RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Yehezkiel 9-12
Nas: Karena iman, Rahab, pelacur itu, tidak turut binasa bersama orang-orang tidak taat, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan damai. (Ibrani 11:31)
Menerima Kasih Karunia
Sebutan sebagai pelacur jelas sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Seperti Rahab, yang mungkin dipandang begitu rendah dan hina. Namun, dalam segala kekurangannya itu, Tuhan tetap menyatakan anugerah-Nya. Rahab belumlah mengenal Allah Israel, tetapi imannya bertumbuh dari berita-berita menakjubkan yang didengarnya tentang Allah Israel itu. Karena iman, ia bertindak menyelamatkan dua pengintai itu. Dan karena imannya pula, ia tidak turut binasa bersama orang-orang yang tidak taat.
Tuhan melihat iman Rahab, Tuhan sama sekali tidak memedulikan masa lalunya yang dianggap buruk. Tak hanya diselamatkan dari kehancuran Yerikho, bahkan Tuhan memakai dirinya menjadi salah satu jalan untuk menggenapi rencana kedatangan-Nya di bumi. Nama Rahab tidak akan pernah terhapus dari Alkitab sebagai salah satu pahlawan iman, tidak peduli walau julukan "pelacur" itu tetap saja melekat di depan namanya.
Hidup kita tidak ubahnya seperti Rahab. Kita berdosa dan ditentukan untuk binasa. Syukur kepada Tuhan karena Ia tidak menghendaki seorang pun binasa. Tuhan menghendaki setiap orang menerima kasih karunia untuk diselamatkan. Tak peduli seburuk apapun kita menjalani kehidupan, Tuhan tetap dengan kesabaran-Nya menyediakan anugerah itu. Dari mendengar firman, iman bertumbuh. Iman kepada Tuhan mendorong kita untuk bertindak melakukan kehendak-Nya dan menerima janji keselamatan yang telah disediakan-Nya. Demikianlah kita diampuni dari semua dosa dan diselamatkan, bukan dari usaha kita, tetapi karena kasih karunia Tuhan semata. Dan tak hanya diselamatkan, Tuhan pun mendandani hidup kita sehingga kita layak dipakai-Nya untuk tujuan yang mulia. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Yehezkiel 13-15
Nas: "Jika seseorang mau menjadi pengikut-Ku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku." (Markus 8:34)
Melepaskan yang Lama
Baju dan badan saya kotor terkena lumpur sewaktu bermain bersama para pemuda gereja dalam kegiatan retret. Karena itu, saya memutuskan untuk membersihkan badan dan berganti pakaian dengan yang baru dan bersih. Karenanya, saya harus menanggalkan pakaian yang kotor lalu menggantinya dengan yang baru. Melepaskan yang kotor dan lama lalu menggantinya dengan yang baru dan bersih. Ada pertukaran yang harus dikerjakan.
Markus mencatat teguran keras Tuhan Yesus kepada Petrus. Mengapa? Karena Petrus lebih memilih kenyamanan hidup dan menyelamatkan Yesus dari salib dan penderitaan. Lebih memilih hidup dalam kenyamanan dan tidak mengerjakan kehendak Allah, itulah yang ada di dalam hati Petrus. Yesus tahu untuk taat dan mengikuti kehendak Bapa maka ia harus melepaskan keinginan manusiawi-Nya akan keselamatan diri dan menyerahkan hidup-Nya kepada kehendak Bapa. Karena itu, Tuhan Yesus menegaskan tentang syarat mengikut Dia, yakni menyangkal diri dan memikul salib dengan rela. Ada pertukaran antara kesenangan dan kenyamanan hidup di dalam kedagingan dengan kesediaan tunduk dan mengikut Tuhan Yesus setiap hari.
Bagaimana dengan kehidupan kita hari ini? Masihkah kita menggenggam erat kehidupan lama yang penuh dengan kekotoran dosa? Seharusnya, kita perlu mengganti kehidupan lama kita dengan yang baru bersama Kristus. Melepaskan keinginan daging yang berlawanan dengan keinginan Kristus, lalu menggantinya dengan penyangkalan diri dan memikul salib setiap hari. Bersediakah kita berkomitmen bagi Kristus? --DSK/www.renunganharian.net
* * *
Nas: Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati. (Roma 12:1)
Persembahan yang Hidup
Sesuai dengan peraturan yang disampaikan oleh Allah kepada Musa, ketika bangsa Israel hendak mempersembahkan hewan kurban, maka hewan itu akan disembelih kemudian dibakar. Persembahan kurban itu sendiri memiliki banyak makna, misalnya pengucapan syukur, permohonan ampun atas dosa, pendamaian, dan lain-lain. Seorang imam akan memeriksa apakah hewan itu memenuhi syarat untuk menjadi kurban. Jika memenuhi syarat maka hewan itu akan dikurbankan. Ia menjadi kurban melalui kematiannya. Dipersembahkan menjadi kurban berarti mengalami kematian.
Maka gagasan yang disampaikan Rasul Paulus mengenai persembahan yang hidup merupakan sesuatu yang sangat berbeda. Ia menegaskan bahwa sebagai umat yang telah diselamatkan melalui pengurbanan Tuhan Yesus, kita diminta untuk mempersembahkan tubuh kita kepada Allah. Bukan dengan menyerahkan diri untuk disembelih lalu dibakar seperti konsep Perjanjian Lama. Melainkan menyerahkan diri kita agar sepenuhnya digunakan untuk mengerjakan kehendak Allah. Setiap anggota tubuh kita dipakai untuk tujuan yang baik dan mulia. Itulah ibadah sejati kita.
Sebagai umat tebusan Kristus, kita diperintahkan untuk memuliakan Allah dengan tubuh kita (1Kor. 6:20b). Kita dapat mewujudkannya dengan kerelaan mengulurkan tangan untuk menolong orang yang lemah. Juga menggunakan tangan untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu sehingga kita dapat berbagi. Kita melangkahkan kaki untuk membawa kabar baik kepada orang lain. Kita menggunakan mulut untuk menyampaikan kata-kata yang membangun dan meneguhkan orang lain. Ya, mendedikasikan setiap anggota tubuh kita untuk mengerjakan kebaikan menjadikannya suatu persembahan yang hidup dan berkenan kepada Allah. --HT/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Yehezkiel 18-20
Nas: "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah dari-Ku ...." (Matius 11:29)
Belajar Itu Menghidupi
Kuk/gandar (Gerika: zugos) adalah alat yang dipasang pada lembu ketika lembu itu dipakai untuk menarik beban (bajak, gerobak, dll.). Dengan memakai kuk (gandar) sebagai kiasan, Tuhan bersabda, "Pikullah kuk yang Kupasang." Tuhan menghendaki agar kita memikul "gandar" yang Tuhan pasang, yakni tugas dan tanggung jawab yang harus kita pikul karena kita menjadi pengikut Kristus.
Mari perhatikan. Perintah untuk memikul "gandar" itu ternyata langsung disambung dengan perintah "dan belajarlah kepada-Ku". Dan, perintah "belajarlah" tersebut diterjemahkan dari imperatif Gerika mathete, yang berasal dari kata mathein, yang berarti belajar dengan melakukan dan menjalani hal-hal yang dipelajari. Berarti, perintah "Pikullah kuk (gandar) yang Kupasang dan belajarlah dari-Ku" adalah perintah agar kita belajar pada Tuhan dengan cara melakukan dan menjalani kewajiban dan tanggung jawab pengikut Kristus. Apa itu? Menghidupi dan mewujudnyatakan cinta sepanjang hidup kita.
Pesan apa yang kita lihat di sana?
Seperti kita belajar bersepeda dengan bersepeda, belajar berenang dengan berenang, dan belajar bernyanyi dengan bernyanyi, kita belajar melakukan kehendak Tuhan dengan melakukan kehendak Tuhan, belajar peduli dengan bertindak peduli, belajar toleran dengan bertindak toleran, belajar mengasihi dengan mengasihi, dan seterusnya.
Demikianlah, kita diundang untuk belajar pada Tuhan bukan dengan berwacana tentang Tuhan dan firman-Nya, melainkan dengan menghidupi dan mewujudnyatakan cinta dalam hidup kita. --EE/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Yehezkiel 21-22
Nas: Tetapi, kenakanlah Tuhan Yesus Kristus dan jangan pedulikan lagi keinginan-keinginan daging. (Roma 13:14)
Mengenakan Tuhan
Hukum diciptakan dengan tujuan untuk memberikan tatanan dalam kehidupan. Meski demikian, hukum tidak selalu mencapai tujuannya. Kadang, hukum dilakukan tanpa pertimbangan psikologis sehingga membuahkan reaksi negatif seperti kebencian dan perlawanan alih-alih introspeksi dan perbaikan diri. Namun, ada pendekatan yang lebih efektif: dengan melibatkan pemahaman, bimbingan, dan pendidikan yang memungkinkan orang belajar dari kesalahan tanpa merasa disakiti atau dihakimi.
Pendekatan inilah yang dipakai Tuhan Yesus dalam misi memulihkan kehidupan manusia berdosa menuju citra Allah sesuai rancangan semula. Yesus menyatakan kasih, pengampunan, dan keteladanan. Yesus menekankan kasih di atas segala hukum. Yesus rindu setiap umat memiliki kesadaran dan kepedulian dari hati untuk hidup dalam kasih dan kebenaran, bukan sekadar taat kepada hukum hanya karena terpaksa.
Karena itu, bukan hanya jemaat di Roma yang mesti mengenakan Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang. Setiap orang percaya sudah semestinya mengenakan Tuhan. Menjadikan Tuhan Yesus sebagai bagian integral hidup, menjadikan karakter-Nya sebagai teladan di segala aspek kehidupan. Mengenakan Tuhan pada akhirnya tidak hanya membuktikan jati diri kita sebagai anak-anak Tuhan, melainkan juga menjadi kesaksian yang indah bagi sesama. Sebab tutur kata dan tindakan pribadi yang mengenakan Tuhan mencerminkan karakter Kristus secara nyata. Dengan mengenakan Tuhan, kita andil dalam misi kerajaan Allah: mewujudkan pemulihan ciptaan. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan Setahun: Yehezkiel 23-24
Nas: Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu. (1 Petrus 5:7)
Tidak Takut Mencoba
Ketika seseorang mendapatkan suatu tanggung jawab yang baru, setiap orang akan memberikan respons yang berbeda, seperti: akan segera mempelajari dan mengerjakannya, menunda-nunda untuk mengerjakannya, takut dan tidak pernah mengerjakannya, bahkan ada pula yang menolak tanggung jawab tersebut.
Surat 1 Petrus adalah surat yang ditulis oleh Rasul Petrus kepada jemaat-jemaat yang tersebar di Asia Kecil pada masa itu. Surat ini memberikan nasihat kepada para pemimpin gereja tentang bagaimana seharusnya mereka memimpin dan mengasuh jemaat dengan baik. Salah satu dari nasihatnya adalah mengenai kekhawatiran. Pada ayat 7, Rasul Petrus mengajak mereka untuk menyerahkan semua kekhawatiran kita kepada Allah. Menyerahkan yang dimaksud adalah melepas beban yang kita pikul sehingga kita tidak terbebani lagi olehnya.
Terkadang kita takut mencoba tanggung jawab yang baru. Hal ini dapat menghambat kita dalam mengerjakan tugas dan panggilan Tuhan dalam hidup kita. Namun, sebagai orang Kristen, kita seharusnya mengandalkan Tuhan dalam menghadapi rasa takut itu. Bukankah Allah memberikan janji dalam kitab Yeremia bahwa rencana-Nya dalam hidup kita adalah untuk memberikan harapan dan masa depan yang baik? Marilah dalam masa penantian ini, kita percaya bahwa Tuhan selalu menuntun dalam setiap langkah kita dan kita tidak takut mengerjakan panggilan-Nya. Allah selalu siap untuk mendengarkan doa kita serta memberikan hikmat dan kekuatan untuk menghadapi segala perkara yang menjadi rintangan bagi kita. --AND/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar