RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Galatia 4-6
Nas: "Sebab, pada saat salammu sampai di telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan." (Lukas 1:44)
Sejak Dalam Rahim
Bukanlah pengetahuan baru bahwa sejak usia tertentu, janin dalam rahim sang ibu telah dapat memberi respons terhadap suara di sekitarnya. Itu sebabnya para orang tua dianjurkan untuk aktif melakukan komunikasi tertentu dengan sang janin, misalnya dengan memperdengarkan musik klasik. Tindakan itu dapat meningkatkan kemampuan motorik bayi serta membantu kecerdasan emosinya.
Pengalaman Elisabet ketika dikunjungi oleh Maria meneguhkan kebenaran ini. Saat Maria mengucapkan salam kepadanya, bukan hanya Elisabet yang bersukacita, tetapi bayi di rahimnya juga turut melonjak kegirangan. Sang bayi yang kemudian dikenal sebagai Yohanes Pembaptis bergirang mendengar suara Maria, yang saat itu sedang mengandung Yesus Kristus. Dengan tuntunan Roh Kudus (ay. 41), Elisabet mengerti bahwa Maria bukan mengandung bayi biasa, sehingga ia menyebutnya sebagai "ibu Tuhanku" (ay. 43). Pengertian itu membuatnya bersukacita, yang ternyata turut dirasakan janin dalam kandungannya.
Menyadari bahwa bayi-bayi dalam kandungan mampu memberi respons terhadap apa yang terjadi di sekitarnya maka seharusnyalah semua orang, khususnya orang tua, memperhatikan serta menjaga kenyamanan mereka. Sekalipun masih sangat terbatas, tetapi hendaknya mereka tahu bahwa mereka adalah ciptaan Tuhan yang berharga dan dikasihi oleh-Nya. Para orang tua hendaknya mulai menuntun mereka kepada kebenaran sehingga kelak mereka menjadi pribadi-pribadi yang berkenan kepada Allah dengan melakukan kehendak-Nya. Tindakan ini semacam meletakkan pijakan yang kokoh agar kelak mereka dapat berdiri teguh dalam mengikut Tuhan dan memberitakan nama-Nya. --HT/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Efesus 1-3
Nas: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)
Merelakan Anak-Nya
Dalam film The Fantastic Four: First Steps, mengisahkan dilema yang dialami oleh pasangan Reed Richards-Susan Storm, ketika Galactus memberi pilihan sulit: Bumi akan dihancurkan atau menukarnya dengan menyerahkan anak yang masih dalam kandungan Susan. Reed-Susan pun menolak menyerahkan anak, yang selama ini mereka nantikan, lalu segera memikirkan cara lain untuk menyelamatkan anak mereka, sekaligus melindungi Bumi, dan mengalahkan Galactus.
Merelakan anak untuk alasan tertentu, termasuk terpisah oleh kematian, bukanlah perkara mudah. Emosi yang campur aduk terjadi dalam waktu bersamaan. Kita yang pernah kehilangan seorang anak karena kematian dapat lebih memahami betapa hati Bapa Surgawi pastilah tidak mudah melihat "Sang Firman" itu, harus datang ke dunia sebagai manusia, dan menyerahkan nyawa demi keselamatan manusia. Kita dapat menghafal dengan mudah pernyataan kasih Allah kepada dunia ini, tetapi mungkin kita takkan pernah mampu menyelami kedalaman kasih Allah kepada manusia (ay. 16), sehingga kita dan setiap orang yang menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi akan beroleh hidup kekal.
Sungguh beruntung kita yang telah menerima anugerah keselamatan, yang berasal dari kasih Bapa Surgawi yang takkan pernah tergantikan itu. Teruslah bertumbuh dalam kasih kita kepada-Nya, juga beritakanlah kasih yang besar itu kepada orang-orang yang belum percaya kepada-Nya, karena kasih-Nya akan jiwa-jiwa masih membara, supaya semakin banyak orang menerima anugerah keselamatan dalam nama-Nya. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Efesus 4-6
Nas: Tuhan akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya. (Mazmur 121:8)
Bersama Siapa?
Seorang pekerja menceritakan situasi hidupnya: Setiap hari ia melewati jalanan ruwet, menghadapi tekanan pekerjaan, dan menjalani hidup yang serba asing. Tak jarang ia sering merasa takut, takut membuat kesalahan, takut gagal, takut tidak mampu bertahan. Hingga suatu malam, ia membaca kitab Mazmur 121, "Tuhan akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya." Ia dikuatkan bahwa dalam ketakutannya, ada Tuhan yang menjaganya.
Mazmur 121 merupakan bagian dari nyanyian ziarah, yaitu mazmur yang dinyanyikan oleh umat Israel saat mereka berjalan menuju Yerusalem. Dalam perjalanan yang penuh bahaya, pemazmur mengingatkan bahwa pertolongan mereka datang dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi (ay. 2), dan bahwa Tuhan menjaga setiap langkah mereka. Ayat 8 adalah penutup yang menjamin bahwa Tuhan menjaga "keluar masukmu", sebuah ungkapan yang menggambarkan seluruh aktivitas hidup, baik saat memulai hari maupun saat mengakhirinya. Jaminan ini tidak hanya untuk saat ini, tapi sampai selama-lamanya.
Tak sedikit dari kita takut melangkah dan khawatir dengan apa yang menanti di depan. Namun, hari ini kita diingatkan bahwa yang paling penting bukanlah ke mana kita melangkah, tetapi bersama siapa kita melangkah. Jika Tuhan berjalan bersama kita, kita diyakinkan bahwa tidak ada langkah yang sia-sia, tidak ada perjalanan yang terlalu berat untuk dilalui karena Dia berjanji akan menjaga dan menyertai kita, dari awal sampai akhir. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Filipi 1-4
Nas: "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yohanes 3:30)
Katak Jadi Lembu
Peribahasa "seperti katak hendak jadi lembu" menggambarkan sikap ingin terlihat besar, sekalipun kenyataan tidaklah demikian. Ini merupakan sikap pongah yang bukan saja tidak membangun, melainkan dapat merusak komunitas. Pertengkaran terjadi karena masing-masing ingin diakui sebagai yang paling berarti. Kita pun dapat bersikap serupa. Kita merasa lebih penting, lebih rohani, atau lebih layak dibanding orang lain.
Yohanes Pembaptis menunjukkan sebaliknya. Ia menyadari bahwa perannya hanyalah pembuka jalan bagi Kristus. Ketika banyak orang memuji kuasanya, Yohanes justru mengarahkan mereka kepada Kristus. Bahkan ia menyebutkan bahwa dirinya tidak layak membuka tali kasut-Nya sekalipun. Ia sangat bersukacita ketika Yesus datang. Yesus digambarkannya sebagai mempelai sejati. Yohanes hanyalah pendamping mempelai itu. Bahkan Yohanes juga tidak merasa tersaingi ketika murid Yesus membaptis. Ia mengakui bahwa semuanya adalah karunia pemberian dari surga. Yesus harus makin besar, dan dirinya harus makin kecil, demikian prinsip hidupnya.
Sikap hidup Yohanes Pembaptis selaras dengan nasihat Rasul Paulus. Segala hal yang kita miliki pada dasarnya adalah pemberian dari atas. Tidaklah patut kita membesarkan-besarkan diri. Karena itu bukan karena hasil kerja kita, melainkan anugerah Allah semata. Setiap pujian dan penghargaan yang kita terima haruslah membuat kita semakin rendah hati, sambil merujuk kepada Tuhan Yesus. Yesus harus menjadi yang utama dan yang dimuliakan, bukan diri kita. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Kolose 1-4
Nas: Mereka membacakan Kitab itu, Taurat Allah, dengan jelas dan memberi penjelasan, sehingga pembacaan itu dapat dimengerti. (Nehemia 8:8)
Supaya Dimengerti
Setelah melalui 70 tahun pembuangan di Babel akibat dosa mereka, bangsa Israel kembali ke Yerusalem sesuai janji Allah. Ezra menjadi salah satu pemimpin mereka. Ezra adalah seorang imam, juga ahli kitab yang mahir dalam Taurat Musa, serta berkomitmen untuk menaati serta mengajarkannya kepada umat Allah (Ezr. 7:6, 10). Generasi yang lahir dan besar di Babel tentunya tidak lagi terbiasa dengan berbagai pengajaran Taurat. Ezra menyadari itu. Maka ketika ia dan beberapa orang Lewi membacakan Taurat Musa kepada seluruh rakyat yang berkumpul di depan pintu gerbang Bait Allah, mereka membacakannya dengan jelas, serta menerangkan maknanya, sehingga semua orang dapat memahaminya. Hasilnya, umat Israel menyadari betapa mereka telah berdosa sehingga mereka menangis, berdukacita, dan bertobat.
Inilah yang seharusnya menjadi tujuan kita saat membaca firman Allah, yaitu untuk memahaminya lalu menerapkannya. Bukan sekadar rutinitas tanpa makna. Bukan supaya orang lain berpikir bahwa kita adalah orang saleh. Itu jugalah yang hendaknya menjadi tujuan utama para pemberita firman Tuhan, baik melalui khotbah atau berbagai media lainnya. Bukan untuk memamerkan kehebatan diri sendiri sehingga pendengarnya memuji-muji sang pengkhotbah. Melainkan membuat firman Tuhan itu dipahami dengan jelas, sehingga dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Membaca, mendengarkan, atau mengkhotbahkan firman Tuhan seharusnya berakhir pada pemahaman yang membuat kita melakukan sesuatu seturut kehendak Allah. Kita ditegur, diingatkan, dikoreksi, dituntun, diajar, dan diteguhkan untuk menjalani hidup yang berkenan bagi Tuhan. --HT/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: 1 Tesalonika 1-5
Nas: Kata Yosua lagi, "Dari hal inilah akan kamu ketahui bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu, dan Ia sungguh-sungguh akan menghalau dari hadapanmu orang Kanaan, orang Het, orang Hewi, orang Feris, orang Girgasi, orang Amori, dan orang Yebus." (Yosua 3:10)
Kekuatan Ikatan Relasi
Kuatnya sebuah relasi tentu akan sangat berpengaruh dalam hidup kita. Di dalamnya, kita akan merasakan berbagai dukungan dalam hidup, yang mendorong kita untuk terus melangkah maju. Bahkan sekalipun kita terjatuh dalam keraguan untuk melangkah, kita akan dapat menemukan jawaban yang akan mendorong kita untuk berjalan kembali, melalui orang-orang di sekeliling kita.
Demikian juga ketika bangsa Israel sedang bergumul dalam perjalanan mereka menuju tanah Kanaan, di mana mereka harus menyeberangi sungai Yordan dan kemudian menghadapi berbagai bangsa. Namun, dalam pergumulan tersebut, bangsa Israel merasakan betul kehadiran Allah di tengah-tengah mereka karena kuatnya relasi mereka dengan Allah. Allah kembali menyatakan diri-Nya di tengah-tengah mereka dengan menegaskan bahwa Allah senantiasa menyertai langkah mereka, dan menghalau bangsa-bangsa yang ada di depan mereka sehingga mereka akan dapat mencapai tempat tujuan mereka. Kehadiran Allah ini merupakan wujud nyata dari dukungan-Nya kepada bangsa Israel bahwa Allah senantiasa menjawab pergumulan mereka, yang menjamin hidup mereka, oleh sebab kuatnya relasi antara Allah dengan mereka.
Allah selalu berada di tengah-tengah kita untuk mendukung hidup kita dan menyertai hidup kita. Oleh karenanya, sudah sepatutnya kita semakin mendekatkan diri kepada-Nya dan menyerahkan hidup kita dengan segala pergumulannya kepada-Nya karena Allah tidak pernah meninggalkan kita dan selalu memberi jawab atas hidup kita. --ZDP/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar