1 Timotius 5:1)
Adab Menegur
Salah satu tantangan yang dihadapi para gembala jemaat berusia relatif muda ialah ketika harus menegur orang-orang yang usianya lebih tua. Ketika para orang tua melakukan kekeliruan, jatuh dalam dosa, melenceng dari pengajaran firman Tuhan, atau melakukan tindakan kurang bijaksana, maka mereka juga perlu diperingatkan. Tentunya ini bukan tugas yang mudah. Apalagi secara budaya, orang-orang tua dianggap lebih berpengalaman serta lebih bijaksana dalam berbagai hal, sehingga idealnya, orang-orang muda diharapkan belajar kepada mereka, bukan mengoreksinya.
Inilah juga tantangan yang dihadapi Timotius muda ketika Rasul Paulus menetapkannya melayani di kota Efesus. Saat itu, Efesus adalah kota terbesar kedua dalam kekaisaran Roma, sekaligus menjadi pusat penyembahan berhala karena di sanalah terdapat kuil Dewi Artemis yang terkenal (Kis. 19:27). Jemaat Kristen di kota itu dulunya juga adalah para penyembah berhala, yang tentunya tidak begitu saja melupakan warisan masa lalu mereka. Karena itulah, pelayanan Timotius penting untuk menuntun mereka di jalan Tuhan.
Salah satu nasihat Paulus kepada Timotius ialah soal bagaimana menegur para orang tua. Jangan bersikap keras terhadap mereka, tetapi berlakulah sebagai anak yang menegur orang tuanya. Memperlakukan mereka seperti ayah dan ibu sendiri. Tetap dengan rasa hormat serta menjaga wibawa mereka. Bukan menyerang, mempermalukan atau membangkitkan sakit hati. Namun kita tetap tidak mengkompromikan kebenaran. Inilah kunci menegur yang dilandasi oleh kasih Allah. Kebenaran ditegakkan, namun kasih juga terlihat dengan nyata. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: NEHEMIA 4
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 17-20
Nas: Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati. (Nehemia 4:6)
Doa dan Kerja
Jim Carey adalah komedian yang sukses membuat beberapa film komedi terlaris sepanjang masa: The Mask, Dumb and Dumber dan Ace Ventura. Siapa sangka jika Jim dibesarkan di sebuah keluarga yang begitu miskin, pernah dropout dari sekolah tinggi pada usia 15 tahun dan bekerja sebagai petugas kebersihan demi mendukung ekonomi keluarga. Ia juga dicemooh di panggung pada stand-up comedy pertamanya, serta gagal saat mengikuti audisi Saturday Night Live musim 1980-1981.
Nehemia pun menghadapi tantangan yang tak mudah saat memimpin Israel membangun kembali tembok Yerusalem. Kabar pembangunan itu menimbulkan kemarahan dan sakit hati bagi para musuh Israel. Mereka berupaya menggagalkan pembangunan itu. Mereka melemahkan motivasi dengan mengejek, mengancam untuk mengacaukan, hingga melakukan sabotase. Namun Israel tetap bekerja dan berdoa. Nehemia sadar, tindakan musuh itu merupakan teror rohani, sehingga senjata utama yang harus mereka andalkan adalah berdoa kepada Tuhan.
Jika tantangan selalu mewarnai perjuangan hidup jasmani manusia, terlebih perjuangan orang percaya melakukan pekerjaan Tuhan. Sebab Iblis tidak senang melihat kerajaan Allah ditegakkan. Untuk itu jiwa yang tangguh dan semangat pantang menyerah adalah kunci bagi pribadi yang rindu melayani Tuhan. Tentu saja hal ini harus diimbangi dengan penyerahan diri secara penuh kepada-Nya. Karena mengandalkan kekuatan sendiri tanpa pernah berdoa berarti sombong dan meremehkan Tuhan, dan berdoa tanpa bekerja sama saja mencobai Tuhan. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: 1 TESALONIKA 1
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 21-23
Nas: Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersebar kabar tentang imanmu kepada Allah .... (1 Tesalonika 1:8)
Viral
Dalam media sosial, istilah viral berarti menyebarnya suatu berita atau informasi secara luas dan cepat, persis seperti cara kerja virus, yang menjadi asal dari kata ini. Informasi itu bisa berupa video, audio, foto atau tulisan yang menyedot perhatian serta menjadi perbincangan publik. Sayangnya, informasi yang viral justru sering berupa hal-hal negatif, seperti skandal artis, kasus asusila, korupsi, berita kriminal, bahkan informasi menyesatkan alias hoaks. Namun viral tidak selalu berkonotasi negatif, karena berbagai informasi yang inspiratif dan memotivasi juga memberi manfaat besar bagi banyak orang.
Sebelum era media sosial, berbagai informasi juga tersebar luas dengan cara berbeda. Utamanya adalah melalui pemberitaan lisan, dari mulut ke mulut. Salah satunya adalah mengenai jemaat Tesalonika, satu kota di wilayah utara Yunani. Rasul Paulus memberitakan Injil di kota itu sehingga terbentuklah sebuah jemaat. Sekalipun mereka menghadapi penindasan yang berat, namun mereka terus bertumbuh dan bertekun dalam iman serta perbuatan kasih (ay. 3). Iman dan kebaikan mereka menjadi viral sehingga menjadi teladan di Makedonia dan Akhaya, wilayah selatan Yunani yang luas, serta ke daerah-daerah lain.
Andai perilaku atau perbuatan kita menjadi viral, apakah itu akan berdampak positif bagi banyak orang ataukah sebaliknya? Kita hendaknya ingat bahwa kita adalah wakil-wakil Allah untuk menyebarkan kasih-Nya kepada dunia. Biarlah kiranya kita dikenal bukan karena sensasi atau berita buruk, melainkan karena kasih dan teladan baik yang dapat memberkati banyak orang. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 2 TAWARIKH 28:22-27
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 24-26
Nas: Ia mempersembahkan korban kepada para allah orang Damsyik yang telah mengalahkan dia. Pikirnya: "Yang membantu raja-raja orang Aram adalah para allah mereka; kepada merekalah aku akan mempersembahkan korban, supaya mereka membantu aku juga." (2 Tawarikh 28:23)
Harapan jadi Bumerang
Seorang pria ditangkap oleh aparat penegak hukum karena dugaan korupsi. Ia pun mengakui tuduhan itu. Ia melakukan tindakan nekat itu demi mendapat banyak uang karena ingin membahagiakan sang istri. Ia ingin membangun rumah baru, membelikan barang bermerek serta mengajak istrinya jalan-jalan keliling dunia. Malang, tidak hanya gagal menjadi kaya dan berfoya-foya, ia harus masuk penjara dan dituntut cerai oleh istrinya.
Ahas melakukan penyembahan berhala dengan melakukan ritual mengorbankan anak-anaknya. Tuhan pun menegurnya melalui serangan dari raja Aram. Bukannya berbalik kepada Tuhan, Ahas mencari pertolongan dari raja Asyur. Malang, alih-alih mendapat bantuan, raja Asyur malah semakin menyusahkannya. Pun setelah Ahas memberikan emas yang dirampasnya dari rumah Tuhan, dari istana dan dari rumah-rumah para pemimpin rakyat. Tidak cukup sampai di situ, Ahas mengulang kebodohannya mencari pertolongan di luar Tuhan. Ia mempersembahkan korban kepada allah asing, dengan harapan meraih kemenangan seperti yang diperoleh Asyur. Tak pelak tindakannya menjadi penyebab keruntuhannya beserta seluruh Israel.
Apa yang lebih malang dari pengharapan yang berbuahkan bumerang? Bukankah mengalaminya membuat kita sial dua kali? Demikianlah yang terjadi jika kita berharap kepada hal lain di luar Tuhan. Menjauh dan mencari kelepasan di luar Tuhan hanya akan menimbulkan masalah baru. Sebab tidak ada pertolongan di luar Tuhan. Inilah alasan bagi kita untuk senantiasa bersandar hanya kepada-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: ESTER 4
Bacaan Setahun: 1 Tawarikh 27-29
Nas: Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada TUHAN ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan. (Mazmur 130:7)
Kepastian dalam Ketidakpastian
Satu hal yang paling tidak kita sukai dalam hidup ini adalah menunggu. Terlebih lagi kalau harus menunggu dalam ketidakpastian. Ibarat berjalan dengan mata tertutup, situasi yang tak pasti membuat kita tidak bisa mengontrol apa yang bakal terjadi. Entahkah sesuai harapan atau tidak, kita tidak bisa tahu tanpa melewati masa-masa penantian mendebarkan terlebih dahulu.
Begitu Mordekhai, pamannya, memintanya menghadap raja demi memohon karunia keselamatan bangsanya, hati Ester seketika menjadi bimbang. Adalah undang-undang di kerajaan itu kalau seseorang menghadap raja dengan tiada dipanggil terlebih dahulu, sekiranya raja tidak mengulurkan tongkat emas perkenanan kepadanya, ia akan dihukum mati. Sekalipun baru terpilih menjadi ratu, bukan jaminan raja pasti berkenan kepadanya. Sekiranya perkenanan tidak datang, ia harus menerima konsekuensi kelancangannya, yakni hukuman mati. Di tengah kebimbangan itulah Ester memohon pertolongan Tuhan. Bersama para dayang dan semua orang Yahudi di benteng Susan, berpuasalah ia tiga hari tiga malam. Berjalan dalam ketidakpastian, Ester meyakini tangan Tuhan bekerja dengan pasti menyelamatkan mereka.
Dunia menawarkan berbagai bentuk kepastian, tetapi nyatanya semua itu tidak benar-benar menjadi jaminan. Berbeda dengan tawaran sok meyakinkan dari dunia, mengikut Tuhan seolah justru merupakan tantangan. Terkadang, kita ditempatkan pada beragam situasi ketidakpastian yang menegangkan. Satu hal dapat selalu kita pegang, sekalipun di tengah ketidakpastian yang mencekam, dengan bersandar pada Tuhan, kita pasti akan kuat menghadapi setiap tantangan yang mengadang. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MATIUS 25:14-30
Bacaan Setahun: 2 Tawarikh 1-3
Nas: "Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lubang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya." (Matius 25:18)
Tekun itu Kebiasaan
Bambu China selama empat tahun pertama ditanam dan dipupuk, nyaris terlihat seperti tidak bertumbuh. Setelah tahun kelima, pohon bambu itu dalam waktu lima minggu bisa bertumbuh setinggi 25 meter lebih. Seperti itulah ketekunan. Setiap hari harus dirawat meski kasat mata tidak tampak bertumbuh.
Kisah hamba yang menerima satu talenta, yang diceritakan oleh Tuhan Yesus, adalah antonim dari ketekunan. Hamba yang menerima satu talenta itu pergi menggali lubang untuk menyembunyikan uang tuannya. Lalu mengembalikan uang itu ketika tuannya pulang. Ia malas dan tidak menghasilkan apa pun. Satu talenta seperti tidak berarti apa-apa. Satu talenta tidak menimbulkan gairah, lebih menyebabkan pasrah dan putus asa. Satu adalah angka minimal. Meski bukan nol, satu tidaklah banyak, bukan modal yang besar. Satu talenta itu seperti pohon bambu yang terkesan sulit (takkan) bertumbuh.
Namun satu talenta seharusnya membuat orang lebih tekun, tak mudah menyerah. Sebab, satu peluang akan hilang jika tidak dimanfaatkan. Satu impian akan mati jika tidak diperjuangkan. Satu potensi takkan tumbuh jika tidak diberdayakan. Satu talenta membutuhkan ketekunan, suatu kebiasaan untuk tetap berusaha, terus aktif meski keadaan sulit tanpa kepastian. Tekun itu membiasakan diri untuk tidak menyerah. Tekun itu seperti pohon bambu yang bertumbuh dalam hitungan tahun. Ketekunan membutuhkan waktu, dan tentu saja kesabaran kita. --ASA/www.renunganharian.net
* * *
& Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya ( LUKAS 1:17c )
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar