RENUNGAN EDISI 10 APRIL 2022 - JPA CHANNEL

JPA CHANNEL

JPA VISION 2024 : " UNLIMITED LOVE " ( KASIH TANPA BATAS )

MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

Breaking News


Cari Blog Ini

Jumat, 08 April 2022

RENUNGAN EDISI 10 APRIL 2022

 RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN SENIN
Bacaan: MAZMUR 51

Bacaan Setahun: 1 Samuel 12-14:23

Nas: Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! (Mazmur 51:3)


Meratapi Dosa

Hidup di lingkungan cemar dapat membuat kita tidak peka lagi dengan dosa. Sering kita membandingkan diri dengan orang lain dan berkesimpulan bahwa diri kita masih jauh lebih baik. Dengan pemikiran bahwa Tuhan pasti mengampuni dosa kita, kita pun mulai menyepelekan dosa. Mungkin kita berdoa sekadarnya memohon pengampunan dan segera melupakan dosa kita. Tidak jarang kita lalu mengulang kembali dosa yang sama, tanpa terlalu merasa bersalah.

Berbeda dengan sikap kita pada umumnya, Daud sangat menyesali dosanya. Ia memohon belas kasihan TUHAN dan masih terus bergumul dengan dosanya (ay. 3-5). Daud rela dihukum (ay. 6). Meskipun demikian, sesungguhnya yang ia rindukan adalah penyucian dirinya dari segala kecemaran (ay. 4, 9, 11-12). Perasaan bersalah membuat dirinya kehilangan sukacita. Daud mengaku bahwa ia tidak lagi dapat memuji TUHAN jika TUHAN tidak menghapus utang dosanya (ay. 16). Bahkan ia memohon agar TUHAN tidak mencabut Roh yang kudus darinya. Daud sadar sepenuhnya akan dampak buruk dosa yang merusak relasinya dengan TUHAN.

Sering kita kurang menyadari bahwa dosa merupakan penghinaan terhadap Tuhan (2Sam. 12:9). Padahal keseriusan penyesalan kita akan dosa mencerminkan sikap hormat kita terhadap Tuhan. Jika kita pernah memiliki relasi intim dengan Tuhan, kita tentu berduka atas dosa kita karena membuat Roh Kudus berduka (Ef. 4:30). Meratapi dosa dan memohon belas kasihan Tuhan merupakan bagian dari pertobatan yang dalam. Niscaya kita pun tidak akan sembarangan berbuat dosa lagi. --HEM/www.renunganharian.net

* * *
TANGISAN ATAS DOSA DAN PERMOHONAN BELAS KASIHAN TUHAN
ADALAH BAGIAN DARI PERTOBATAN KITA YANG SESUNGGUHNYA.

* * *


RENUNGAN SELASA
Bacaan: YOHANES 11:1-44

Bacaan Setahun: 1 Samuel 14:24-16

Nas: Jawab Yesus kepadanya, "Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya." (Yohanes 11:25-26)


Babak Baru

Kematian bukanlah realitas yang menakutkan bagi Dietrich Bonhoeffer, seorang teolog dan pendeta ternama dari Jerman. Hal itu terungkap melalui kata-kata terakhir yang meluncur dari bibir Bonhoeffer menjelang eksekusi atas dirinya: "This is the end for me, the beginning of life." Kematian menjadi semacam babak baru bagi pria yang menjadikan Yesus Kristus dan Alkitab sebagai rujukan utama dalam hidupnya.

Peristiwa kebangkitan Lazarus adalah bukti yang tak terbantahkan. Bonhoeffer memandang kebangkitan laki-laki yang sudah berada di dalam kubur selama empat hari itu sebagai bukti, bahwa pernyataan Yesus bukan bualan belaka dan layak untuk dipercaya. Kebangkitan Lazarus-bahkan kebangkitan Yesus sendiri-menunjukkan Dia adalah Tuhan yang berkuasa atas kematian.

Kebangkitan dan hidup menjadi daya tarik dan sumber kekuatan bagi siapa pun yang mengakui kuasa keilahian Yesus. Dengan begitu kematian, dalam bentuk dan dengan cara apa pun, bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Tak ada alasan bagi orang percaya untuk berduka cita di ujung hidupnya. Babak baru dalam hidupnya justru bermula ketika dunia memandang kematian sebagai akhir dari segala-galanya.

Hidup Bonhoeffer berakhir di kamp konsentrasi Flossenburg pada 9 April 1945 ketika Hitler menjatuhkan hukuman gantung. Namun, ia menjadi bukti yang tak terbantahkan untuk harapan akan babak baru kehidupan yang bergulir selepas jiwa terlepas dari raga. --EML/www.renunganharian.net

* * *
BABAK BARU DALAM HIDUP PARA PENGIKUT KRISTUS
BERAWAL SAAT HELAAN NAFAS BERAKHIR.

* * *


RENUNGAN RABU
Bacaan: MARKUS 3:1-6

Bacaan Setahun: 1 Samuel 17-18

Nas: Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. (Markus 3:2)


Mental Bersaing

Berbahaya sekali jika seseorang memiliki mental bersaing karena iri hati dalam hidupnya. Ia tidak segan-segan mencari kesalahan orang lain dan berusaha menjatuhkannya agar dirinya tetap terlihat lebih unggul di mata orang lain. Di mana-mana mental bersaing seperti itu ada. Di dunia pekerjaan, bangku kuliah bahkan pelayanan sekalipun. Kerjasama yang baik malah semakin terabaikan dan mulai tergantikan dengan aktualisasi diri yang tidak sehat.

Gambaran itu juga mewakili keberadaan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang selalu mencari celah untuk menjatuhkan dan membinasakan Yesus (ay. 2, 6). Sekalipun apa yang dilakukan oleh Yesus adalah hal yang berguna, tetaplah mereka menganggap itu adalah kesalahan besar. Perkataan sindiran terucap dari mulut Yesus, "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuhnya?" (ay. 4). Yesus mulai populer dalam pelayanan dan ia membawa dampak baik bagi masyarakat. Inilah yang membuat orang Farisi dan ahli Taurat iri kepadanya.

Hendaklah ini menjadi teguran bagi setiap orang percaya. Terkadang fokus pelayanan untuk memuliakan nama Tuhan mulai kabur karena kita melihat ada orang yang lebih dipakai Tuhan daripada kita. Kita sulit bekerja sama dengannya karena pikiran kita mulai fokus kepada diri sendiri yang ingin dihormati orang lain. Dalam pekerjaan sekalipun, prestasi seseorang tidak membuat kita bangga dan makin belajar dari dia. Mari kita miliki sikap untuk bekerja sama dengan sehat dan bukan mental persaingan. --YDS/www.renunganharian.net

* * *
MENTAL PERSAINGAN TIDAK AKAN MEMBUAT
KITA BELAJAR BANYAK DARI ORANG LAIN.

* * *


RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MARKUS 3:20-35

Bacaan Setahun: 1 Samuel 19-21

Nas: Ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata, "Ia kerasukan Beelzebul, " dan, "Dengan pemimpin setan Ia mengusir setan." (Markus 3:22)


Meski Dilukai

Tahun 60-an Masehi, orang-orang percaya diperlakukan secara kejam dan tidak manusiawi. Banyak di antara mereka disiksa dan dibunuh di bawah pemerintahan Kaisar Nero, pemimpin Kekaisaran Romawi, termasuk Petrus dan Paulus. Yohanes Markus yang hidup di zaman itu digerakkan untuk menulis Injil Markus. Maksudnya sebagai tanggapan penggembalaan terhadap penganiayaan ini. Ia ingin agar dasar iman orang percaya menjadi kuat dan setia untuk menghadapi penganiayaan dan penderitaan karena Kristus.

Markus menguraikan perlakuan brutal yang diterima oleh Yesus. Yesus yang berbuat baik namun difitnah dan dituduh sebagai pengikut setan. Ia menyembuhkan banyak orang tetapi dilukai dan diperlakukan tidak manusiawi. Ia bekerja keras melakukan kebajikan tetapi dianggap jiwanya terganggu dan gila. Ia banyak menanggung penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat sampai akhirnya dibunuh.

Alkitab banyak mencatat bahwa penolakan, fitnah bahkan penderitaan adalah harga dari kemuridan. Dalam segala zaman orang-orang percaya mengalami hal serupa, ditolak dan sering dituduh sebagai orang sesat dan kafir. Kadang-kadang disingkirkan dan ditolak untuk menempati posisi-posisi strategis. Menghadapi semua itu hendaklah catatan Markus tentang Yesus menjadi teladan. Kita harus akrab dengan penolakan. Merangkul rasa sakit dan tetap mengasihi walau dimusuhi. Kualitas kita justru harus memancar di tengah fitnah dan penolakan, karena itulah bukti kemuridan kita. --PRB/www.renunganharian.net

* * *
KRISTUS DIMULIAKAN KARENA TEGAR MENGHADAPI SEGALA
BENTUK PENGANIAYAAN DAN SETIA SAMPAI MATI.-ALOYSIUS PIERIS

* * *


RENUNGAN JUMAT
Bacaan: FILIPI 2:1-11

Bacaan Setahun: 1 Samuel 22-24

Nas: Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. (Filipi 2:5)


Kembali ke Titik Nol

Di rumah kami tidak ada garasi. Kami menaruh mobil tua kami di carport depan rumah. Karena berada di luar, mobil kami sangat mudah menjadi kotor. Dua hari dibiarkan begitu saja, sudah cukup untuk membuat debu tebal menempel. Pernah suatu kali anak-anak berbuat iseng dengan menulis dan menggambari mobil kami yang berdebu tebal itu.

Hidup manusia pun bisa dipenuhi "kotoran" yang berupa timbunan memori negatif. Karena itu perlu sering dilakukan pembersihan supaya hidup kita bebas dari memori negatif yang merugikan. Yesus menjadi purwarupa (prototype) bagi kita melalui tindakan-Nya mengosongkan diri. Pengosongan diri yang dilakukan Yesus membuat-Nya benar-benar berada pada titik nol. Ia tidak hanya menahan diri untuk tidak menggunakan kemampuan dan hak istimewa-Nya dengan sukarela, melainkan juga menerima penderitaan, kesalahpahaman, perlakuan buruk, kebencian bahkan kematian di kayu salib.

Sebagai pengikut Kristus kita pun perlu mengosongkan diri, membawa diri kembali kepada "titik nol". Membuka diri terhadap proses pembersihan sehingga hidup kita menjadi bersih serta mampu menyatakan kehendak Allah dengan sempurna. Berada pada titik nol akan membawa kita merasa sangat dekat dengan Tuhan, menjadi sempurna dan dapat mendengar suara Tuhan. Bertanggung jawab atas setiap masalah, alih-alih melemparkannya ke pundak orang lain. Dibutuhkan perjuangan memang, mengingat memori buruk terus terakumulasi dari hari ke hari. Diperlukan penyesalan atas dosa, pertobatan, ungkapan syukur dan penerimaan diri. --EBL/www.renunganharian.net

* * *
SAYA MENYESAL. MAAFKAN SAYA. TERIMA KASIH. SAYA MENCINTAIMU.
INILAH MANTRA PEMBERSIH DIRI DARI MEMORI NEGATIF.

* * *


RENUNGAN SABTU

Bacaan Setahun: 1 Samuel 25-27

Nas: Ketika mereka sedang duduk di situ dan sedang makan, Yesus berkata, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku." (Markus 14:18)


Musuh dalam Selimut

Mengutip dari Wikiquote bahasa Indonesia, "musuh dalam selimut" diartikan sebagai orang terdekat yang diam-diam berkhianat; mempunyai musuh yang dekat dengan kita dan dapat mencelakai kita; dan musuh dalam kalangan sendiri. Karena "musuh" itu orang yang sangat dekat dengan kita, biasanya kita tidak tahu siapa dia hingga waktu yang akan memberitahukannya. Tanpa kita duga, pribadi yang kita nilai bersahabat, adalah musuh yang menikam diri kita dari belakang.

Di mata para murid, Yudas Iskariot bisa jadi adalah sosok murid yang baik dan bersahabat, tapi tidak di mata Yesus. Yesus tahu sejak awal bahwa Yudas Iskariot yang akan menjual dan menyerahkan diri-Nya. Yesus tahu bahwa Yudas adalah musuh dalam selimut. Di malam perjamuan Paskah itu Yesus pun memberitahukan dengan jelas bahwa "musuh" itu adalah salah seorang dari antara mereka. Ya, Yudas Iskariot bisa disebut sebagai seorang berwajah ganda atau pintar bersandiwara. Di depan Guru dan murid-murid lain ia tampak bersahabat, tetapi di belakang, ia siap menusuk Sang Guru.

Kita mungkin mencela sikap Yudas. Tetapi apakah kita menyadari bahwa sikap itu juga yang kerap tercermin dalam perilaku orang-orang kristiani di masa kini? Tidak sedikit orang menyebut diri murid Kristus, dibaptis, dan melayani-Nya, tetapi dalam perilaku hidup sehari-hari mereka menunjukkan perbuatan yang "menikam Yesus" dengan maksud dan tindakan jahatnya. Apa yang diucapkan Yesus tentang Yudas Iskariot kiranya mengingatkan kita: apakah kita benar-benar seorang murid yang mengasihi-Nya? Atau ada maksud lain di balik kedekatan kita kepada-Nya? --SYS/www.renunganharian.net

* * *
TAMPAK DEKAT SAJA DENGAN KRISTUS TERNYATA TIDAK MEMBERI JAMINAN
APAKAH KITA BENAR-BENAR PENGIKUT-NYA YANG SEJATI.

* * *


MOTTO JPA : "ANDA BUKAN ORANG ASING, TETAPI KELUARGA KAMI DALAM TUHAN"


"THE FUTURE IS NOW" (MASA DEPAN ADALAH SEKARANG) | Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

#KeluargaJPA​​​ #TuhanBekerja​​​ #JPABerdampak​​​ #JPAVision​​​ #TheFutureIsNow #GPdI​​​ #GPdIJPA​​​ #Praise​​​ #Renungan #InfoIbadah​​​ #multimediaJPA







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "

 Ps. Calvin Waworuntu " Revolusi Penyembahan "  Maz. 32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau d...

Post Bottom Ad

Halaman