RENUNGAN EDISI 9 FEBRUARI 2025 - JPA CHANNEL

JPA CHANNEL

JPA VISION 2025 " Membangun Karakter Ilahi "

MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

Breaking News


Cari Blog Ini

Sabtu, 08 Februari 2025

RENUNGAN EDISI 9 FEBRUARI 2025

 RENUNGAN HARIAN




RENUNGAN SENIN
Bacaan: YESAYA 50:4-11

Bacaan Setahun: Imamat 8-10

Nas: Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat kepada orang yang letih lesu. Pagi demi pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. (Yesaya 50:4)


Telinga dan Lidah Murid

Seorang pelayan gereja mengikuti CPE (Clinical Pastoral Education/ Pendidikan Pastoral Klinis) selama tiga bulan. Ia bersaksi bahwa CPE bukan kegiatan yang mudah. Setiap hari ia harus menyediakan diri mendengar keluh kesah klien dengan keunikan mereka masing-masing tanpa boleh berkomentar, merasa malas, dan lelah. Ia juga harus dapat membawa vibrasi emosi yang positif supaya menularkan semangat dan sukacita.

Mendengarkan bukanlah perkara mudah. Bahkan, ada sebagian orang yang akan segera berkomentar panjang lebar begitu mendengar seseorang mengatakan satu kalimat. Ya, bersedia mendengarkan, terlebih mendengar didikan kebenaran layaknya seorang murid memberi telinga kepada sang guru memang membutuhkan komitmen penuh. Diperlukan pula kesadaran akan dosa, keterbatasan, dan kelemahan diri sehingga merasa diri membutuhkan Tuhan. Dengan demikian, ada kerendahhatian dan kesediaan diri untuk mendengarkan didikan, sebagaimana sikap hamba sejati yang dituliskan Yesaya.

Lama menjadi orang Kristiani dan sangat aktif melayani bukan alasan untuk merasa jemawa. Merasa diri senior sehingga gemar menasihati, tetapi lupa menjaga diri. Orang percaya mesti waspada supaya jangan tersesat, berjalan dalam pikiran dan pertimbangan sendiri alih-alih tunduk kepada Allah. Bukankah sebagai orang percaya kita memiliki tanggung jawab untuk memperkatakan kebenaran firman yang dapat menguatkan dan menghibur setiap hati yang lemah dan semangat yang memudar? Tanpa mendengar, bagaimana kita dapat memperkatakan kebenaran tentang Dia? --EBL/www.renunganharian.net

* * *
PERKATAAN KITA AKAN MENJADI BERKAT YANG MENGHIBUR DAN
MENGUATKAN KETIKA DIDASARKAN PADA KEBENARAN FIRMAN TUHAN.

* * *




RENUNGAN SELASA
Bacaan: 1 SAMUEL 2:18-21

Bacaan Setahun: Imamat 11-13

Nas: Tahun demi tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu untuknya, ketika ia pergi bersama suaminya mempersembahkan kurban tahunan. (1 Samuel 2:19)


Cinta yang Menumbuhkan

Bagi siapa pun, perhatian pasti sangat dibutuhkan dalam hidup. Sebab perhatian merupakan wujud cinta kasih yang dapat menghangatkan hati. Tanpa perhatian, seseorang dapat merasa sedih dan kesepian, bahkan hingga membuat hidupnya terasa kosong. Sebaliknya, melalui perhatian dia mendapatkan kekuatan yang meneguhkan hati untuk menjalani hidup sehingga hidupnya dapat terus bertumbuh.

Kehangatan hati itulah yang juga dirasakan oleh Samuel dalam hidupnya sebagai pelayan Tuhan. Betapa tidak! Samuel merasakan cinta kasih yang luar biasa dari kedua orang tuanya. Melalui perhatian, cinta kasih itu diwujudkan dengan membuatkan jubah kecil untuknya setiap tahunnya. Begitu pula dengan Imam Eli yang juga sangat menyayanginya sehingga ia berdoa kepada Tuhan dan memberkati Elkana dan Hana. Imam Eli memahami bahwa Samuel sungguh-sungguh bersukacita dalam menjalani pelayanannya kepada Tuhan. Sebab melalui cinta kasih mereka, Samuel mampu mengenal dan memahami cinta kasih. Oleh karena itu, maka cinta Tuhan juga dirasakannya sehingga ia dapat bertumbuh dalam kehangatan hati, serta teguh dan terdorong selalu dalam melayani-Nya.

Dengan hati yang hangat oleh cinta kasih, hidup dapat bertumbuh. Untuk itu, marilah kita senantiasa menghidupi cinta kasih dengan memperhatikan sesama kita, serta mendukung dan meneguhkan mereka. Sebab kasih Allah bekerja bagi mereka yang mengasihi sesama. --ZDP/www.renunganharian.net

* * *
DALAM PERHATIAN, CINTA KASIH YANG MENGHANGATKAN DAN
MENEGUHKAN HATI MEMAMPUKAN SETIAP ORANG UNTUK TERUS BERTUMBUH.

* * *





RENUNGAN RABU
Bacaan: MATIUS 25:14-30

Bacaan Setahun: Imamat 14-15

Nas: "Tentang hamba yang tidak berguna itu, campakkanlah dia ke dalam kegelapan di luar. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi." (Matius 25:30)


Sayang Seribu Sayang

Hasil survei di Amerika mencatat fakta-fakta berikut ini. Sebesar 70% dari fitur telepon pintar tidak terpakai, 70% dari daya kecepatan sebuah mobil mewah mubazir, 70% dari luas lahan vila mewah dibiarkan kosong, 70% dari materi kuliah di universitas tidak diterapkan, 70% dari kegiatan sosial cuma iseng tak bermakna, 70% dari busana dan peralatan dalam rumah tak digunakan. Seumur hidup orang mencari harta, 70% dari hartanya dinikmati oleh ahli waris. Sungguh fakta-fakta ini menggarisbawahi kenyataan betapa sebagian besar potensi di dunia ini mubazir. Terabaikan. Sia-sia!

Begitulah kehidupan manusia. Berlimpah, tetapi ditelantarkan. Sebenarnya punya, tapi tidak terpakai. Ada, tetapi tak dimanfaatkan. Tersedia, tetapi sia-sia. Kita dikaruniai hidup, tetapi tidak dijalani dengan optimal. Dikaruniai waktu, tapi mubazir lewat begitu saja. Punya keluarga, tetapi dicampakkan. Punya teman, tapi diabaikan. Bakat pun tak pernah dilatih sehingga tidak berkembang. Kesempatan melayani terbuka lebar, tetapi selalu dihindari.

Bayangkan betapa kecewanya Tuhan seperti yang terlukis dalam perumpamaan Yesus tentang talenta ini. Tuan yang menitipkan uang talentanya itu sangat geram terhadap hamba yang memendam satu talenta di tangannya ke dalam tanah (ay. 30). Padahal untuk standar waktu itu, satu talenta bukan jumlah yang sedikit. Banyak manfaatnya! Namun, uang itu tidak terkelola dengan baik. Ada, tetapi seperti tidak ada. Betul-betul disia-siakan. Sebenarnya, pesan perumpamaan ini bukan hanya berlaku untuk bakat, melainkan semua potensi, semua relasi, setiap kesempatan, semua hal yang dititipkan Tuhan kepada kita, yang sayang seribu sayang diabaikan. --PAD/www.renunganharian.net

* * *
JANGAN SELALU MENCARI YANG KITA TIDAK MILIKI.
JANGAN-JANGAN YANG KITA MILIKI PUN MASIH BANYAK YANG DIABAIKAN.

* * *




RENUNGAN KAMIS
Bacaan: YOHANES 5:1-9

Bacaan Setahun: Imamat 16-18

Nas: "... sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." (Yohanes 5:7)


Membenarkan Ketakpedulian?

"Sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku, " keluh pria malang yang telah 38 tahun sakit itu. Tak ada informasi dia sakit apa, sudah berapa lama ia menunggu di tepi kolam Betesda, juga tak ada informasi apakah orang-orang yang mendahului dia terjun ke kolam mukjizat itu datang belakangan, atau justru lebih awal dari dia.

Namun, satu hal sangat jelas: Begitu air kolam berguncang, semua orang-yang sudah lama menunggu, maupun yang baru datang-berebut saling mendahului terjun ke kolam. Tak ingat untuk mendahulukan orang yang telah lebih dulu datang atau yang sakitnya lebih berat, tak ingat untuk mendahulukan anak-anak atau yang telah lanjut usia. Tak satu pun membantu orang yang telah terlalu lemah. Mereka hanya ingat dan hanya peduli pada diri sendiri.

Memang benar mereka punya kebutuhan mendesak, sembuh dari sakit. Namun, apakah kebutuhan yang mendesak bisa membenarkan ketakpedulian pada sesama yang juga punya kebutuhan mendesak?

Seandainya kita juga hadir di tepi kolam Betesda mengantar anggota keluarga yang sakit dan ikut menanti mukjizat di sana, apa kiranya yang akan kita lakukan ketika air kolam itu berguncang? Mendahulukan yang datang lebih dulu? Membantu penderita yang lebih parah terjun ke kolam supaya ia sembuh? Atau, tanpa hirau dan tanpa peduli pada siapa pun, kita gendong keluarga kita sendiri dan menceburkannya ke kolam mukjizat itu?

Sungguh tak mudah menjawab pertanyaan itu. Semoga Tuhan menolong kita menjawabnya dengan benar dan jujur. --EE/www.renunganharian.net

* * *
APAKAH KEBUTUHAN YANG MENDESAK BISA MEMBENARKAN
KETAKPEDULIAN PADA SESAMA YANG JUGA BERKEBUTUHAN MENDESAK?

* * *




RENUNGAN JUMAT
Bacaan: 1 KORINTUS 13

Bacaan Setahun: Imamat 19-21

Nas: Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. (1 Korintus 13:5)


Bukan Hubungan Transaksional

Suatu hari Dona bermaksud mengoreksi perbuatan Jody, suaminya, yang dinilainya mengarah pada mementingkan diri sendiri. "Papa enak bisa menikmati hobi dan bersenang-senang, tapi saya merasa kesepian karena ditinggal sendirian, " ujar Dona sambil menahan hatinya agar jangan sampai menangis. Mendengar itu, Jody disadarkan akan kesalahannya. Ia lantas meminta maaf dan berjanji akan memperbaiki situasi ini demi keharmonisan pernikahan mereka.

Dalam suatu transaksi, ketika salah satu pihak diuntungkan, biasanya ada pihak lain yang dirugikan. Relasi dalam pernikahan bukanlah hubungan transaksional, melainkan kasih yang berfokus pada kebahagiaan pasangan. Ketika kasih didefinisikan sebagai tindakan tidak mencari keuntungan diri sendiri, dalam relasi pernikahan hal itu mengarah pada tindakan menghindari segala bentuk egoisme. Bukankah istri adalah bagian dari kehidupan suami, bahkan bisa dibilang separuh jiwanya dan begitu pula sebaliknya? Jika separuh jiwanya sedang dirugikan, sewajarnyalah ada tindakan segera untuk mengatasi masalah itu.

Namun sayangnya, terkadang kita melihat ada para suami atau istri yang memilih mempertahankan egonya, tanpa mau memedulikan perasaan pasangannya. Kondisi ini ibarat menyimpan bom waktu, yang setiap saat bisa meledak dan menghancurkan pernikahan, juga dapat menyebabkan perpisahan. Kita tentu tidak menginginkan hal ini terjadi karena pernikahan berbicara soal saling mengasihi, bukan memenuhi kepentingan pribadi dengan merugikan pihak yang seharusnya dikasihi itu. --GHJ/www.renunganharian.net

* * *
KEPUTUSAN UNTUK SALING MENGASIHI
AKAN SEMAKIN MEMPERKUAT PERNIKAHAN.

* * *




RENUNGAN SABTU

Bacaan Setahun: Imamat 22-23

Nas: Ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, "Siapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yohanes 8:7)


Tidak Melupakan Keadilan

Seorang anak memukul temannya. Sang ibu melihatnya, tetapi ia diam saja. Ia tidak menegur, memarahi, atau menghukum anaknya. "Aku mengasihi anakku, " begitu pikirnya. Besoknya anak itu memukul temannya yang lain lagi.

Benarkah sang ibu mengasihi anaknya? Tidak! Sebab kasih tidak melupakan keadilan. Kasih tidak mendiamkan pelanggaran. Wujud kasih yang sejati dapat kita lihat dari Tuhan Yesus pada saat Dia dicobai oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Yesus mengasihi perempuan yang kedapatan berzina, tetapi Dia tidak berkata, "Bebaskan perempuan itu!" Di hadapan para penudingnya, Dia menjunjung keadilan dengan menyatakan bahwa perempuan itu patut dihukum. Ia patut dilempari batu, seturut hukum Musa. Maka siapa di antara mereka tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu (ay. 7). Berikutnya Yesus berurusan dengan pelanggaran perempuan itu. Dia menyatakan bahwa pelanggaran harus dihentikan. Maka sesudah satu per satu para penuding yang tidak sadar diri itu pergi, Yesus berpesan kepadanya, "... mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi" (ay. 11b).

Kasih tidak melupakan keadilan maka jangan kita mempertanyakan kasih Tuhan apabila saat ini menanggung konsekuensi dari pelanggaran yang kita lakukan. Jangan berkata Tuhan tidak sayang apabila saat ini menderita karena dosa yang kita perbuat. Sadari Dia sungguh mengasihi kita maka Dia mengizinkan adanya konsekuensi agar kita jera. Dia sungguh mengasihi kita maka Dia tidak membiarkan kita menderita sebanding dengan dosa tersebut. Hal itu sudah Dia buktikan dengan mengorbankan nyawa-Nya di atas kayu salib agar kita luput dari kebinasaan kekal. --LIN/www.renunganharian.net

* * *
KASIH TIDAK MENUTUP MATA TERHADAP
PELANGGARAN DARI TINDAKAN SESEORANG.

* * *






MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

&
JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya "
( LUKAS 1:17c )


Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

#KeluargaJPA​​​ #TuhanBekerja​​​ #JPABerdampak​​​ #GPdI​​​ #GPdIJPA​​​ #Praise​​​ #Renungan2025 #MembangunKarakterIlahi #JPAVision #multimediaJPA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WARTA EDISI 6 JULI 2025

 JADWAL IBADAH SEPEKAN JPA MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK " & JPA VISION : " Mempersiapkan Ba...

Post Bottom Ad

Halaman