RENUNGAN HARIAN
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 6-7
Nas: "Masuklah melalui pintu yang sempit ...." (Matius 7:13)
Menolak Mentalitas Menerabas
Mentalitas menerabas adalah mentalitas yang menolak cara yang benar dan bermoral, dan menggantinya dengan jalan yang sesat apa pun wujudnya (pencurian, pemalsuan, bisnis narkoba, korupsi, gratifikasi, plagiarisme, intimidasi, teror, dll.) untuk meraih sesuatu yang diinginkan (gelar akademik, pekerjaan, jabatan, penyelesaian masalah, keuntungan, dukungan, supremasi, dominasi, dlsb.). Amatlah menyedihkan bahwa manifestasi mentalitas menerabas itu ternyata begitu banyak dan begitu sering terjadi.
Memang, hidup dengan cara-cara tak benar sering lebih mudah, lebih menghasilkan, sementara hidup dengan cara-cara yang benar justru sulit, berat, bahkan kadang amat berisiko. Sebab itulah, Tuhan berkata, "Betapa sempitnya pintu dan sesaknya jalan yang menuju kepada kehidupan!" (ay. 14a). Meski demikian, Tuhan bertitah, "Masuklah melalui pintu yang sempit" (ay. 13a). Apa arti titah itu?
Tuhan menghendaki agar kita mengusahakan segala sesuatu dengan cara yang benar dan bermoral, apa pun konsekuensinya. Tuhan menegaskan bahwa pintu yang kita lalui-yakni cara dan jalan yang kita tempuh untuk meraih sesuatu-adalah hal yang amat sangat penting. Tuhan menghendaki agar pertama-tama dan terutama kita memilih pintu yang sempit-yakni cara dan jalan yang benar-meskipun itu berat dan sangat berisiko.
Dan, kita tahu, titah agar kita memilih pintu yang sempit itu bukan sekadar imbauan. Sabda itu adalah perintah yang tegas dan tak boleh ditawar. Maka tahulah kita bagaimana kita harus menanggapi dan bersikap. --EE/www.renunganharian.net
* * * BERAT DAN SUKARLAH JALANYANG MENGANTAR KITA KE PUNCAK-PUNCAK KEMULIAAN.
* * *
RENUNGAN SELASA
Bacaan: YAKOBUS 1:12-18
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 8-9
Nas: Namun, tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. (Yakobus 1:14)
Pencobaan dari Diri
Sering kita berpikir bahwa kita terjatuh dalam dosa karena serangan Iblis. Beberapa orang mengatakan bahwa ketika mereka sibuk dengan pekerjaan Tuhan, serangan itu semakin kuat terasa. Sebagian orang justru menyalahkan dan marah kepada Tuhan atas kejatuhannya. Pandangan semacam ini muncul karena anggapan bahwa godaan dosa berasal dari luar. Meskipun pendapat demikian ada benarnya, sesungguhnya tidaklah demikian halnya.
Rasul Yakobus mengatakan bahwa dosa itu muncul dari keinginan. Apa yang dari luar sebenarnya tidak akan berdaya jika kita tidak menanggapi godaan tersebut. Dia bahkan menegaskan bahwa Allah tidak mencobai siapa pun (ay. 13). Sebaliknya, kita diberi anugerah yang sempurna oleh Allah yang adalah terang, yaitu semua pemberian yang baik. Dan kepada mereka yang dapat bertahan terhadap pencobaan, Allah telah menyediakan mahkota kehidupan (ay. 12).
Kemarahan kita kepada Allah sangatlah berbahaya. Kita dapat semakin terjerat oleh kekotoran dan kejahatan yang semakin besar. Kita dapat kehilangan relasi yang intim dengan-Nya. Kita pun kehilangan kesempatan menerima firman-Nya yang hidup dan menguduskan. Padahal Yakobus mengatakan bahwa firman Tuhan itu berkuasa menyelamatkan jiwa kita (Yak. 1:21). Karena itu, marah kepada Allah bukan saja tidak ada gunanya, bahkan merugikan diri kita sendiri. Sebaliknya, kita diharapkan cepat mendengar dan lambat marah, serta menerima firman-Nya dengan lemah lembut. --HEM/www.renunganharian.net
* * *BERHENTILAH MARAH KEPADA TUHAN ATAS KEJATUHAN KITA.SEBALIKNYA, MINTALAH TUHAN MENGUATKAN KITAAGAR DAPAT BERTAHAN TERHADAP PENCOBAAN.
* * *
RENUNGAN RABU
Bacaan: YOHANES 7:45-52
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 10-11
Nas: "Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dilakukannya?" (Yohanes 7:51)
Melawan Arus
Mencari posisi aman biasanya dilakukan beberapa orang agar ia terhindar dari hal buruk. Ketika seseorang menjadi bagian dari sebuah kelompok, misalnya, maka ia akan mengikuti apa pun yang diputuskan oleh kelompoknya. Memilih untuk berbeda pendapat atau menentang hanya akan membawa masalah untuk dirinya.
Nikodemus termasuk salah seorang Farisi. Selagi kelompoknya mencari jalan untuk dapat mendakwa Yesus, Nikodemus berusaha membela Yesus. Dengan berani Nikodemus berkata, "Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dilakukannya?" (ay. 51). Nikodemus tahu risiko dari pembelaannya. Meski pada akhirnya Nikodemus harus dibenci dan ditolak, tetapi ia menerima konsekuensi itu sebagai akibat dari tindakannya.
Dalam hidup, tidak jarang kita diperhadapkan sebuah situasi negatif yang terjadi dalam kelompok kita. Di tempat kerja, dalam kelompok masyarakat, atau bahkan di dalam gereja sekalipun, kita acapkali mengalami sebuah situasi yang sama. Ketika sebuah komunitas di mana kita berada menetapkan sebuah aturan yang bertentangan dengan firman Tuhan, apa reaksi kita? Apakah kita memiliki keberanian untuk tetap hidup dalam prinsip kebenaran, walau untuk itu kita harus siap menghadapi segala risikonya? Atau sebaliknya, kita memilih ikut arus sehingga kita tetap aman sekalipun hal itu bertentangan dengan hati nurani kita? --SYS/www.renunganharian.net
* * *DALAM HAL GAYA, BERENANGLAH MENGIKUTI ARUS; SOAL PRINSIP,BERDIRILAH SEPERTI BATU KARANG.-THOMAS JEFFERSON
* * *
RENUNGAN KAMIS
Bacaan: MARKUS 14:32-42
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 12-14
Nas: "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang berniat baik, tetapi tabiat manusia lemah." (Markus 14:38)
Antisipasi sebelum Banjir
Rumah tempat kami tinggal rawan banjir karena dekat laut dan jalan lebih tinggi dari rumah. Dalam waktu kurang dari tiga tahun, kami kebanjiran dua kali. Banjir pertama, banyak barang seperti buku-buku, kulkas, dan mesin cuci rusak karena tidak sempat diselamatkan. Butuh lima hari untuk bersih-bersih rumah dan kami harus keluar banyak biaya untuk perbaikan. Banjir kedua, semua barang selamat karena sudah dinaikkan ke tempat lebih tinggi seperti rak dan meja. Kami hanya butuh waktu empat jam untuk bersih-bersih rumah.
Untuk perkara duniawi kita berjaga-jaga dan mengantisipasi masalah yang sewaktu-waktu bisa terjadi karena pernah kita alami. Bagaimana dengan perkara rohani? Sudahkah kita berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan karena daging ini lemah? Yesus tiga kali mengulang kata berjaga-jaga (ay. 34, 37-38) karena ini sangat penting. Kita tidak pernah tahu pencobaan apa yang satu jam lagi atau besok akan terjadi. Dalam kondisi apa pun, Yesus mau kita selalu berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh saat pencobaan terjadi. Yesus sanggup menjalani penderitaan salib sampai selesai meski sangat berat karena dia sudah berjaga-jaga dan berdoa.
Roh berniat baik, tetapi daging lemah. Karena itu, kita harus berjaga-jaga. Berdoalah senantiasa sehingga rohani kita mampu bertahan dan setia ikut Yesus saat pencobaan dalam berbagai bentuk menekan. Marilah kita meneladani Yesus yang berjaga-jaga dan berdoa sehingga mampu menghadapi dan menanggung setiap pencobaan yang berat. --RTG/www.renunganharian.net
* * *BERJAGA-JAGALAH DAN BERDOALAHSUPAYA KITA JANGAN JATUH KE DALAM PENCOBAAN.
* * *
RENUNGAN JUMAT
Bacaan: LUKAS 22:39-46
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 15-17
Nas: Ia sangat susah dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. (Lukas 22:44)
Berpeluh Darah
Dunia medis mengenal suatu kondisi yang tergolong langka, yakni di mana seseorang bisa mengeluarkan keringat darah yang disebut hematohidrosis. Salah satu penyebabnya ialah karena seseorang mengalami tingkatan stres yang ekstrem akibat tekanan emosional yang sangat hebat. Inilah yang dialami oleh Yesus Kristus di Taman Getsemani yang gelap dan dingin.
Yesus sungguh menyadari apa yang akan segera dihadapi-Nya. Olok-olok dan menjadi tontonan banyak orang. Saksi-saksi dusta. Pengkhianatan orang-orang terdekat. Penyiksaan brutal dan penderitaan hingga mati. Semua itu digabungkan ibarat minuman dalam satu cawan yang sekarang disuguhkan untuk-Nya. Dia merasa sangat gentar dan ketakutan. Sangat sedih, seperti mau mati rasanya (Mat. 26:38). Itu sebabnya Dia memohon kepada Bapa-Nya untuk melewatkan cawan itu jika sekiranya mungkin. Namun, Dia memilih untuk sepenuhnya tunduk kepada kehendak Sang Bapa. Dia pun rela menempuh jalan penderitaan itu, sebab pengorbanan-Nya itu akan membawa keselamatan bagi orang-orang yang dikasihi-Nya.
Jika kita tidak memahami apa yang ditanggung oleh Tuhan Yesus demi menyediakan keselamatan bagi para pendosa, kita bisa saja menganggapnya sepele, serta kurang menghargai pengorbanan-Nya. Namun, jika kita sungguh memahami betapa besar kasih yang ditunjukkan-Nya, hati kita pun akan melimpah dengan syukur. Kasih kita pun akan semakin bertambah kepada-Nya. Dia memandang kita berharga dan mulia. Maka kita pun hendaknya menjalani hidup yang berharga serta memuliakan nama-Nya. --HT/www.renunganharian.net
* * *KRISTUS MENEBUS KITA DENGAN HARGA YANG SANGAT MAHALAGAR KITA MEMULIAKAN DIA DI DUNIA DAN DI SURGA YANG KEKAL.
* * *
RENUNGAN SABTU
Bacaan: 2 KORINTUS 5:11-21
Bacaan Setahun: 1 Raja-raja 18-20
Nas: Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. (2 Korintus 5:21)
Skenario Terburuk
Saya menemukan gambar kartun dengan tulisan, "Kehidupan ini tidak pernah terlalu buruk, selalu ada kemungkinan bahwa keadaan akan menjadi lebih buruk." Saya tertegun. Suram amat cara pandangnya, pikir saya. Namun, pernyataan itu memancing saya untuk merenung lebih jauh. Benarkah kehidupan ini sesuram itu?
Beberapa waktu kemudian, muncul semacam jawaban: Benar. Kehidupan memang sesuram itu-seandainya keadaan memang berhenti di situ. Nyatanya tidak demikian, bukan? Keadaan bisa saja memburuk, tetapi tidak akan pernah mencapai titik paling buruk. Mengapa? Karena keadaan yang paling buruk sudah ditebus dan ditanggung oleh Tuhan Yesus.
Pernyataan suram di atas akhirnya menolong saya mengapresiasi nas hari ini secara lebih mendalam. Di atas kayu salib, Yesus menanggung skenario terburuk akibat dosa dan pelanggaran umat manusia. Namun, dengan itu pula Dia menghapuskan kemungkinan terburuk dalam hidup kita: alih-alih manusia yang terlaknat dalam dosa, kini kita dibenarkan oleh Allah. Kita dapat hidup dalam hidup yang sepenuhnya baru: merayakan skenario terbaik yang Allah anugerahkan bagi umat tebusan-Nya.
Mungkin kita menghadapi jalan buntu, dan keadaan akan terus buntu jika kita hanya mengandalkan kekuatan sendiri. Namun, ketika memandang pada salib Kristus, kita akan menemukan terang pengharapan. Mungkin kita putus asa, merasa telah melakukan dosa yang seburuk-buruknya. Namun, di hadapan salib Kristus, tidak ada dosa yang terlalu buruk dan tidak dapat ditebus oleh pencurahan darah-Nya. --ARS/www.renunganharian.net
* * *DI HADAPAN SALIB KRISTUS, KESURAMAN DAN KEBURUKAN BERLALU,DAN MEREKAHLAH TERANG DAN PENGHARAPAN YANG BARU.
* * *
MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "
Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar