RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: Mazmur 51-57
Nas: Tetapi, seseorang menarik busurnya dan memanah sembarangan sehingga melukai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Raja berkata kepada pengendara keretanya, "Berbaliklah! Bawa aku keluar dari medan pertempuran, sebab aku sudah terluka." (1 Raja-raja 22:34)
Tidak Pernah Gagal
Ada-ada saja cara orang untuk menghindarkan dirinya dari hal-hal yang berisiko mencelakakan dirinya. Agar bisa terhindar dari kasus hukum, ia diam-diam melarikan diri ke luar negeri. Ada juga yang membuat penyamaran sempurna sehingga dengan cara-cara itu ia dapat mengelabui orang-orang dan menutupi kejahatannya. Manusia, dengan upayanya, mampu menutupi segala kebusukan hatinya, tetapi ia melupakan satu hal bahwa ia tidak akan pernah mampu lari dari Tuhan dengan cara dan penyamaran apa pun.
Raja Ahab dengan penyamarannya berpikir akan menghindarkan dirinya dari kematian saat peperangan melawan pasukan Aram. Tak hanya itu, dengan "mengumpankan" Raja Yosafat, Ahab berpikir kalau peperangan akan berjalan mudah baginya. Namun, ia lupa akan firman Tuhan yang dibawa Mikha kepadanya: orang-orang Israel akan tercerai-berai dan Raja Ahab akan mati dalam pertempuran itu. Hanya sesaat penyamaran itu membuahkan hasil saat tentara-tentara Aram mengira bahwa Yosafat adalah raja Israel. Dan terjadilah ketika seorang tentara Aram melepaskan anak panahnya secara sembarangan saja dan mengenai tubuh seseorang di kereta kudanya. Tak lain dan tak bukan itu adalah Raja Ahab! Penyamarannya ternyata tidak mampu menyelamatkan dirinya.
Tidak ada hal apa pun yang tersembunyi di hadapan Tuhan. Kita mungkin bisa menutupi segala kejahatan kita di depan manusia dengan penyamaran kita, tetapi semua terlihat jelas di mata Tuhan. Serapi apa pun seseorang menutupi dosanya, pada akhirnya pasti akan terbongkar juga. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
Bacaan: KELUARAN 23:1-13
Bacaan Setahun: Mazmur 58-65
Nas: "Janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya." (Keluaran 23:3)
Jangan Memihak
Banyak bagian firman Tuhan yang memerintahkan kita untuk peduli terhadap orang miskin. Kita diperintahkan untuk menolong mereka, memberi pinjaman tanpa bunga (Kel. 22:25), tidak menindas atau merampas hak mereka (ay. 6), bermurah hati kepada mereka (ay. 11; Im. 19:10; 23:22), menebus mereka dari belenggu perbudakan (Im. 25:25), dan lain-lain. Namun, ketika menyangkut kebenaran, kemampuan ekonomi seseorang tidak seharusnya menjadi alasan untuk membela serta membenarkannya. Setiap orang memiliki posisi serta tanggung jawab yang sama di hadapan kebenaran.
Semua orang, baik kaya ataupun miskin, dituntut menjalani hidup yang benar. Jangan menyebarkan kabar bohong, memutarbalikkan fakta atau menjadi saksi dusta (ay. 1). Juga tidak terseret ke dalam kejahatan sekalipun banyak orang melakukannya (ay. 2). Kita juga dilarang memihak serta membela orang miskin jika ia memang bersalah. Kemiskinan tidak boleh menjadi alasan untuk membenarkan suatu kejahatan. Sedikit banyaknya harta seseorang tidak menjadi alasan untuk menentukan apakah ia benar atau salah dalam sebuah perkara.
Jika kita turut menangani persoalan orang-orang yang beperkara, kita diminta bersikap tulus, jujur, adil, serta menegakkan kebenaran. Ya, kita semua bertanggung jawab menjalani hidup yang benar. Inilah kehendak Allah. Kita memang harus berbelas kasihan serta bersedia menolong orang-orang yang kurang mampu. Rela membagikan berbagai kebaikan yang telah kita terima dari Allah. Namun, tindakan-tindakan ini juga hendaknya dilakukan dengan benar dan tulus sehingga semua orang belajar hidup dalam kebenaran Allah. --HT/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: 2 KORINTUS 12:1-10
Bacaan Setahun: Mazmur 66-69
Nas: Karena itu, aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesengsaraan karena Kristus. Sebab, jka aku lemah, aku kuat. (2 Korintus 12:10)
Kuat ketika Lemah
Suatu kali, seorang teman penulis bertanya, "Apa sih resepnya biar bisa produktif menghasilkan naskah?" Spontan saya menjawab, "Mengalami pergumulan." Jawaban ini mungkin terkesan bercanda. Namun, begitulah kenyataannya.
Paulus banyak menulis surat kepada jemaat di berbagai tempat. Di sela pengajarannya, ia kerap menyisipkan kesaksian hidupnya. Banyak sekali kesaksian tentang kuasa Tuhan yang senantiasa menolong dan menopang di tengah kelemahannya sebagai pewarta Injil. Artinya, Paulus banyak mengalami pergumulan. Namun, pergumulan hidup yang silih berganti itu membuat Paulus semakin kuat di dalam iman.
Berulang kali bergumul, berulang kali ditolong Tuhan. Berulangkali ia merenung dan merefleksikan firman Tuhan dengan peristiwa dalam hidupnya, membuat Paulus menyadari bahwa bukan banyaknya pergumulan yang perlu ia risaukan. Sebab pergumulan membuatnya mengalami Tuhan, melihat kuasa Tuhan bekerja secara sempurna dalam hidup pelayanannya. Karena itu ia berkata, "Sebab, jika aku lemah, aku kuat."
Jika ditawarkan, tak seorang pun mau mengalami pergumulan. Semua rindu hidupnya lancar, berkecukupan, sehat, bahagia tak kurang suatu apa. Namun, jika Tuhan izinkan kita bergumul, yakinlah! Dia akan menopang setiap kelemahan, kesukaran, dan kesesakan yang kita alami karena iman. Saat itu terjadi, kita akan melihat bahwa Tuhan selalu hadir memberi kekuatan. Dan pengalaman iman melalui perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan inilah yang memungkinkan kita bersaksi dengan yakin tentang kuasa kasih-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 2 TAWARIKH 20:1-30
Bacaan Setahun: Mazmur 70-73
Nas: Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk Tuhan dan memuji Tuhan .... (2 Tawarikh 20:21)
Tanggapan atas Iman
Yosafat, raja Yehuda, menghadapi serbuan dari aliansi bani Moab, bani Amon, dan pasukan Meunim menggunakan pujian. Ia mengangkat orang-orang untuk menyanyi nyanyian bagi Tuhan di hadapan para lawan mereka (ay. 21). Selemah apa pun sebuah negeri, tak pernah ada yang bertindak secara demikian. Hal itu seperti membuka kesempatan selebar-lebarnya bagi pihak lawan untuk membantai. Lalu jika hari itu rakyat Yehuda terbantai, Yosafat akan dicatat sebagai raja yang konyol.
Yosafat menanggung semua risiko demi memberikan tanggapan atas imannya terhadap Tuhan. Sebelumnya, dalam kegentaran ia membawa perkara tersebut di hadapan Tuhan (ay. 3). Melalui mulut Yahaziel, seorang Lewi dari bani Asaf, Tuhan memberi jawaban, yakni tak usah takut, tak usah kecut hati, pula tak usah bertempur (ay. 17).
Tuhanlah yang akan bertindak untuk membawa kemenangan bagi mereka (ay. 15). Yosafat percaya kepada Tuhan maka hatinya menjadi tenteram. Bersama rakyatnya, ia berangkat menuju medan pertempuran tidak dengan tangan bersenjata, tetapi mulut penuh puji-pujian.
Firman Tuhan menyatakan supaya kita menyerahkan segala kekhawatiran kepada Tuhan (1Ptr. 5:7). Dia menjanjikan jalan keluar dari setiap pencobaan (1Kor. 10:13). Nah, apakah kita sudah memberikan tanggapan atas iman kita terhadap Tuhan? Di tengah pergumulan, dapatkah hati kita tenteram dan mulut kita memuji Tuhan? Jika kita menyadari hal seperti itu belum terjadi, tengoklah akhir kisah dari pertempuran tadi! Dikatakan rakyat Yehuda pergi menjarah barang-barang para lawannya (ay. 25). Artinya, iman terhadap Tuhan tidak pernah mengecewakan. Mulai hari ini, mari kita belajar untuk segenap hati percaya kepada Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: ZAKHARIA 4; EZRA 4
Bacaan Setahun: Mazmur 74-77
Nas: "Mereka yang tadinya meremehkan tahap awal yang kecil-kecil akan bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel. Adapun ketujuh pelita itu ialah mata Tuhan, yang menjelajahi seluruh bumi." (Zakharia 4:10)
Berawal dari Membaca
Membaca kembali dua tulisan saya yang pertama kali dimuat penerbit di tahun 2008, tidak terasa sudah cukup lama saya menjadi penulis. Awalnya sederhana, saya suka membaca buku rohani setiap hari dan mencatat di komputer apa yang saya pelajari. Lalu saya kirim catatan itu ke penerbit. Semula berkali-kali ditolak, akhirnya diterima. Saya yang dulunya tidak disiplin, belajar untuk menjadi disiplin dengan setiap hari menulis. Saya dikuatkan ketika seorang teman sharing bahwa dia diubahkan dari minder menjadi percaya diri karena membaca tulisan saya.
Satu perbuatan baik yang konsisten dilakukan, jauh lebih baik daripada mimpi besar yang tidak pernah diusahakan. Waktu Zerubabel diperintahkan membangun kembali Bait Suci, langkah awal yang dilakukannya adalah membangun fondasinya batu demi batu. Banyak tantangan dan hambatan harus dialami Zerubabel dan orang-orang yang membangun, pembangunan juga sempat terhenti, tetapi akhirnya bisa berlanjut terus sampai selesai. Banyak orang memandang rendah langkah awal yang dilakukan Zerubabel, tapi karena penyertaan Tuhan pembangunan Bait Suci selesai dikerjakan.
Satu langkah kecil perubahan yang dilakukan setiap hari pasti berdampak besar kalau Tuhan berkenan dan turut campur dalam usaha yang kita kerjakan. Kita bisa saja diejek, dirundung, atau dihalangi sehingga terpaksa berhenti untuk sementara, tapi teruslah berusaha. Jangan pernah menganggap remeh satu langkah awal sederhana yang konsisten dikerjakan karena perubahan positifnya pasti ada bagi kita maupun orang lain. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 1 TIMOTIUS 4
Bacaan Setahun: Mazmur 78-79
Nas: Latihan jasmani terbatas gunanya, tetapi kesalehan itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. (1 Timotius 4:8)
Tak Perlu Olahraga?
Saya mengenal seorang hamba Tuhan yang rutin berolahraga di tempat fitnes favoritnya. Baginya, olahraga menjadi keharusan yang harus dilakukan dengan disiplin demi kesehatan tubuhnya. Sebaliknya, tak sedikit saya bertemu dengan para pemuda Kristen yang cenderung malas berolahraga. "Ah, kan kata Alkitab olahraga itu terbatas gunanya, Kak. Mending waktunya dipakai untuk kegiatan rohani, " begitu alasan yang sering muncul. Terdengar rohani, meski tak sepenuhnya benar jika konteks ayat Alkitab lebih dicermati.
Alkitab tidak berkata bahwa latihan badani percuma, hanya terbatas gunanya. Kata "terbatas" berkaitan dengan dua hal, pertama, durasi manfaatnya. Sehebat apa pun seseorang berolahraga, aktivitas fisik hanya akan berguna semasa hidup seseorang. Kedua, kebugaran fisik tak otomatis membuat kita kuat menghadapi masalah kehidupan. Hal-hal yang lebih bersifat rohani, seperti kuat menghadapi badai hidup, mampu mengampuni, menjadi murah hati, dan lain sebagainya, lebih ditentukan oleh kekuatan rohani dan jiwa, bukan kesehatan fisik semata. Namun, tak berarti kita boleh abaikan pentingnya aktivitas fisik supaya tubuh tetap bugar. Dengan tubuh yang sehat, ada banyak hal yang dapat kita lakukan daripada ketika sakit. Betul?
Jadi, mari kita respons nasihat firman Tuhan hari ini dengan bijak. Sempatkanlah berolahraga sembari kita melatih kekuatan rohani lewat berbagai aktivitas kerohanian. Kita butuh keduanya, kondisi rohani dan fisik yang bugar untuk melakukan banyak hal dan memuliakan Tuhan! --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar