RENUNGAN EDISI 5 JANUARI 2025 - JPA CHANNEL

JPA CHANNEL

JPA VISION 2025 " Membangun Karakter Ilahi "

MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

Breaking News


Cari Blog Ini

Jumat, 03 Januari 2025

RENUNGAN EDISI 5 JANUARI 2025

 RENUNGAN HARIAN




RENUNGAN SENIN
Bacaan: YOEL 2:1-17

Bacaan Setahun: Wahyu 17-19

Nas: Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Ia menyesal atas malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. (Yoel 2:13)


Mengoyak Hati

Siapa yang siap menghadapi bencana? Bencana datang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan, sehingga tidak seorang pun dapat menunda atau membatalkannya. Bencana juga tidak memilih korbannya. Karena itu, mendapatkan peringatan akan terjadinya bencana dan terhindar darinya merupakan anugerah luar biasa.

Yoel memberi gambaran dahsyatnya hari kedatangan Tuhan. Gelap gulita dan kelam kabut, serbuan pasukan belalang, petaka yang dapat membuat pendengarnya bergidik. Yoel juga mendorong umat untuk meratap, berkabung, dan berpuasa. Dalam perikop yang kita baca, seruan pertobatan kembali dinyatakan dengan lebih tegas, yakni bahwa ratapan dukacita dilakukan bukan dengan sekadar mengoyakkan pakaian melainkan mengoyakkan hati. Puasa, ratapan, dan segala macam bentuk penyesalan tidak berarti apa-apa tanpa adanya perubahan hati.

Seruan pertobatan bukan ancaman, bukan pula kebencian untuk merenggut sukacita. Karena itu, malang jika kita menanggapi utusan Tuhan yang menyerukan pertobatan dengan penolakan apalagi kemarahan. Sebaliknya, kita patut bersyukur Allah mengirimkan utusan yang menjembatani terbukanya berkat dan perkenan-Nya. Dengan demikian, kita masih berkesempatan untuk terhindar dari penghukuman dosa. Seruan pertobatan hendaknya membuat kita mengingat konsekuensi fatal dari dosa untuk kemudian kita sikapi dengan hikmat: mereformasi diri, melakukan pertobatan dengan sungguh. Bukan sekadar memperbaiki kelakuan melainkan juga mengubah haluan yang berakar dari sikap hati. --EBL/www.renunganharian.net

* * *
MENANGGAPI PERINGATAN TUHAN DENGAN MENGOYAK HATI
MEMUNGKINKAN KITA TERHINDAR DARI HUKUMAN TUHAN.

* * *



RENUNGAN SELASA
Bacaan: 1 SAMUEL 18:14-30

Bacaan Setahun: Wahyu 20-22

Nas: Menyadari bahwa TUHAN beserta Daud dan Mikhal putrinya mencintai Daud, makin takutlah Saul kepada Daud. Saul seterusnya menjadi musuh Daud. (1 Samuel 18:28-29)


Tak Habis Pikir

Saat terpilih menjadi raja Israel, Saul terlihat seperti seorang yang rendah hati. Itu bukan ambisinya, bahkan ia sama sekali tak pernah menduganya. Ia malah bersembunyi saat namanya terpilih melalui undian (1Sam. 10:22). Namun, seiring waktu karakter aslinya terlihat jelas. Ia begitu berambisi mempertahankan posisinya sebagai raja dengan segala cara, tak peduli ia sedang melawan Allah. Dengan berbagai upaya, ia ingin membunuh Daud yang telah diurapi Allah untuk menggantikannya. Bahkan, ketika semua usahanya itu tidak berhasil, ia akhirnya menyadari bahwa Tuhan menyertai Daud. Namun, pengertian itu tidak menyurutkan langkahnya untuk melakukan kejahatan hingga akhir hidupnya (ay. 29).

Rasanya kita tak habis pikir dengan sikap dan tindakan Saul ini. Saat menyadari bahwa langkahnya telah keliru, seharusnya ia kembali ke jalan yang benar. Namun, ia justru melangkah tegap dan percaya diri. Parahnya, langkah yang salah itu ia tempuh seumur hidupnya. Ia tidak peduli dengan berbagai peringatan yang diberikan kepadanya.

Sedihnya, Saul bukanlah satu-satunya orang yang berbuat demikian. Banyak orang yang mengabaikan nasihat, teguran, ataupun peringatan yang benar. Bahkan, jangan-jangan kita pun terkadang menempuh jalan yang dipilih oleh Saul. Lebih mementingkan diri sendiri daripada kehendak Tuhan. Memusuhi orang-orang yang dipilih oleh Tuhan karena kehadiran mereka menggeser peran kita. Mendengki serta merongrong mereka yang bekerja dengan tulus untuk Tuhan. Kiranya kita terus belajar merendahkan hati serta menghargai peran orang lain agar kita tidak menjadi penentang Allah. --HT/www.renunganharian.net

* * *
DIPERLUKAN KEBERANIAN DAN LANGKAH IMAN
UNTUK MENEMPUH JALAN PERTOBATAN.

* * *




RENUNGAN RABU
Bacaan: KELUARAN 2:1-10

Bacaan Setahun: Kejadian 1-3

Nas: Berkatalah putri Firaun kepada ibu itu, "Bawalah bayi ini dan susuilah dia bagiku. Aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. (Keluaran 2:9)


Karena Iman

Amram dan Yokhebed adalah budak. Tak punya daya melawan Firaun, yang telah memerintahkan bahwa bayi-bayi lelaki harus dibunuh. Saat anak ketiga mereka lahir, pasangan ini menyembunyikan sang bayi selama tiga bulan. Mereka menentang perintah raja yang lalim. Lalu mereka menyusun rencana. Menyiapkan peti pandan yang dapat mengapung. Menaruhnya di tempat strategis, di tengah-tengah gelagah Sungai Nil. Menugaskan Miryam kecil mengawasi dari tempat agak jauh.

Lalu putri Firaun datang untuk mandi, dan ia menemukan peti itu, lalu jatuh hati kepada sang bayi. Saat itulah, Miryam menawarkan untuk memanggil seorang ibu Ibrani untuk menyusuinya. Kini Yokhebed dapat memeluk bayinya sendiri dan menyusuinya, terbebas dari ancaman pembunuhan sang raja. Bahkan, ia dibayar untuk merawat anaknya sendiri. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Tindakan mereka lahir dari iman kepada Allah (Ibr. 11:23). Nantinya, bayi itulah-Musa-yang akan dipakai Allah untuk membebaskan umat-Nya dari perbudakan Mesir.

Beriman tidak menjadikan kita pasif. Beriman justru akan mendorong kita bertindak, tentunya dengan mengikuti pimpinan Tuhan. Beriman membuat kita berani melangkah, mengambil keputusan, merencanakan pekerjaan-pekerjaan besar, baik dalam kehidupan pribadi, dalam dunia usaha, maupun dalam pelayanan. Dalam menjalani langkah-langkah iman itulah kita berpegang teguh kepada Tuhan, mengandalkan Dia, mendengarkan tuntunan-Nya, dan melihat-Nya bekerja mendatangkan kebaikan bagi kita. --HT/www.renunganharian.net

* * *
SEKALIPUN BERHADAPAN DENGAN KEMUSTAHILAN,
SELALU ADA HARAPAN JIKA KITA BERIMAN KEPADA TUHAN.

* * *



RENUNGAN KAMIS
Bacaan: GALATIA 5:16-26

Bacaan Setahun: Kejadian 4-7

Nas: Mereka yang menjadi milik Kristus Yesus telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. (Galatia 5:24)


Hidup dalam Kerajaan Allah

Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes menyebut Kerajaan Allah sebagai inti pengajaran Yesus Kristus. Karena itu, hidup dalam Kerajaan Allah menjadi tujuan yang dirindukan setiap orang percaya. Pertanyaannya adalah, di manakah Kerajaan Allah sehingga kita bisa hidup di dalamnya? Sebagian orang yang saya temui menjawab bahwa Kerajaan Allah ada di langit dan bumi yang baru. Menurut mereka, Kerajaan Allah adalah tempat bagi orang percaya kelak, dalam kehidupan kekal.

Tidak hanya di surga, Kerajaan Allah sesungguhnya juga dapat terwujud di bumi. Sebab, Kerajaan Allah bukan sekadar berbicara tentang wilayah kekuasaan secara geografis. Kerajaan Allah merujuk kepada kedaulatan Allah, di mana Allah mendapat tempat untuk berkuasa penuh. Dirajakan, menjadi satu-satunya sembahan yang dipatuhi kehendak-Nya. Menjadi andalan, yang senantiasa dipercaya, didengar, dan dirindukan.

Hati orang percaya semestinya menjadi takhta bagi Tuhan, tempat Dia berdaulat penuh. Dengan mengizinkan Tuhan bertakhta, hidup kita sepenuhnya di bawah kuasa Kristus. Tidak hanya mati bagi dosa. Tidak pula sekadar menyalibkan daging dan segala keinginannya. Lebih dari itu semua, orang percaya senantiasa hidup dalam kebenaran, menghasilkan buah-buah Roh. Membagikan kasih yang penuh dengan kesabaran, kemurahan, kebaikan dan kelemahlembutan. Menegakkan keadilan. Mampu menguasai diri. Sehingga damai sejahtera Allah yang merupakan tanda kehadiran Kerajaan Allah menjadi nyata di bumi seperti di surga. Sudahkah kita memberi diri hidup dalam Kerajaan Allah? --EBL/www.renunganharian.net

* * *
KERAJAAN ALLAH NYATA DI BUMI SEPERTI DI SURGA
SAAT KITA HIDUP DALAM KEDAULATAN-NYA.

* * *



RENUNGAN JUMAT
Bacaan: YOHANES 21:20-23

Bacaan Setahun: Kejadian 8-11

Nas: Jawab Yesus, "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tetap hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Namun engkau, ikutlah Aku." (Yohanes 21:22)


Setiap Orang Istimewa

Melihat orang lain tampak hidup lebih baik, hati bisa langsung menggerutu. Kita mengeluh mengapa Tuhan pilih kasih. Seolah Tuhan lebih mengasihi orang lain dibanding saya. Bukankah saya sudah berusaha sedemikian rupa untuk setia? Saya juga tidak melakukan dosa besar. Lagi pula saya aktif di komunitas orang percaya.

Membandingkan diri dengan orang lain juga terjadi pada Petrus. Ketika Yesus bangkit dari kematian, Yesus menjumpai murid-murid-Nya. Secara khusus, Yesus berbicara kepada Petrus. Saat itu, Petrus sangat galau. Perasaannya campur aduk, antara malu, sedih, dan rasa bersalah. Masih segar dalam ingatan Petrus bahwa ia menyangkal kenal Yesus ketika Yesus sedang diadili untuk disalib. Ketika Yesus bangkit dan menjumpai Petrus, tiga kali Yesus bertanya, "Apakah engkau mengasihi Aku?" Ditanya untuk ketiga kalinya, Petrus pun sedih seolah Yesus kurang memercayai ucapannya. Setelah Petrus menjawab bahwa dia mengasihi Yesus sebagaimana yang Yesus ketahui, Yesus pun segera memulihkannya dengan memberi tanggung jawab besar, "Menggembalakan dan memelihara domba Kristus" (Yoh. 21:15-19).

Lalu Yesus mengatakan bahwa di masa tua Petrus, ia akan diikat dan dibawa ke tempat yang Petrus tidak kehendaki. Petrus pun ingin tahu nasib Yohanes, murid yang paling Yesus kasihi. Namun, Yesus mengatakan, sekalipun jikalau Dia menghendaki supaya Yohanes tetap hidup sampai Kristus datang, itu bukan urusan Petrus. Itu berarti bahwa bagaimanapun jalan hidup para murid dan orang percaya, Tuhan menganggap setiap orang istimewa dengan jalan hidupnya masing-masing. --HEM/www.renunganharian.net

* * *
SETIAP ORANG PERCAYA ISTIMEWA DI HADAPAN TUHAN,
TERLEPAS DARI BAGAIMANA JALAN HIDUPNYA DI BUMI INI.

* * *


RENUNGAN SABTU

Bacaan: MATIUS 7:24-27

Bacaan Setahun: Kejadian 12-15

Nas: "Jadi, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia bagaikan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu." (Matius 7:24)


Pentingnya Dasar yang Teguh

Suatu ketika saya tersenyum saat menonton satu tayangan soal basket, lalu ada nasihat begini, "Kalau kamu ingin bisa rebound, kuasai fundamen ini." Nasihat yang sama juga sering saya dengar mengenai teknik mengoper bola, menembak, dan berbagai gerakan dasar lain dalam olahraga basket. Setelah menonton tayangan seperti itu, sesekali saya praktikkan saat bermain dan ternyata nasihat mereka benar: menguasai fundamen atau teknik dasar dari permainan basket itu sangat penting!

Nas renungan hari ini berbicara tentang dasar yang teguh. Yesus menggambarkannya sebagai rumah yang didirikan di atas fondasi batu karang. Sejatinya fondasi ini sudah paten dan tak bisa ditawar lagi, karena mengganti fondasi dengan pasir akan mendatangkan konsekuensi fatal dan kerugian yang sangat besar. Ketika datang hujan dan banjir, yang akan menguji ketahanan fondasi itu disertai angin, maka fondasi rumah itu akan menjadi penentunya, apakah rumah akan tetap berdiri atau roboh dan rusak berat (ay. 27). Fondasi iman kita perlu dibangun dan diperkuat terus dengan mendengar dan melakukan firman Allah, supaya ketika masalah hidup melanda, kita tetap teguh berdiri karena iman Kristen kita tertopang dengan baik.

Jadi, sebelum badai hidup melanda, mari perkuat terus kehidupan kita dengan memberi diri untuk menjadi pelaku firman-Nya. Jangan menunggu situasi sulit dan badai hidup melanda, barulah kita tergopoh-gopoh mencari ayat Alkitab mana yang dapat menjadi pegangan-karena sebenarnya sudah terlambat! --GHJ/www.renunganharian.net

* * *
FONDASI KEROHANIAN BUKANLAH PERKARA YANG BISA DITAWAR KARENA AKAN
MENENTUKAN KUAT LEMAHNYA HIDUP KITA SAAT BADAI HIDUP MELANDA.

* * *




MOTTO JPA : " KELUARGA JPA - TUHAN BEKERJA - JPA BERDAMPAK "

&
JPA VISION : " Mempersiapkan Bagi Tuhan Suatu Umat Yang Layak Bagi-Nya "
( LUKAS 1:17c )


Komunitas Warga GPdI JPA secara online! Anda bebas membicarakan semua tentang GPdI JPA, memberikan komentar, kesaksian, informasi, ataupun kiritikan untuk GPdI JPA agar lebih baik!!

#KeluargaJPA​​​ #TuhanBekerja​​​ #JPABerdampak​​​ #GPdI​​​ #GPdIJPA​​​ #Praise​​​ #Renungan2025 #MembangunKarakterIlahi #JPAVision #multimediaJPA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ps. Calvin Waworuntu " Membangun Karakter Ilahi "

 Ps. Calvin Waworuntu  " Membangun Karakter Ilahi "  Fil. 1:6 Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan ...

Post Bottom Ad

Halaman