RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Markus 12-13
Nas: Salmon mempunyai anak, Boas dari Rahab; Boas mempunyai anak, Obed dari Rut; Obed mempunyai anak; Isai. (Matius 1:5)
Perempuan-Perempuan Bermasalah
Ketika memilih pemimpin negara, kita tentu menginginkan yang terbaik. Semua hal, dari yang umum sampai hal detail, pasti ditelisik habis. Kita ingin tahu bagaimana kebiasaan kesehariannya, gaya kepemimpinannya, kemampuannya, dan rekam jejaknya. Tidak cukup dengan itu. Kita juga ingin tahu siapakah ayah ibunya, keturunan siapakah dia, dan dari manakah dia berasal. Kita tidak ingin ada cacat, meskipun kadang kita harus berkompromi dengan satu dua kelemahan.
Berbeda dengan pilihan Allah kita. Nenek moyang Yesus penuh dengan orang bermasalah. Mereka tidaklah sempurna. Uniknya, Matius menyebutkan secara khusus beberapa nama perempuan. Ada Rahab, Rut, juga istri Uria. Kita tahu Rahab adalah pelacur dari Yerikho. Rut lebih baik, karena dia setia pada Naomi, mertuanya, dan beribadah kepada Allah Israel. Meskipun demikian, Rut adalah perempuan Moab. Yang menarik juga adalah Batsyeba yang disebut istri Uria, bukan istri Daud. Sekalipun Daud juga disebut sebagai salah seorang nenek moyang Yesus. Hal ini sekaligus mengingatkan pembaca tentang dosa Daud yang keji.
Di mata Tuhan tidak ada seorang pun yang sempurna selain anak-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus. Meskipun demikian, Ia tetap memilih mereka yang cacat dan memiliki banyak kelemahan. Bahkan perempuan berdosa pun dihargai-Nya. Karena itu, orang percaya seharusnya tampil percaya diri. Tuhan telah memilih kita sebagai anak-anak-Nya. Tuhan membuat diri kita mampu berdiri tegap di hadapan orang. --HEM/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Markus 14
Nas: Kalau engkau bersih dan jujur, tentu Ia akan bangkit demi engkau dan Ia akan memulihkan rumah yang adalah hakmu. (Ayub 8:6)
Terlalu Cepat Bicara
Tidak ada yang salah dengan pandangan Bildad yang mengatakan bahwa Allah dengan segala jalan-jalan-Nya adalah adil dan benar. Namun, Bildad sesungguhnya tidak benar-benar memahami apa yang dialami oleh Ayub. Ia terlalu terkesan tergesa-gesa untuk memberikan pandangan dan nasihatnya kepada Ayub. Ya, Allah tidak mungkin membengkokkan keadilan dan kebenaran, tetapi apakah hal itu berarti bahwa orang-orang yang bersih dan jujur jalannya dijamin akan terhindar dari bencana? Sebaliknya, apakah orang-orang yang mengalami berbagai masalah adalah mereka yang tidak peduli kepada Allah?
Penderitaan hebat yang dialami Ayub sesungguhnya bukan diakibatkan oleh hubungannya dengan Allah. Penderitaannya terjadi karena pekerjaan Iblis yang oleh Allah diizinkan untuk menguji iman Ayub. Sayangnya, Bildad tidak memahami hal ini sehingga ia hanya melihat pada satu sisi bahwa derita yang dialami Ayub adalah karena dosa. Tentu Bildad akan menjadi lebih bijak dan tidak tergesa-gesa seandainya ia bisa sedikit menahan dirinya untuk bersedia lebih banyak mendengar, memperhatikan, dan menyelidiki dengan teliti, sebelum ia mengambil sebuah kesimpulan.
Kiranya pengalaman Bildad menjadi pelajaran penting bagi hidup kita untuk tidak terburu-buru mengambil kesimpulan, atau malah menghakimi orang yang sedang ditimpa musibah dengan pembenaran-pembenaran perkataan kita. Mari belajar untuk menahan diri. Belajar untuk bersedia mendengarkan dan memahami situasi buruk yang dialami seseorang agar kita tidak terlalu cepat mengeluarkan pendapat yang sebenarnya keliru. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Markus 15-16
Nas: Firaun menyuruh menaikkan Yusuf ke dalam keretanya yang kedua, dan berserulah orang di hadapan Yusuf, "Hormat!" Demikianlah Yusuf diangkat Firaun menjadi pemegang kuasa atas seluruh tanah Mesir. (Kejadian 41:43)
Orang Besar
Sang motivator berteriak di hadapan seluruh peserta seminar, "Siapa bercita-cita menjadi orang besar?" Serempak semuanya angkat tangan. "Nah, sekarang siapa bersiap menghadapi kesukaran besar?" kembali sang motivator berteriak. Hanya beberapa gelintir peserta angkat tangan. "Ah, sayang sekali!" sang motivator menepuk dahinya, "Sedikit saja dari Anda yang nantinya menggapai cita-cita itu."
Orang-orang besar dilahirkan dari kesukaran besar. Tidak terkecuali mereka yang tercatat di dalam Alkitab. Kita ambil satu contoh, yakni Yusuf. Hari itu, seusai menuturkan makna mimpi, Yusuf diangkat oleh Firaun sebagai penguasa nomor dua atas negeri Mesir (ay. 40). Yusuf menjadi orang besar, dan sebelumnya juga ia menghadapi kesukaran besar. Saudara-saudaranya sendiri menjualnya ke negeri yang jauh sebagai budak (Kej. 37:28). Istri tuannya kerap merayunya untuk berzina, dan selalu ditolaknya. Namun, suatu hari saat ia menolak, perempuan itu memfitnahnya telah berbuat tidak senonoh, dan kemudian ia dipenjarakan (Kej. 39:17-20). Terhadap seluruh kesukaran itu, Yusuf menyatakan dirinya siap. Kesiapannya ditunjukkan dengan setiap hari tekun bekerja sehingga baik di rumah tuannya maupun di penjara, selalu ia menjadi orang kepercayaan (Kej. 39:4, 22).
Kesukaran membentuk ketahanan dan kekuatan. Tidak heran jika sesudahnya lahir orang-orang besar. Mengerti akan kebenaran ini, jangan kita menjadi tawar hati jika saat ini dihadapkan pada kesukaran besar. Meneladani Yusuf, mari tetap tekun melakukan bagian kita (bekerja dan berdoa). Sadari tangan Tuhan sedang membentuk kita menjadi "orang besar". Saat akhirnya kita keluar dari kesukaran, kita akan mendapati diri kita lebih tangguh, lebih bijaksana, juga lebih beriman kepada Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Lukas 1
Nas: Jadi, berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera. (Efesus 6:14-15)
Sabuk Kebenaran
Pada abad pertama Masehi, kota Efesus merupakan pusat perdagangan dan kebudayaan yang penting di Kekaisaran Romawi. Kota ini terkenal dengan adanya Kuil Artemis, salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno, dan masyarakatnya yang melakukan penyembahan kepada Dewi Yunani dan Kaisar. Dalam lingkungan yang dipenuhi dengan berbagai pengaruh budaya dan kepercayaan, Paulus menulis surat kepada jemaat di Efesus, menguatkan mereka untuk tetap berakar pada ajaran Kristus. Surat Efesus ditulis dengan tujuan memberi penguatan dan nasihat rohani bagi orang-orang percaya yang hidup di tengah tantangan iman.
Di dalam Efesus 6:14, Paulus menyatakan, "Jadi, berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan." Kebenaran di dalam Kristus di sini diumpamakan sebagai ikat pinggang seorang prajurit, yang berfungsi untuk menjaga semua bagian pakaian perang tetap pada tempatnya. Dalam konteks rohani, kebenaran adalah landasan utama yang menjaga seluruh kehidupan iman kita tetap kokoh. Tanpa kebenaran, iman kita akan mudah tergoyahkan oleh berbagai doktrin palsu dan godaan duniawi.
Mengenakan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari berarti hidup dengan integritas dan kejujuran di segala situasi. Ini mencakup kejujuran, kesetiaan, ketulusan dalam pelayanan, dan menjaga moralitas yang tinggi meskipun tidak ada yang melihat. Dalam dunia yang sering kali memutarbalikkan nilai-nilai, mengenakan kebenaran menjadi tanda kesetiaan dan pengabdian kita kepada Kristus. Setiap keputusan kecil yang kita buat berdasarkan kebenaran akan memperkuat iman kita dan membawa dampak positif bagi orang-orang di sekitar kita. --STP/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: MAZMUR 105:1-6
Bacaan Setahun: Lukas 2-3
Nas: Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, perbincangkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! (Mazmur 105:2)
Perbincangan yang Bermakna
Banyak orang yang dapat menghabiskan berjam-jam, bahkan sepanjang hari, untuk berbincang tentang berbagai topik, mencakup hobi, peristiwa politik, skandal artis, bisnis atau berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar mereka. Sebagian perbincangan itu memang berguna serta menolong orang lain untuk mengetahui sesuatu. Namun, mungkin juga tidak berdampak apa-apa, selain hanya menghabiskan waktu begitu saja.
Dengan dorongan Roh Allah, Pemazmur mengajak serta menantang kita untuk memperbincangkan perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib. Kita dapat menceritakan kehebatan Allah melalui lagu pujian atau mazmur. Kita dapat menyaksikannya melalui kegiatan peribadatan bersama dalam komunitas orang beriman. Namun, kita juga ditantang untuk memperkenalkan nama-Nya kepada bangsa-bangsa yang belum mengenal-Nya. Hendaknya kita menjadikannya topik perbincangan dengan orang lain. Kita diperintahkan untuk berani bersaksi melalui perkataan tentang bagaimana Allah telah menebus, menyelamatkan, memelihara, serta memberkati kita.
Percakapan yang demikian tentu saja dapat menuntun orang-orang untuk semakin mengenal Tuhan, mengagumi serta menaati Dia. Perbincangan kita pun bukan hanya kata-kata kosong yang segera bisa hilang tanpa bekas, melainkan perbincangan yang bermakna, yang dapat memberkati orang lain serta meneguhkan mereka dalam mengikut Tuhan. Memperbincangkan karya Allah di dalam kehidupan kita seharusnya menjadi gaya hidup yang perlu kita latih dan pelihara. Tindakan ini bukan hanya mengingatkan kita tentang karya Allah di masa lalu, tetapi berguna untuk membimbing serta meneguhkan kita di masa kini, serta menjadi pedoman yang akan membangun iman kita untuk masa depan. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: ROMA 11:11-24
Bacaan Setahun: Lukas 4-5
Nas: Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, sedangkan engkau tegak dalam iman. Janganlah sombong, tetapi takutlah! (Roma 11:20)
Takut yang Kudus
Adalah biasa jika petani mencangkokkan cabang yang baik ke pohon yang akarnya kuat. Tujuannya tentu untuk menghasilkan buah yang baik. Tak sekali pun petani mencangkokkan cabang liar secara sembarangan agar tidak merusak pohon dan kualitas hasil panennya. Namun, berbeda dari kebiasaan manusia, Tuhan mencangkokkan cabang yang liar pada Pohon Zaitun Sejati.
Ya, bangsa-bangsa bukan Yahudi (termasuk kita) yang sesungguhnya tidak memiliki hak istimewa diberi kesempatan untuk dipersatukan di dalam Kristus. Tuhan bermurah hati, memberi kesempatan hidup dalam pohon anugerah-Nya kepada bangsa-bangsa yang semestinya mati binasa. Hasilnya, setiap pribadi yang dicangkokkan pada Kristus menerima kepenuhan-Nya, mendapat aliran sari-sari makanan dari-Nya.
Atas anugerah istimewa ini Paulus berpesan agar setiap kita, sebagai cabang yang dicangkokkan ini tidak jemawa. Sebab, tanpa aliran sari makanan dari Sang Akar Zaitun Sejati kita bukan siapa-siapa, tidak bisa melakukan apa-apa, tidak berarti apa-apa. Alih-alih merasa aman dan sombong, Paulus mengingatkan agar kita memiliki rasa takut yang kudus kepada Tuhan.
Bukan rasa takut yang penuh kecemasan kalau-kalau Allah tidak setia kepada janji-Nya. Sebab Tuhan kita setia dalam janji kasih, keadilan, dan kebenaran-Nya. Namun, takut yang kudus adalah perasaan segan dan hormat, menaruh penghargaan mendalam kepada Tuhan. Kagum kepada otoritas dan kemuliaan-Nya, dinyatakan dalam sikap taat: hidup setia dalam reksa-Nya, meninggalkan segala bentuk tabiat dosa. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar