RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Ayub 5-7
Nas: Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya di Taman Eden untuk mengerjakan dan memelihara taman itu. (Kejadian 2:15)
Memelihara Alam
"Marilah kita membesarkan anak-anak yang dapat menyebutkan nama-nama tumbuhan dan binatang, bukan nama selebriti dan merek terkenal, " kata Joel Warsh, dokter anak dari Los Angeles dan penulis buku Parenting at Your Child's Pace. "Mengenal alam sekitar secara akrab bukan hanya memperkaya kehidupan anak, tetapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa mereka bertanggung jawab untuk memeliharanya." Hal itu juga menolong mereka "memahami pentingnya hidup berdampingan dengan alam raya."
Ketika menciptakan manusia, "Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya di Taman Eden untuk mengerjakan dan memelihara taman itu" (ay. 15). Menurut konkordansi Strong, mengerjakan (kata bahasa Ibraninya abad) mengandung arti mengusahakan dan melayani. Artinya, ketika manusia mengerjakan taman atau alam lingkungan, ia sebenarnya sedang melayani atau menyembah Allah, pencipta dan pemilik alam tersebut. Ada pun memelihara (kata bahasa Ibraninya shamar) dapat berarti menjaga, memperhatikan, mengawasi, melestarikan. Dengan kata lain, kita diberi mandat untuk memelihara dan mengelola alam, bukan mengeksploitasi dan merusaknya.
Kepedulian terhadap alam, dengan demikian, memang perlu ditanamkan sejak dini. Bersama anak-anak kita dapat berjalan-jalan menikmati udara segar dan mengenali alam sekitar, bermain di alam bebas, berkebun, atau belajar tentang alam dari buku dan internet. Selain sebagai sebentuk ibadah, aktivitas tersebut dapat menurunkan stres, meningkatkan kesejahteraan mental, dan mengembangkan kreativitas. Menarik, bukan? --ARS/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: 2 TAWARIKH 26
Bacaan Setahun: Ayub 8-10
Nas: Ketika sudah kuat ia menjadi tinggi hati sehingga ia terjerumus binasa. Ia berlaku tidak setia kepada Tuhan, Allahnya, dan memasuki Bait Tuhan untuk membakar dupa di atas mezbah pembakaran dupa. (2 Tawarikh 26:16)
Dibunuh oleh Keangkuhan
Karena kesombongannya, Musa kehilangan kesabaran sekaligus kesempatan memasuki negeri perjanjian (Bil. 20:1-13). Yosua tidak mencari kehendak Tuhan sehingga kalah dalam pertempuran di Ai karena kesombongannya (Yos. 7). Bahkan Nebukadnezar berubah menjadi seperti seekor binatang karena kesombongannya (Dan. 4:32-33).
Uzia diangkat menjadi raja Yehuda pada usia enam belas tahun. Ia menggantikan ayahnya, Amazia, yang mati terbunuh. Usia muda tidak menghalanginya memimpin Yehuda. Bahkan dikatakan bahwa segala usaha Uzia berhasil berkat ketaatannya mencari Tuhan. Malang, Uzia lupa menjaga kerendahhatiannya. Uzia hanya mampu menjaga ketaatannya selama hidup Zakharia. Setelah menjadi kuat, ia dibinasakan oleh kesombongannya. Ia melakukan hal yang merusak dengan menjadi tidak setia kepada Tuhan. Ia masuk ke Bait Tuhan untuk membakar dupa di atas mezbah pembakaran ukupan yang merupakan tugas imam. Sikapnya menunjukkan bahwa ia tidak menghormati batas yang telah Tuhan tetapkan. Bahkan ia marah ketika diperingatkan oleh para imam. Akibatnya, ia terkena kusta dan diasingkan hingga hari matinya.
Banyak contoh tokoh Alkitab yang binasa karena kesombongannya. Karena itu, semestinya kita memahami kalimat Alkitab yang berbunyi, "Selama ia mencari Tuhan, segala usahanya berhasil." Sadarlah bahwa seluruh keberhasilan kita semata-mata oleh berkat Tuhan saja. Karena itu, tetaplah waspada dalam setiap keberhasilan kita! Sebab bukan kuat gagah kita, melainkan tangan Tuhan saja yang memampukan kita. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: KISAH PARA RASUL 24
Bacaan Setahun: Ayub 11-13
Nas: Sementara itu ia berharap bahwa Paulus akan memberikan uang kepadanya. Karena itu ia sering memanggilnya untuk bercakap-cakap dengan dia. (Kisah Para Rasul 24:26)
Pilihan Feliks
Feliks adalah wali negeri atau gubernur Romawi atas wilayah Yudea. Ketika para pemimpin agama Yahudi melaporkan perkara Paulus kepadanya, seharusnya mudah baginya untuk mengambil keputusan. Ia tahu bahwa Paulus tidak bersalah dalam perkara itu. Lagi pula, Feliks sungguh-sungguh mengetahui tentang Jalan Tuhan, yaitu pengajaran yang dipercaya oleh para pengikut Kristus. Namun, ia tetap menahan Paulus, walau dengan pengawasan yang longgar. Feliks juga sering memanggil Paulus untuk bercakap-cakap dengannya. Namun, motifnya ialah berharap bahwa Paulus menyogoknya dengan sejumlah uang. Namun, Paulus justru menggunakan kesempatan itu untuk berbicara tentang iman di dalam Kristus, tentang kebenaran, penguasaan diri, serta penghakiman. Feliks memahami penjelasan itu sehingga ia menjadi takut, tetapi ia tetap tidak melakukan tindakan yang benar, hingga jabatannya berakhir.
Seperti Feliks, kita sering terjebak dalam situasi sulit, bukan karena kita tidak tahu jalan mana yang benar. Melainkan karena kita tidak bersedia menempuh jalan yang benar itu. Feliks menginginkan uang. Ia juga ingin mendapatkan dukungan dari orang-orang Yahudi agar jabatannya tetap aman. Ia pun mengabaikan kebenaran serta mengorbankan orang lain.
Ketika niat kita telah dicemari oleh keserakahan serta pikiran-pikiran yang tidak tulus, kita pun mengesampingkan kebenaran. Kita tidak lagi peduli dengan kesejahteraan orang lain. Kita tidak merasa bersalah ketika ada yang menderita atau menjadi korban karena tindakan kita. Tentunya, itu bukanlah langkah yang seharusnya ditempuh oleh para pengikut Kristus yang sejati. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: LUKAS 15:11-32
Bacaan Setahun: Ayub 14-16
Nas: "Namun, ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya." (Lukas 15:22)
Kasih Tanpa Syarat
Terkadang dalam masyarakat kita masih ada anak yang "dibuang" atau dianggap tiada, sekalipun masih hidup, karena orang tuanya begitu terluka dengan perilaku si anak yang sangat keterlaluan. Itulah yang sempat dialami Jun, setelah berulang kali menyakiti hati orang tuanya, hingga meludeskan harta mereka. Itulah sebabnya, ketika saya melihat Jun diterima kembali, hati saya merasa sangat terharu melihat pernyataan kasih yang tanpa syarat dari orang tua Jun.
Kisah perumpamaan tentang anak yang hilang menjadi kisah klasik yang mengingatkan kita akan kasih Allah yang luar biasa, yang tergambar melalui kasih yang ditunjukkan oleh sang bapa kepada si bungsu. Alkitab mencatat bahwa sang bapa menanti anaknya pulang, karena kasihnya jauh melebihi perbuatan anaknya yang keterlaluan itu. Pemasangan sepatu dan cincin menunjukkan penerimaan kembali secara mutlak kepada anaknya. Tidak ada catatan yang menyebutkan jika penerimaan itu bersyarat. Kasih bapanya begitu besar sehingga kesalahan si bungsu tak bertepuk sebelah tangan, tetapi langsung terlebur dalam perjumpaan yang terasa sangat mengharukan itu.
Kasih orang tua sungguh luar biasa. Segala perilaku anak yang mendukakan hati, dapat langsung melebur ketika berjumpa kasih orang tua yang tanpa syarat. Itulah kasih yang dimiliki Bapa Surgawi, yang siap dibagikan kepada siapa saja yang memerlukan. Jika hari ini kita merasa kehidupan kita hancur, datanglah kepada-Nya, karena Ia menanti dengan tangan terbuka, tanda Dia mengampuni dan menerima kita kembali. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: ULANGAN 6:1-9
Bacaan Setahun: Ayub 17-20
Nas: Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan .... (Ulangan 6:7)
Di Mana Orang Tua?
Ada tetapi tidak hadir. Zaman sekarang karena alasan pekerjaan atau kesibukan, orang tua tidak lagi hadir bagi anak-anaknya. Pergi pagi pulang malam adalah hal yang semakin biasa sehingga kesempatan untuk bertemu anak-anaknya menjadi sangat sedikit. Bagaimana orang tua mengerjakan perannya untuk mendidik anak-anaknya, jikalau mereka tidak hadir bagi anak-anaknya?
Bagian ini dengan jelas menyatakan Tuhan memberikan perintah kepada orang Israel untuk memperhatikan dan mengajarkan perintah-Nya, yaitu untuk selalu hidup takut akan Tuhan kepada anak-anak mereka. Tidak hanya memperhatikan untuk diri mereka sendiri, tetapi meneruskan dengan mengajarkan kepada keturunan mereka. Beberapa hal yang ditegaskan adalah: pertama, merekalah yang harus mengajarkan kepada anak-anak mereka, tidak boleh diwakilkan. Kedua, mereka harus mengajarkan kapan pun ada kesempatan dengan mengajarkannya terus-menerus dan berulang-ulang. Ketiga, mereka harus mengajarkan di mana pun ada kesempatan, dengan jelas dinyatakan ketika sedang duduk di rumah, dalam perjalanan, sedang berbaring maupun bangun. Tuhan menyatakan semua ini karena perintah-Nya itu sangat penting untuk orang Israel supaya mereka hidup dan tidak melupakan Tuhan ketika keadaan mereka menjadi baik.
Anak-anak yang hidup sembarangan dan tidak takut akan Tuhan, tentulah menjadi beban yang berat bagi orang tua. Bisa jadi memang anak-anaknya yang salah dalam bergaul, tetapi bisa jadi juga orang tua lalai dalam mengajarkan tentang takut akan Tuhan kepada anak-anak mereka secara terus-menerus sekaligus memberi teladan. Marilah kerjakan peran kita sebagai orang tua dengan sukacita dan anak-anak menaati didikan yang baik dari orang tua. --ANT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: MATIUS 25:31-46
Bacaan Setahun: Ayub 21-23
Nas: "... Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Segala sesuatu yang telah kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40)
Mengutamakan Tuhan
Melihat seseorang giat melayani di gereja tentu membuat kita salut. Namun, bagaimana jika hal itu membuatnya mengabaikan tanggung jawab, misal sebagai seorang ibu yang seharusnya juga merawat anak? Mungkin ia bisa berdalih dengan mengatakan bahwa mengutamakan Tuhan harus menjadi prioritas. Sayangnya, mengutamakan Tuhan tidak cukup hanya dengan melakukan kegiatan kerohanian seperti melayani di gereja, bersekutu, bersaat teduh, dan berdoa.
Yesus mengajarkan bahwa cara kita memperlakukan orang yang terhina pun sama halnya kita melakukan untuk Tuhan. Artinya, jika kita mengutamakan Tuhan, bahkan mereka yang termarginalkan pun tak akan luput dari kepedulian dan kasih kita. Sebab, ketika kita mengutamakan Tuhan, hati kita dipenuhi kasih, kepedulian, dan perhatian terhadap sesama, bahkan alam semesta dan isinya (karena semua itu juga ciptaan dan milik kepunyaan Tuhan). Maka mengasihi mereka sama dengan mengasihi Tuhan, berlaku buruk terhadap mereka sama dengan mendukakan Tuhan.
Mengutamakan Tuhan bersifat holistis, tidak ada dikotomi: rohani/ jasmani. Seluruh hidup kita: cara pandang/pikir, berkeinginan, bekerja, berkeluarga, bersosialisasi, mengelola keuangan, menggunakan waktu, bahkan makan dan minum, sesungguhnya merepresentasikan rasa hormat kita kepada Tuhan. Jika benar kita mengutamakan Tuhan, kita akan mendasarkan segala sesuatu bagi kemuliaan nama Tuhan. Rela mengesampingkan ego, gengsi, ambisi, harga diri, sakit hati, kenyamanan dan kepuasan, demi ketaatan kita pada kehendak-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar