RENUNGAN HARIAN
RENUNGAN SENIN
Bacaan: KEJADIAN 1:26-31
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 1-3
Nas: Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kejadian 1:27)
Kesetaraan Gender
Kaum perempuan dan pendukung kesetaraan gender berusaha keras memperjuangkan emansipasi antara perempuan dan laki-laki setelah selama berabad-abad kaum perempuan cenderung disisihkan dan direndahkan di dalam masyarakat. Lembaga agama kerap dituding turut mendukung ketidakadilan dan penindasan ini, yaitu dengan cara penafsiran Alkitab yang mendiskriminasikan kaum perempuan.
Akan tetapi, bila kita memperhatikan secara saksama catatan penciptaan manusia, kita justru menemukan penegasan yang sebaliknya. Dalam Kejadian 1:26, penulis menggunakan kata ganti "mereka" (jamak), dan bukan "dia" (tunggal). Artinya, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Ayat 27 memperkuat penegasan itu, "... laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka." Inilah dasar utama kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ayat 26 juga menyatakan, Allah memberikan mandat untuk berkuasa dan membawa misi Allah di dunia ini kepada laki-laki dan perempuan. Kemudian, ayat 28 menyatakan, Tuhan memberkati mereka untuk melaksanakan misi tersebut. Jadi, laki-laki dan perempuan bukan hanya diciptakan secara setara menurut gambar dan rupa Allah, tetapi mereka juga menerima tugas dan panggilan yang setara.
Gereja, dengan demikian, ditetapkan untuk mengedepankan kesetaraan gender. Kita dipanggil untuk memperlakukan kaum perempuan secara terhormat dan bermartabat, serta memberi ruang bagi mereka untuk berkarya berdampingan dengan kaum laki-laki. --ARS/www.renunganharian.net
* * *
GEREJA YANG TIDAK MENGEDEPANKAN KESETARAAN GENDERMENGINGKARI PANGGILANNYA DAN BERJALAN DENGAN TIMPANG.
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: KEJADIAN 24:22-33
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 4-5
Nas: Sesudah ia melihat anting-anting itu dan gelang pada tangan saudaranya, ... ia menemui orang itu .... (Kejadian 24:30)
Dipenuhi Diri Sendiri
Ketika Ribka menuturkan perjumpaannya dengan utusan Abraham dan menunjukkan perhiasan emas pemberian utusan itu, Laban menyaksikan semuanya. Tahukah Anda apa yang kemudian ia lakukan? Alkitab mencatat: Melihat perhiasan emas di tangan Ribka, Laban berlari menjumpai utusan Abraham (ay. 30). Anda lihat? Karena emas! Bukan karena utusan itu.
Kecondongan moral seseorang tampak nyata dalam respons spontan orang itu terhadap keadaan. Respons spontan Laban menunjukkan betapa dia menakar segalanya hanya dengan satu ukuran: kepentingannya sendiri. Untuk apa pun yang dijumpainya, Laban akan bertanya, "Keuntungan apa yang bisa aku dapat?" Hati Laban dipenuhi oleh dirinya sendiri.
Melihat perhiasan emas itu, Laban tidak berpikir tentang apa yang perlu disediakan bagi utusan Abraham, tetapi keuntungan yang bisa dia dapat dari tamu itu. Fokus perhatiannya bukan menolong sesama, melainkan mengambil keuntungan dari mereka. Memang, Laban menyambut tamu dermawan itu dengan kata-kata manis, bahkan dengan menyebut nama Tuhan (ay. 31). Namun, itu hanyalah strategi untuk mencapai maksud sebenarnya: memanfaatkan sesama.
Begitulah selalu. Ketika hati dipenuhi diri sendiri, derita sesama atau bencana lingkungan-sekadar menyebut contoh-akan dianggap bukan masalah asalkan kepentingan sendiri terpenuhi. Ketika hati dipenuhi diri sendiri, tiada ruang di sana bagi sesama, tak ada tempat bagi cinta untuk mewarnai hidup. Orang lain tak berarti, dan kebaikan pun mustahil. Itu sungguh serius, bahkan mengerikan. --EE/www.renunganharian.net
* * *
KETIKA HATI DIPENUHI DIRI SENDIRI,TAK ADA TEMPAT BAGI CINTA UNTUK MEWARNAI HIDUP.
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: MATIUS 26:69-75
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 6-8
Nas: Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedih. (Matius 26:75)
Alasan Petrus Menangis
Yesus ditangkap! Semua murid melarikan diri, termasuk Petrus (Mat. 26:56). Seorang hamba perempuan mengenali Petrus sebagai murid Yesus, tetapi Petrus menyangkalnya. Seorang hamba lain berkata demikian juga, dan kembali Petrus menyangkalnya. Juga orang-orang di situ mengenalinya dari logatnya, dan kali ini pun Petrus menyangkalnya. Katanya, "Aku tidak kenal orang itu." Terdengar suara kokok ayam. Petrus pergi ke luar, lalu ia menangis.
Penyangkalan sangat menyakitkan hati. Terasa seseorang tidak lagi dikasihi maka keberadaannya disangkali. Petrus menangis sesudah tiga kali menyangkal Yesus. Dari sini diketahui bahwa sebenarnya Petrus mengasihi Yesus. Hanya ia takut berhadapan dengan risikonya. Terpikir bagaimana nanti nasibnya andai orang tahu bahwa dirinya adalah murid dari seseorang yang baru ditangkap. Bukankah Petrus mirip dengan kita? Sebenarnya juga kita mengasihi Yesus. Kerap kita tidak melakukan kehendak-Nya karena takut terhadap risiko. Terpikir jika tidak korupsi, nanti gaji tidak cukup. Jika tidak mengumbar kebohongan, nanti produk tidak laku. Jika tidak memberi suap, nanti bisnis akan macet.
Sesudah bangkit, Yesus menjumpai Petrus. Sebanyak tiga kali Dia bertanya perihal kasihnya, kemudian memercayakan tugas penggembalaan domba-domba kepadanya (Yoh. 21:15-17). Semua itu dilakukan-Nya demi menolong Petrus mengatasi ketakutannya. Juga Yesus rindu menolong kita, maka Dia memberikan firman-Nya sebagai pedoman kehidupan. Daripada akal budi dan pengertian diri sendiri, mari belajar mengikuti tuntunan firman Tuhan. Berikutnya didapati si penyangkal berubah berani berkhotbah (Kis. 2:14-40). Demikian setiap kita akan mengalami keberhasilan dan kebahagiaan sejati. --LIN/www.renunganharian.net
* * *
JANGAN LAGI KITA MERASA TAKUT UNTUK MENUNJUKKAN KEPADA DUNIAPERILAKU YANG MENCERMINKAN KASIH KEPADA YESUS.
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: 2 RAJA-RAJA 11:1-3
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 9-11
Nas: Ketika Atalya, ibu Ahazia, melihat bahwa anaknya sudah mati, ia segera membinasakan semua keturunan raja. (2 Raja-raja 11:1)
Ambisi Tak Terkendali
Kursi-kursi di dalam pesawat terbang itu ternyata ada kelasnya. Ada kelas ekonomi, ada kelas bisnis. Karena memilih kelas ekonomi, ya kita harus siap menahan pegal di ruang gerak yang sempit. Sementara di kelas bisnis, kita melihat penumpang di depan sana bisa tidur nyenyak seolah di kamar sendiri. Kenyamanan seperti itu hanya bisa didapat karena ada uang lebih yang dibayarkan ke perusahaan penerbangan. Kita diingatkan: memang uang bukan segalanya, tetapi uang sering dikejar karena uang bisa membeli kenyamanan semacam itu.
Kisah tragis demi kekuasaan politis bukan cerita baru. Setelah Raja Ahazia wafat, ibunda raja, Atalya, naik takhta. Demi kekuasaan, Atalya membinasakan semua keturunan raja termasuk berusaha membunuh cucunya sendiri. Ambisi kekuasaan bisa membuat orang gelap mata, lupa Tuhan dan orang terdekat pun dikorbankan. Ketika ambisi kekuasaan sudah menguasai hati maka ambisi itu sudah menjadi berhala di hati. Ketika kenikmatan duniawi sudah menggantikan posisi Tuhan di hati, kita pasti lupa diri.
Hari ini kita diingatkan bahwa mungkin banyak pilihan salah yang sudah pernah kita buat karena ingin mengejar kenikmatan dan kenyamanan. Demi sebuah kenikmatan sesaat, keluarga, bahkan Tuhan pun dikorbankan. Demi sebuah posisi terhormat, kebenaran pun disingkirkan. Mari mengingat bahwa mengikut Tuhan mau tidak mau perlu disertai dengan keputusan, prioritas, dan nilai-nilai yang baru. Dengan mata gelap, kita tidak akan pernah bisa membuat pilihan yang benar. Tanpa berusaha melepaskan sedikit pun kenyamanan itu, tidak ada lagi tempat bagi Tuhan dalam hidup kita. --SYS/www.renunganharian.net
* * *
DEMI MENGEJAR MIMPI, KADANG KITA LUPA KENYATAAN;MENGEJAR AMBISI, KADANG KITA LUPA KEADAAN.
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: MATIUS 18:21-35
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 12-14
Nas: "Demikian juga yang akan diperbuat oleh Bapa-Ku yang di surga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (Matius 18:35)
Mengampuni Segenap Hati
Saya pernah mengalami betapa sulitnya mengampuni orang yang menipu saya, lalu menggelapkan uang empat ratus ribu rupiah-nominal yang kini bisa bernilai jutaan rupiah. Selama dua minggu penuh, saya berupaya menagih, baik melalui SMS, menelepon ke ponselnya, bahkan mendatangi ke rumah orang itu, tetapi selalu bisa dielakkannya. Sampai hari ini, uang itu memang tidak kembali, tetapi pelajaran tentang pengampunan segenap hati itu menjadi salah satu perkara yang paling membekas dalam kehidupan saya.
Menutup kisah perumpaan seorang raja yang mengampuni hamba yang berutang banyak kepadanya, Yesus menegaskan akan pentingnya pengampunan yang harus dilakukan dengan segenap hati. Frasa "dengan segenap hati" menunjukkan bahwa ada pengampunan yang dilakukan tidak dengan segenap hati, bahkan dilakukan dengan berpura-pura supaya orang menyangka bahwa pengampunan telah diberikan. Perbandingan antara perilaku hamba yang diampuni, tetapi menolak untuk mengampuni sesama hambanya, tampaknya sengaja disampaikan supaya pendengarnya menangkap pesan, "Kalau kamu sudah diampuni, kamu pun harus mengampuni orang lain yang bersalah kepadamu."
Apa pun yang dilakukan dengan segenap hati akan menghasilkan sesuatu yang baik. Begitu pula ketika pengampunan diberikan dengan segenap hati, terutama kepada mereka yang membutuhkan pengampunan atas kesalahan yang mereka lakukan. Sejatinya tak ada orang yang tidak ingin diampuni, tetapi hanya orang yang hatinya dipenuhi kasih Allah dapat memberi pengampunan segenap hati, bukan berpura-pura mengampuni. --GHJ/www.renunganharian.net
* * *
PENGAMPUNAN YANG DIBERIKAN SEGENAP HATIMENYEMPURNAKAN KASIH ALLAH BEKERJA DI SANA.
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: IBRANI 12:1-17
Bacaan Setahun: 2 Raja-raja 15-17
Nas: Sebab, mereka mendidik kita dalam waktu yang singkat sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. (Ibrani 12:10)
Papa Tolong
Saat anak saya Nathan berumur dua tahun, banyak kosakata bisa Nathan ucapkan dengan jelas, salah satunya, "Papa tolong." Pernah dia jatuh saat berjalan, susah payah naik beberapa anak tangga, dan kesulitan mengambil mainannya yang ditaruh di rak, lalu dia berucap, "Papa tolong." Saya sengaja tidak menolongnya, saya biarkan dia bangun sendiri, tetap naik tangga sendiri, dan terus berusaha mengambil mainannya di rak karena saya tahu dia mampu. Kalau saya selalu menolong Nathan dalam semua hal, dia selamanya bergantung kepada orang lain dan tidak mampu.
Kalau kita sebagai orang tua selalu berusaha memberikan didikan yang terbaik untuk anak, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna memberi didikan terbaik menurut Dia bagi kita. Sering Tuhan tidak menolong saat kita kesusahan. Kadang Tuhan tidak langsung menjawab doa kita. Tuhan baru menjawab doa itu setelah sekian lama, salah satu tujuannya agar kita bertekun dalam iman. Dalam segala pergumulan hidup yang berat, susah, menyakitkan, Tuhan melatih kita untuk menguatkan diri, ulet, dan meningkatkan kemampuan diri. Didikan Tuhan yang kita ikuti membuat kita menjadi orang kristiani yang tangguh, beriman, dan menghasilkan buah kebenaran.
Yesus memberikan teladan bertekun dalam iman melalui hidup-Nya (ay. 3), supaya kita jangan lemah dan putus asa. Bersyukurlah Tuhan tidak selalu menolong dan memberikan kita kemudahan karena melalui kesulitan hidup dan usaha untuk menguatkan diri, karakter kita di dalam Kristus dibentuk dan berakar makin kuat. --RTG/www.renunganharian.net
* * *
TUHAN KADANG TIDAK MENOLONG KITADI MASA SUSAH SUPAYA KITA BERTEKUN DALAM IMAN.
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar