RENUNGAN HARIAN
RENUNGAN SENIN
Bacaan: MARKUS 16:1-8
Bacaan Setahun: 2 Samuel 19-20
Nas: Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu itu sudah terguling. (Markus 16:4)
Batu yang Terguling
Saya ingin melanjutkan kuliah, tetapi biayanya tidak ada. Walaupun kuliah mungkin hanyalah sebuah angan-angan, saya memutuskan untuk tetap rajin belajar. Apabila kuliah adalah kehendak Tuhan, Dia akan menggulingkan "batu persoalan", yang berupa kesulitan keuangan. Benar saja! Setelah berhasil menyabet predikat nilai terbaik di sekolah, ada donatur yang bersedia membayar uang gedung kuliah saya.
Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome pergi ke kubur Yesus. Mereka hendak meminyaki tubuh-Nya dengan rempah-rempah. Namun, di tengah jalan mereka dilanda kebingungan. Berkatalah mereka seorang kepada yang lain, "Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?" Menilik kekuatan mereka, walaupun ketiganya digabungkan, tidak cukup kuat untuk menggulingkan batu besar tersebut. Jelas ini sebuah persoalan besar. Bagaimana mungkin mereka dapat meminyaki tubuh Yesus, sementara batu besar itu masih berada di sana? Menariknya, meskipun hati mereka bimbang, langkah kaki mereka tidak tertahan. Ajaib, begitu mereka tiba di sana, batu besar itu sudah tergulingkan!
Batu besar adalah seumpama persoalan dalam kehidupan kita. Persoalan memang terkadang memberatkan, namun bukan berarti kita menyerah begitu saja. Sekalipun hati merasa berat, langkah kaki kita harus tetap maju mendekat kepada Sang Juru Selamat. Jikalau kuasa maut saja dipatahkan, apalagi "batu-batu" persoalan dalam kehidupan kita. Terus melangkah, terus mendekat, terus berharap, semua itu adalah bagian untuk kita lakukan. Datang mendekat kepada Tuhan, maka lihatlah "batu-batu" persoalan itu kini sudah tergulingkan! --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: YOHANES 3:1-21
Bacaan Setahun: 2 Samuel 21-22
Nas: Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata, "Rabi, kami tahu bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." (Yohanes 3:2)
Nikodemus
Banyak kisah orang Farisi dicatat dalam Alkitab dengan nada negatif karena kemunafikan mereka. Farisi adalah satu golongan elit Yahudi yang sangat menekankan pelaksanaan Taurat Musa, namun justru melenceng dari apa yang Allah maksudkan. Yesus sendiri sering mengecam kelompok ini, misalnya dalam Matius 23. Mereka juga sering kali menentang pengajaran Yesus.
Namun Nikodemus adalah Farisi yang berbeda. Suatu malam, ia datang menemui Yesus dan mengajukan beberapa pertanyaan setelah mengamati kehidupan Yesus dan pelayanan-Nya yang ajaib. Lalu Yesus mengajarinya tentang pentingnya dilahirkan kembali, yaitu percaya kepada Anak Allah yang tunggal untuk beroleh hidup kekal (ay. 16). Percakapan mereka dalam Yohanes 3 tidak menginformasikan bagaimana reaksi Nikodemus. Namun belakangan, ketika orang-orang Farisi hendak menangkap Yesus, Nikodemus membela-Nya (Yoh. 7:50-51). Bahkan ia inilah yang menurunkan mayat Yesus dari kayu salib, bersama Yusuf dari Arimatea, lalu mengafani-Nya, merempah-rempahi-Nya dan menguburkan-Nya (Yoh. 19:39-40). Awalnya Nikodemus menemui Yesus pada malam hari, barangkali untuk menyembunyikan diri dari sorotan Farisi lainnya. Ia tidak mau dikenali sebagai pengagum atau murid Yesus. Namun kemudian, ia berani menunjukkan imannya, bahkan dengan terang-terangan, sekalipun kondisinya berbahaya (pascapenyaliban Yesus).
Mengikut Kristus memang merupakan suatu proses. Bukan instan. Karenanya kita perlu menghargai setiap orang dalam tahapan mereka mengikuti Dia. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: LUKAS 23:33-43
Bacaan Setahun: 2 Samuel 23-24
Nas: Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Lalu mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. (Lukas 23:34)
Salah Paham
Jika ada komentar atau nasihat yang ditujukan kepada saya, sering teramat cepat saya bereaksi. Sebab saya cukup peka terhadap penilaian negatif. Biasanya spontan saya membela diri atau menjelaskan panjang lebar sebelum selesai mendengarkan. Itu karena saya khawatir orang salah paham terhadap saya. Tentu ada cukup banyak orang yang kesal. Sebab dengan berbuat demikian, saya menunjukkan sikap seolah saya tidak pernah salah.
Semakin saya menyadari saat ini bahwa sikap saya sungguh berkebalikan dengan sikap Yesus yang penuh kasih dan rendah hati. Padahal Yesus tidak pernah melakukan kesalahan. Peristiwa penyaliban Yesus dilatarbelakangi oleh kebencian dan hasutan para ahli Taurat. Namun kebanyakan orang hanya ikut-ikutan mengejek-Nya karena salah mengerti. Tidak sekadar menghina melalui perkataan, mereka juga menganiaya dan turut menyoraki penderitaan serta "ketidakberdayaan" Yesus tanpa belas kasihan. Bahkan penjahat yang disalib pun turut mengejek-Nya (ay. 39). Bagaikan domba yang digiring ke tempat pembantaian (Yes. 53:7), Yesus tidak banyak bicara. Dia menerima semua cerca dan hujat. Bahkan Yesus berdoa agar Bapa mengampuni mereka.
Tidak setiap kali kita perlu dan dapat menjelaskan agar semua orang mengerti maksud baik kita. Sebagai pengikut Kristus, kesalahpahaman orang lain terhadap kita pasti kita alami. Kita pun diminta untuk cerdik, namun tetap tulus (Mat. 10:16). Bahkan kalau memang Tuhan kehendaki, kita perlu merelakan diri menderita sebagai akibat kesalahpahaman. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 2 RAJA-RAJA 11
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 1-2:25
Nas: Ketika Atalya, ibu Ahazia, melihat bahwa anaknya sudah mati, maka bangkitlah ia membinasakan semua keturunan raja. (2 Raja-Raja 11:1)
Dua Perempuan
Atalya adalah putri Ahab dan Izebel, raja dan ratu Israel, para penyembah berhala. Ia menikah dengan Yoram, raja Yehuda. Ia melahirkan Ahazia, yang kemudian menjadi raja Yehuda juga. Pada saat itu, Israel Utara dan Selatan menjadi penuh dengan kesesatan karena pengaruh keluarga Ahab. Ketika Raja Ahazia dibunuh oleh Yehu sebagai hukuman Tuhan, Atalya bertindak sangat kejam. Ia membunuh seluruh keturunan raja Yehuda, agar ia dapat berkuasa sebagai ratu. Ia menjadi ancaman terhadap garis keturunan Raja Daud, termasuk terhadap pemenuhan janji tentang Mesias.
Atalya berpikir telah berhasil mengokohkan kekuasaannya hingga enam tahun berlalu. Tanpa ia tahu, Tuhan juga memakai seorang perempuan untuk menyembunyikan seorang bayi raja. Perempuan itu adalah Yoseba, cucunya sendiri, istri imam Yoyada. Ia menyembunyikan bayi Yoas di Bait Allah, serta memeliharanya. Lalu saat Yoas berumur tujuh tahun, imam Yoyada mengumpulkan para pemimpin militer Yehuda, mengikat perjanjian dengan mereka, dan berikrar setia kepada Tuhan. Saat itulah ia memperlihatkan Yoas kepada mereka, lalu menobatkannya menjadi raja. Atalya menyadari ia telah dikhianati, sebelum ia mati terbunuh dengan pedang.
Kejahatan memang tidak memandang gender. Laki-laki dan perempuan dapat menjadi penjahat. Semua berasal dari ambisi yang tidak kudus. Namun sebaliknya, laki-laki dan perempuan juga dapat menjadi alat penyelamatan Tuhan. Semua tergantung ketaatan kita kepada-Nya. Jejak yang mana yang hendak kita ikuti? --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: LUKAS 22:54-62
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 2:26-4
Nas: Kata mereka itu, "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." (Lukas 24:34)
Tak Cukup Hanya di Hati
"Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Pada hari pertama setelah bangkit, sebelum malam tiba, Tuhan menjumpai Simon. Apa yang Tuhan pandang begitu mendesak sehingga Dia bersegera menjumpai Simon?
Petrus menyangkal Tuhan, bahkan tiga kali. Ketika Petrus menyangkal untuk ketiga kalinya, Tuhan berpaling menatap Petrus. Itu mengingatkan Petrus pada sabda Tuhan, "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku" (ay. 61). Perasaan sangat berdosa, sesal yang amat dalam, menindih hati Petrus hingga dia pergi sambil menangis sedih (ay. 62). Apalagi, sampai Tuhan wafat, Petrus tak bisa datang memohon ampun. Tak terperikan berat beban yang menindih hati Petrus.
Tuhan tahu semua itu, dan Dia pasti sudah mengampuni Petrus. Tetapi, Tuhan memandang itu belum cukup. Selama Petrus tidak tahu bahwa dia telah diampuni, beban berat akan tetap menindih hatinya. Tuhan ingin Petrus tahu bahwa dia sudah diampuni, agar beban yang menindihnya terangkat, agar dia tak lagi berputus asa, agar hidupnya dan relasinya dengan Tuhan dipulihkan. Sebab itu, Tuhan bersegera menjumpai Petrus untuk menyatakan pengampunan.
Apa yang Tuhan ajarkan di sana? Pengampunan memang harus dari hati, tetapi tak cukup hanya di hati. Tak cukup kita berkata, "Dalam hatiku, aku sudah mengampunimu." Pengampunan harus dinyatakan-lewat kata dan tindakan-kepada orang yang diampuni, agar beban yang menindihnya terangkat, agar dia dan relasi dengannya dipulihkan. Begitulah cinta. --EE/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: LUKAS 24:13-35
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 5-7
Nas: Kata mereka seorang kepada yang lain, "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" (Lukas 24:32)
Mempercakapkan Yesus
Salah satu topik pembicaraan yang kami minati adalah mengenai beberapa tokoh politik. Segala tindak tanduk dan perkataan mereka kami kupas habis. Begitu bersemangat kami berbincang, sering tanpa menyadari waktu berlalu begitu cepat. Beberapa tokoh sedemikian kami banggakan. Kesuksesan mereka menggembirakan kami. Sebaliknya, ketika mereka difitnah dan dijatuhkan, kami pun galau.
Begitu pula yang terjadi dengan para murid Tuhan Yesus. Sesaat setelah beberapa orang mengabarkan bahwa kubur Yesus kosong, kematian dan kubur kosong-Nya menjadi bahan pembicaraan yang ramai. Maklum, kisah hidup Yesus penuh kontroversi. Yesus dibicarakan di mana-mana. Dia tokoh yang sanggup melakukan berbagai mukjizat, namun sangat berani melawan para tokoh agama. Dia bagaikan pahlawan, namun tidak berdaya ketika difitnah dan dianiaya hingga mati disalib. Mengenaskan, karena jenazah-Nya pun, lenyap. Dua orang murid membicarakan-Nya dalam perjalanan menuju Emaus. Namun kegalauan mereka berubah menjadi sukacita karena Yesus bangkit, bahkan ikut serta dalam percakapan mereka.
Lebih dari segala tokoh lain, seharusnya Yesus lebih sering kita perbincangkan dalam perjumpaan dengan teman seiman. Sebab Dia bukan tokoh idola semata, Dia tujuan dan arah hidup kita. Dia juga bukan sekadar tokoh yang kita kenal dari jauh, melainkan pribadi yang dekat dan sangat mengasihi kita. Bila kita kekurangan semangat memperbincangkannya, barangkali kita kurang banyak membaca dan memahami firman-Nya yang ajaib dan berkuasa. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar